Castarica tidak tahu apa yang telah terjadi padanya hingga bisa hidup kembali, lebih-lebih kembali ke masa sebelum semuanya hancur menjadi puing-puing kesedihan dan penderitaan. Padahal sangat jelas saat itu kepala dan tubuh Castarica terpisah, meninggalkan rasa sakit mendalam lantaran pedang yang menebas lehernya tumpul. Seharusnya, Castarica sudah benar-benar mati, lalu mendatangi neraka menerima penghukuman atas semua perbuatannya.
Bukannya Castarica tidak senang bisa hidup kembali, hanya saja bukan aneh seorang manusia biasa sepertinya bisa hidup kembali ke masa lalu?Lalu apakah dirinya telah bereinkarnasi seperti penjelasan dalam buku sejarah Sihir Kehidupan, atau Tuhan sedang memberinya satu kali kesempatan memperbaiki kesalahannya. Apa pun alasannya. Intinya, Castarica bahagia dan merasa sangat bersyukur bisa bertemu kembali dengan Ayah dan ke dua Kakaknya. Paling tidak, Tuhan, memberinya kesempatan untuk menebus semua kesalahannya kepada Ayah dan Kakaknya, sehingga Castarica tidak mati dalam penyesalan. Castarica menyesap teh, teh yang berbuat dari bunga kesukaannya. Posisinya sekarang berada di taman bunga yang berjarak tidak jauh dari Mansion, kediamannya. Setelah puas menangis lantaran bahagia bisa melihat kembali orang-orang yang dirindukannya, Castarica memilih mendatangi taman bunganya, melepaskan semua beban pikirannya dengan minum teh di taman tersebut, sembari berharap semua mimpi buruk itu bisa segera dia lupakan. Castarica tidak ingin mengingat mimpi itu. Terlalu mengerikan untuk diingat.Oh, iya. Castarica yang sekarang berusia 15 tahun. Yang artinya dia kembali ke 7 tahun lalu sebelum masa kehancuran kerajaan Cahaya. Masa-masa di mana Castarica mulai jatuh cinta pada Ackerley hanya karena pemuda itu memiliki ketampanan seperti bulan purnama, sendu nan menawan. Selain tampan, Ackerley juga terkenal cerdas dan ahli bertarung, sangat sempurna, tidak ada sedikit pun kecacatan di mata Castarica.Itu dulu.Berbeda lagi dengan saat ini, tentu Castarica tidak akan terjebak dalam perasaan memabukkan itu lagi, saking memabukkannya hingga membuat Castarica kehilangan kendali. Cukup perasaan itu terjadi di kehidupan pertama, jangan lagi di kesempatan ke dua. Tuhan sudah berbaik hati memberi kesempatan memperbaiki kesalahan, Castarica tidak boleh menyia-nyiakan kesempatan tersebut. Terutama keinginannya membalas dendam pada Kaisar."Nona, apakah Anda baik-baik saja?" Anne bertanya, membuyarkan lamunan Castarica. Melihat raut wajah Castarica tiba-tiba berubah marah membuatnya tergerak untuk menyadarkan majikannya.Castarica tersadar dan langsung merubah ekspresinya, dengan mengumbar senyum ramah kepada Anne. "Aku baik-baik saja, Anne. Hanya sedang berpikir tentang ulang tahun, Kakak Felix. Hadiah seperti apa yang harus aku berikan padanya," balas Castarica menjelaskan. Lalu kembali menyesal tehnya dengan anggun, bersikap tenang agar Anne tidak curiga.Sejujurnya, sebagian ucapan Castarica tidak sepenuhnya ada kebohongan, memang benar ia sedang memikirkan Felix, atau mungkin lebih tepatnya memikirkan keluarganya. Tentang hal apa saja yang akan terjadi di masa depan nanti, jika Castarica mampu mengingatnya, bukankah dia memiliki kesempatan merubah sedikit alur itu jika berdampak buruk untuk keluarganya.Berpikir tentang hal itu, Castarica jadi teringat pada ulang tahun Felix nanti tidak berlangsung tenang. Castarica ingat jelas, ulang tahun Felix yang ke 23 berakhir mengejutkan untuk Felix sendiri.
