Beranda / Romansa / Proposal Cinta Sang Miliarder / Bab 29: Persiapan Pernikahan Islami

Share

Bab 29: Persiapan Pernikahan Islami

Penulis: Resya
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-24 02:44:04

Hari-hari menjelang pernikahan semakin mendekat, dan Aisyah merasa campur aduk. Ada kegembiraan, tetapi juga rasa khawatir yang tak bisa ia hindari. Setelah restu dari ayahnya, semuanya mulai terasa lebih nyata. Farhan, pria yang kini ia cintai, telah membuktikan ketulusannya dengan mengorbankan banyak hal demi hidup yang lebih sederhana. Namun, meski begitu, perjalanan mereka belum sepenuhnya mulus.

Di ruang tamu rumah Aisyah yang sederhana namun nyaman, Aisyah sedang duduk di depan laptop, membuka beberapa referensi tentang pernikahan islami yang sederhana. Ia sudah memutuskan, bahwa pernikahan mereka akan tetap sesuai dengan syariat, tanpa embel-embel kemewahan yang tidak perlu. Farhan, yang duduk di sampingnya, ikut menatap layar laptop. Mata mereka bertemu, dan meskipun tampak tenang, keduanya tahu bahwa jalan yang mereka pilih tidaklah mudah.

"Aisyah," Farhan memulai, suaranya lembut namun penuh ketegasan. "Aku ingin semuanya sesederhana mungkin. Ini bukan ha
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Proposal Cinta Sang Miliarder    Bab 30: Pernikahan Yang Terlaksana

    Pernikahan mereka akhirnya terlaksana. Tanpa gemerlap pesta mewah, tanpa hiasan yang mencolok, dan tanpa undangan selebriti yang ramai di media sosial. Hanya ada keluarga terdekat, sahabat-sahabat yang tulus, dan tentunya doa yang mengalir tanpa henti. Itulah yang Farhan dan Aisyah inginkan. Sesederhana itu. Dan meski ada banyak suara yang mencoba mengubah keputusan mereka, akhirnya mereka berhasil bertahan pada prinsip yang sudah mereka pegang sejak awal.Farhan dan Aisyah berdiri di pelaminan sederhana yang dihiasi bunga-bunga putih dan dekorasi minimalis yang sangat elegan. Setiap sudut ruangan terasa penuh dengan makna. Tidak ada yang berlebihan, tidak ada yang berlebihan. Semua serba sederhana, tapi terasa begitu indah.Aisyah menatap Farhan, dan dalam tatapannya, ia melihat kebahagiaan yang tulus. "Kita berhasil," kata Aisyah dengan suara lembut, menggenggam tangan Farhan erat. "Akhirnya, kita sampai di sini."Farhan tersenyum, namun senyum itu terli

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-25
  • Proposal Cinta Sang Miliarder    Bab 31: Awal Perpecahan

    Pernikahan mereka baru saja dimulai. Namun, kehidupan yang sederhana dan penuh ketulusan itu tak pernah terasa begitu penuh makna bagi Farhan dan Aisyah. Kehidupan mereka jauh dari gemerlap dunia yang dulu dikelilingi oleh kesibukan bisnis dan uang. Setiap hari, mereka menjalani rutinitas penuh cinta dan doa, merasakan kebahagiaan yang sederhana-namun memiliki kedalaman yang tak bisa dibeli dengan uang.Suatu sore, setelah shalat Ashar, Aisyah duduk di ruang tamu dengan secangkir teh hangat di tangan. Pikirannya teralihkan oleh Hana, sahabat lama yang kerap mengunjunginya. Aisyah selalu merasa nyaman berbicara dengan Hana. Mereka sering berdiskusi tentang dakwah dan kehidupan. Hana adalah sosok yang cerdas dan punya semangat yang tinggi, sama seperti dirinya. Aisyah tak pernah menyangka bahwa kedekatan mereka berdua akan membawa masalah di kemudian hari.Farhan keluar dari ruang kerja, matanya menangkap Aisyah yang sedang asyik dengan teh di tangannya. Wajah istrin

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-26
  • Proposal Cinta Sang Miliarder    Bab 32: Bibit Konflik