Di acara ulang tahun itu, Kakaknya diminta untuk memilih tunangan yang sudah dipersiapkan untungnya. Dengan alasan umur Felix telah siap untuk menikah, sekaligus untuk memperkuat jabatannya sebagai Putra mahkota.Pada saat itu, Felix bertunangan dengan Ariana karena kejadian yang tidak disangka. Ariana Qimberly--tunangan Felix yang terpilih--menjebak Felix, melepaskan bajunya pada saat Felix memasuki kamarnya. Alhasil terjadilah kesalah pahaman. Pada saat itu, Ariana mengaku salah masuk kamar lantaran mabuk berat akibat meminum terlalu banyak arak. Lalu tidak ada pelayan yang mengantarnya ke kamar tamu, dan jadilah salah masuk kamar. Akhir cerita, Felix memilih Ariana menjadi tunangannya sebagai bentuk tanggung jawabnya, meski dia tidak melakukan apa pun pada Ariana. Kejadian itu tidak diketahui banyak orang, selain keluarga kerajaan dan keluarga Qimberly.
'Jika kejadian itu kembali terjadi lagi. Maka, Kakak Felix, akan dirugikan sebab memiliki tunangan selicik, Ariana. Rela menghancurkan harga dirinya demi kedudukan.' Castarica merenung, memikirkan kejadian yang kemungkinan besar akan terulang kembali. Tentu Castrica tidak akan membiarkan hal itu terjadi, jika bisa dihentikan kenapa tidak dilakukan?'Ariana Qimberly, kau dan keluargamu harus disingkirkan. Jika tidak kerajaan Cahaya akan runtuh karena sekolompok sampah seperti kalian.' Castarica mengepalkan tangannya, geram, dan lagi teringat pada Ariana, sosok yang selalu mencari masalah dengannya. Hingga membuat hubungan Castarica dan Felix semakin hancur.'Semua perbuatanmu, akan aku balas. Kau tidak akan bisa mencapai apa yang kau ingin lagi, tidak untuk di kehidupan kali ini.'Vote dan komen mana?! Udah episode 4 nih 😝 awas gak ada 😐
"Putri, kenapa Anda terlihat begitu puas telah membuat Duke Erick marah?" Anne menatap Castarica khawatir. Dia mengerti arti tatapan Castarica saat ini. Tampak sekali sedang bahagia. Padahal, baru beberapa waktu yang lalu Castarica telah membuat suasana terasa menegangkan. Tentu menegangkan sebab Castarica baru saja membuat Duke Erick marah. Ya, memang Duke Erick tidak menunjukkan kemarahannya, tapi aura gelap yang keluar dari tubuhnya, semua pun bisa tahu jika Duke Erick sedang marah. Castarica tersenyum tipis, lalu menjawab tanpa mengalihkan pandangannya yang sedang menatap kepergian Duke Erick. "Puas? Masih belum, Anne. Aku masih belum puas." Anne tersentak. "Putri ... Anda tidak sedang berniat membuat kekacauan 'kan?" Entah kenapa Anne bisa merasakan ada aura tidak baik dari ucapan Castarica tadi. Dan kemungkinan saja akan berakibat pada kerajaan Cahaya. "Kekacauan?" Castarica beralih menatap Anne dengan alis terangkat sebelah. Lalu tiba-tiba saja
"Jadi apakah ini maksudnya, Putri?" Erick menatap Castarica datar. "Tidak ada maksud apapun," balas Castarica santai. Lalu menyeruput air teh dengan tenang. Alis Erick sedikit berkerut, dia tidak percaya dengan ucapan Castarica. Meski pun gelagat Castarica terlihat tenang, seperti tidak berbohong. "Sekarang Anda bahkan terlihat tidak seperti sebelumnya? Apakah Anda menganggap semua tadi hanya sebagai permainan? Jika memang begitu, maka cari lah teman main yang lain, saya tidak berniat mengikuti permainan Anda, Putri Castarica." Erick beranjak dari kursi, tidak lagi berniat berbincang dengan Castarica. Semua sudah cukup jelas, ia tidak ingin ambil pusing memainkan peran yang tidak berguna. Melihat Erick beranjak, lekas Castarica menaruh cangkir teh ke meja. "Tunggu dulu, Duke Erick!" panggil Castarica sembari ikut beranjak, mengejar Erick yang mulai menjauh. Erick berhenti berjalan, kemudian berbalik menatap Castarica dengan