    Kehidupan yang dulunya penuh dengan keheningan dan ketenangan kini mulai terasa berbeda. Setelah beberapa minggu menjalani hidup bersama sebagai pasangan suami istri, Farhan dan Aisyah merasa semakin dekat, meskipun di sisi lain ada ketegangan yang perlahan tumbuh. Ada sesuatu yang tidak terucap, namun terasa, seperti udara berat yang menunggu untuk pecah. Hana, sahabat Aisyah, hadir begitu sering dalam kehidupan mereka, dan meskipun Aisyah tidak menyadarinya, Farhan mulai merasakan ada ketidaknyamanan yang semakin mengganggu hatinya.Hana yang dulu datang dengan niat baik, hanya untuk membantu proyek dakwah dan mendukung Aisyah, kini semakin sering datang tanpa alasan yang jelas. Mungkin, awalnya Farhan berpikir itu adalah hal yang wajar-sebuah bentuk persahabatan, mungkin juga keinginan Hana untuk lebih dekat dengan suaminya demi mendukung kegiatan sosial mereka. Tapi lambat laun, ada yang mulai berubah. Farhan bisa merasakannya: sikap Hana yang mulai lebih genit, lebih menggebu-geb

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-27
  • Proposal Cinta Sang Miliarder    Bab 33: Manipulasi Hana

    Suasana malam itu terasa berbeda. Angin yang biasanya membawa kesejukan kini datang dengan hembusan yang berat, seperti sebuah pertanda. Farhan duduk di ruang tamu, matanya menatap layar ponsel, namun pikirannya melayang jauh. Pikiran-pikiran tentang Aisyah, Hana, dan perasaan yang kini begitu kabur, membuatnya merasa seperti terjebak dalam kebimbangan yang tak kunjung reda.Aisyah, di sisi lain, duduk di teras rumah, mencoba menenangkan dirinya. Sejak kejadian tadi malam, perasaannya begitu kacau. Ia merasa kehilangan kendali atas hatinya yang selama ini yakin dan mantap. Cemburu bukanlah perasaan yang ia harapkan hadir dalam kehidupan pernikahannya, tetapi Hana, sahabatnya yang selama ini begitu dekat, telah berhasil mengusik ketenangan hatinya.Ketegangan antara mereka bertambah besar setelah Aisyah menemukan pesan-pesan manis yang dikirimkan Hana kepada Farhan. Meski Farhan berusaha meyakinkannya bahwa itu hanya salah paham, Aisyah merasa perasaan cemasnya buka

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-28
  • Proposal Cinta Sang Miliarder    Bab 34: Retaknya Kepercayaan

    Hari itu, langit terlihat lebih kelabu dari biasanya, seolah-olah turut merasakan ketegangan yang semakin mencekam di dalam rumah Farhan dan Aisyah. Suasana yang dulu penuh dengan tawa dan kebahagiaan, kini terasa dingin dan jauh. Sejak pertemuan malam itu, hubungan mereka tampaknya retak di bagian yang paling dalam, di tempat yang selama ini mereka anggap sebagai pondasi kepercayaan.Aisyah duduk di ruang tamu, tangannya memegang cangkir teh yang sudah lama dingin. Matanya menatap kosong ke luar jendela, sementara pikirannya berputar-putar, mencoba mengurai perasaan yang terpendam. Di depannya, Farhan duduk diam, matanya menunduk. Suasana itu begitu sunyi, seakan-akan kata-kata yang mereka tunggu tak mampu keluar dari mulut masing-masing.Farhan akhirnya mengangkat wajahnya, memecah keheningan dengan suara yang rendah dan berat. "Aisyah ... aku harus jujur padamu. Hana ... dia mencoba mendekatiku. Aku sudah berusaha menahan diri, tapi aku tahu aku harus mengatakan

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-29
  • Proposal Cinta Sang Miliarder    Bab 35: Tekanan dalam Pernikahan

    Farhan berjalan perlahan di lorong rumah, langkahnya terdengar berat, seakan-akan setiap langkah membawa beban yang semakin berat. Pikirannya berkelana ke mana-mana, membayangkan perbincangan yang akan segera dimulai. Ia sudah tahu apa yang akan datang: sebuah pembicaraan yang akan menguji integritasnya, dan yang lebih penting, menguji cintanya kepada Aisyah.Pagi itu, setelah percakapan yang tegang dengan Aisyah semalam, Farhan merasa terjepit di antara dua dunia. Di satu sisi, ada Aisyah, istri yang telah ia cintai dengan sepenuh hati, yang menuntut komitmen dan kesetiaan. Di sisi lain, ada Hana, sahabat lama yang secara halus berusaha menariknya jauh dari Aisyah. Meskipun Farhan berusaha menjaga jarak. Namun, hubungan mereka semakin sulit untuk dipertahankan hanya dengan kata-kata.Hari ini, ia harus berbicara dengan Pak Ahmad, ayah Aisyah, yang jelas-jelas mengetahui situasi tersebut. Tidak hanya sebagai seorang ayah yang sangat melindungi anaknya, Pak Ahmad ju

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-30
  • Proposal Cinta Sang Miliarder    Bab 36: Puncak Konflik

    Malam itu, angin berhembus pelan, membawa udara yang lebih dingin dari biasanya. Aisyah berjalan tergesa-gesa keluar dari acara sosial itu, perasaannya bercampur aduk. Hatinya seperti dihantam badai, bergejolak tanpa arah. Sesekali, ia menarik napas panjang, mencoba menenangkan diri, namun rasanya semakin berat.Farhan berlari mengejarnya, langkahnya terdengar berat di telinga Aisyah. Setiap detik yang berlalu membuat perasaan mereka semakin jauh. Aisyah tahu bahwa perasaan yang ditimbulkan oleh kehadiran Hana di acara itu bukan hanya cemburu, tetapi lebih dari itu-ia merasa seperti ada yang telah dihancurkan di antara mereka, sesuatu yang sulit untuk dibangun kembali."Aisyah, tunggu!" Farhan memanggilnya, suaranya tegang dan penuh penyesalan.Aisyah berhenti sejenak, namun tidak menoleh. "Kenapa, Farhan? Kenapa harus begini?" suaranya serak, hampir seperti tersumbat oleh air mata yang berusaha ia tahan.Farhan menghentikan langkahnya beberapa la

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-31
  • Proposal Cinta Sang Miliarder    Bab 37: Penyesalan Farhan

    Pagi itu, udara terasa lebih dingin dari biasanya. Farhan duduk di ruang kerjanya, pandangannya kosong menatap ke luar jendela. Di balik jendela kaca yang bersih, pemandangan kota yang sibuk tampak biasa saja, tidak ada yang spesial. Namun hatinya, sebaliknya, begitu kacau. Pagi itu, hidupnya terasa lebih kosong daripada sebelumnya.Ia menghela napas panjang, menatap layar ponsel yang tergeletak di meja kerjanya. Sudah berjam-jam, namun tak ada satu pesan pun dari Aisyah. Ia tahu, ini adalah konsekuensi dari perbuatannya. Ia telah melukai hati wanita yang selama ini ia cintai. Dan sekarang, ia harus bertanggung jawab."Aisyah ...," Farhan berbisik pelan, seakan berharap bahwa suaranya bisa menjangkau wanita itu di tempat yang jauh, di rumah orang tuanya.Ia menatap layar ponsel lagi. Tiba-tiba, pesan dari Hana muncul, menambah rasa cemas yang sudah mendera hatinya sejak semalam. "Farhan, aku ingin bicara tentang kita," tulis Hana, dengan kata-kata yang seo

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-01

Bab terbaru

  • Proposal Cinta Sang Miliarder    Bab 74: Jejak Yang Hilang

    Ledakan kecil yang mengguncang rumah Farhan membuat malam itu berubah menjadi mimpi buruk. Asap tipis mulai memenuhi ruang tamu, dan suara langkah kaki terdengar dari luar, semakin mendekat. Farhan segera meraih pistol yang disembunyikan di dalam laci meja, lalu memberikan isyarat kepada Adnan dan Arman."Cepat ke lantai atas. Amankan Safira," perintah Farhan dengan suara rendah tapi tegas.Arman, yang awalnya terpaku mendengar suara itu, langsung bergerak. Kegelisahan terlihat jelas di wajahnya. "Safira ...," gumamnya sambil berlari ke arah tangga.Aisyah keluar dari dapur dengan wajah panik. "Farhan, apa yang terjadi?"Farhan menatap istrinya sekilas, lalu mendekat. "Aisyah, kamu ikut Arman ke atas. Lindungi Safira. Jangan keluar sampai aku bilang aman.""Tapi, Han-""Nggak ada tapi. Cepat ke atas!" bentaknya, meski suaranya tetap terkontrol. Aisyah menelan ludah, lalu mengangguk sebelum berlari menyusul Arman.Adnan s

  • Proposal Cinta Sang Miliarder    Bab 73: Operasi Bayangan

    Malam itu, suasana rumah Farhan terasa sunyi. Lampu ruang tamu yang temaram memancarkan aura tenang, tetapi di balik dinding-dinding rumah itu, ada ketegangan yang sulit disembunyikan. Arman duduk di sofa, wajahnya terlihat lebih tua dari usianya. Di hadapannya, Farhan berdiri dengan tangan bersedekap, wajahnya serius, seakan memikirkan langkah apa yang harus diambil selanjutnya."Aku masih nggak percaya kita bisa sampai di titik ini," ujar Arman, suaranya berat. "Semua ini ... Ratna, Safira, dan sekarang organisasi itu."Farhan menarik napas panjang sebelum menjawab, "Mau nggak mau, kita harus hadapi ini, Man. Kalau kita terus lari, mereka nggak akan berhenti. Safira bisa jadi korban."Arman terdiam. Kata-kata Farhan selalu tepat sasaran, meski terkadang terasa seperti tamparan. Dia menunduk, memandangi secangkir kopi di atas meja. "Aku cuma nggak tahu apakah aku bisa melindungi Safira. Dia masih kecil, Han. Dia nggak tahu apa-apa soal ini semua."