Castarica berjalan cukup cepat, jelas sekali ia sedang terburu-buru, bahkan Anne yang mengikutinya tertinggal jauh di belakang, sebab saking cepatnya Castarica berjalan. Seperti sedang mengejar sesuatu. Tentu. Tentu saja Castarica sedang mengejar sesuatu, dia sedang mengejar Duke Erick yang keberadaannya sekarang entah di mana, cepat sekali hilangnya. Sembari mencari keberadaan Duke muda itu, Castarica mencoba menebak di mana kiranya Erick berada. 'Jika aku tidak salah ingat, dia datang ke kerajaan untuk melaporkan kunjungannya dari kerajaan Isaac. Mungkinkah dia mengunjungi kediaman Ayah?' Castarica terdiam sejenak, sampai akhirnya ia memutuskan memutar balik arah menuju kediaman Ayahnya, istana utama. Sepanjang jalan, raut wajah Castarica terus berkerut serius. Bagaimana mungkin tidak? Jika sudah berhubungan dengan keluarganya dan kerajaannya, Castarica pasti akan bersikap serius, apalagi jika menyangkut masa depan ke dua hal tersebut. Sekali la
Erick telah memasuki kediaman Felix atau yang lebih akrab dengan sebutan 'Pangeran Mahkota'. Tidak lagi bersama Penasihat Rodney sebab pria banyak bicara itu sudah kembali ke istana setelah mendapat panggilan mendadak dari prajurit kiriman. Kata prajurit itu, Menteri Pembangunan ingin bertemu dengannya. Trang! "Khiat! Khiat! Khiat!" Baru saja masuk, Erick sudah disuguhkan dengan pemandangan menarik. Pemuda berstatus Pangeran Mahkota yang juga merupakan sahabat dekatnya itu tengah asik beradu pedang dengan ksatria terbaik kerajaan Cahaya. Tidak ingin mengganggu pertarungan antara murid dan guru itu, Erick memilih diam di tempatnya berdiri. Juga memerintahkan pelayan di sana untuk tidak memberitahukan kedatangannya pada majikan mereka. "Kekuatan dan ketangkasan Anda semakin meningkat, Pangeran Mahkota. Saya rasa Anda bisa memenangi pertarungan nanti," puji Lyon di tengah-tengah pertarungan. Tangannya terus bergerak cepat menangkis-balas serangan ped
'Meski pun begitu, tetap saja sikap, Putri, aneh.' Anne menatap Castarica lekat, masih belum sepenuhnya percaya Castarica membatalkan kunjungannya ke barak pelatihan. Bukannya Anne tidak senang dengan sikap Castarica sekarang, hanya saja, tetap terasa aneh baginya jika Castarica seperti ini, sekali lagi seperti bukan Castarica saja. "Kue?" Castarica menatap dua pelayan di belakang Anne, memberikan kode agar dua pelayan itu segera menghidangkan kue yang mereka bawah. "Ah, kue?" Anne tertegun, lantas memerintahkan dua pelayan di belakangnya menghidangkan kue pai yang mereka bawa ke meja. Perlahan perasaan Castarica mencair, melihat kue pai kesukaannya berada di depannya. Seketika dia melupakan semua tentang balas dendamnya, menghayati rasa manis asam dari kue pai yang selalu bisa memperbaiki perasaannya. 'Kue pai memang selalu bisa menghibur.' Sesuap demi sesuap terus masuk, begitu lahapnya Castarica memakan kue pai tersebut tanpa memedu
"Anne, aku menginginkan kue pai lagi, bisakah kau mengambilkannya untukku?" Castarica menatap Anne berbinar, terlihat sangat berharap. Entah kenapa, setelah memikirkan rencana membalas dendam terhadap keluarga Qimberly membuatnya lapar, bahkan perutnya bergejolak cukup kuat, seperti tidak pernah makan selama beberapa hari, padahal baru beberapa menit yang lalu dua piring kue pai telah habis dia lahap. Anne mengiyakan perintah Castarica, memerintah dua pelayan di belakangnya mengambil kue pai keinginan Castarica. "Kalian, ambil kue pai lagi untuk, Putri." "Baik, Anne." Serempak dua pelayan itu menjawab, membungkuk sejenak lalu pergi menjalankan tugas mereka. Anne berbalik, kembali menatap Castarica yang sedang termenung, seperti awal gadis itu datang ke taman ini, diam dan kembali memikirkan sesuatu. Sebenarnya sikap Castarica hari cukup aneh, sejak tiba di taman, Castarica lebih cenderung diam dan merenung, seperti ada masalah ya