  • Proposal Cinta Sang Miliarder    Bab 72: Akhir yang Menggantung

    Pagi itu, sinar matahari masuk melalui celah-celah jendela kamar rumah Farhan. Setelah kejadian mencekam di rumah sakit, mereka memutuskan untuk sementara waktu tinggal bersama di rumah besar Farhan yang terletak di pinggiran kota. Meski sederhana dibandingkan properti lain yang dimilikinya, rumah ini tetap terasa nyaman, terutama dengan pemandangan kebun luas di belakangnya. Safira sedang duduk di lantai ruang keluarga, bermain dengan boneka kecil yang diberikan Farhan. Wajahnya tampak ceria, tapi sesekali ia melirik ke arah ayahnya, Arman, yang duduk di sofa dengan pandangan kosong. Ada sesuatu di wajah Arman yang membuat Safira tahu bahwa pria itu sedang memikirkan hal berat. "Safira, sayang. Kamu lapar?" suara lembut Farhan memecah keheningan. Ia baru saja selesai membuat teh di dapur, membawa nampan kecil berisi cangkir dan beberapa kue kering. Safira menggeleng kecil, namun matanya berbinar saat melihat kue di tangan Farhan. "Aku mau kuenya aja, O

  • Proposal Cinta Sang Miliarder    Bab 71: Ancaman Terakhir

    Lorong rumah sakit malam itu terasa begitu sunyi, tapi ada sesuatu yang mencurigakan di udara. Farhan berdiri di dekat jendela, menatap keluar dengan wajah serius. Sebuah panggilan telepon baru saja ia tutup. Ia menoleh ke arah Arman yang sedang duduk di sofa kecil sambil menemani Safira yang tertidur lelap di pangkuannya."Arman," kata Farhan, suaranya rendah tapi tegas. "Mereka bergerak."Arman mengangkat wajahnya, matanya tajam. "Kamu yakin?"Farhan mengangguk pelan. "Barusan aku dapat kabar dari Jamil. Mereka sudah dekat. Kemungkinan besar, mereka akan menyerang malam ini."Arman menghela napas panjang. Ia memandangi Safira yang terlelap dengan wajah polos, tak tahu apa-apa soal bahaya yang mengancam. "Kita nggak bisa biarkan mereka sampai ke sini, Han. Safira harus selamat."Farhan merapatkan jaketnya, lalu berjalan ke arah pintu. "Aku sudah hubungi polisi. Mereka bilang butuh waktu lima belas menit untuk sampai ke sini. Tapi kita ta

  • Proposal Cinta Sang Miliarder    Bab 70: Pertemuan Keluarga

    Suasana di ruang tunggu rumah sakit masih dipenuhi ketegangan. Farhan duduk dengan pandangan kosong, sementara Arman bersandar di dinding dengan kedua tangan terlipat di dada. Wajah lelah mereka terlihat jelas, tetapi pikiran mereka terlalu sibuk untuk memikirkan rasa kantuk atau kelelahan fisik. Kabar dari dokter tadi masih terngiang di kepala mereka."Safira selamat ... tetapi kondisinya sangat kritis."Farhan menghela napas panjang, kedua tangannya mengepal erat di lutut. Ia memejamkan matanya, berusaha menenangkan diri. Pikirannya berputar-putar, memutar kembali semua yang terjadi malam itu. Jamil yang gugur, Safira yang terluka, dan Arman yang akhirnya berhasil ia selamatkan. Semuanya terasa seperti mimpi buruk yang belum berakhir.Arman menatap saudaranya. Ia tahu Farhan sedang menyalahkan dirinya sendiri. "Farhan," panggilnya pelan.Farhan membuka matanya perlahan, menoleh ke arah Arman. "Ya?" suaranya terdengar berat."Aku tahu ap

  • Proposal Cinta Sang Miliarder    Bab 69: Pengorbanan Besar

    Udara malam terasa dingin menusuk tulang, tetapi itu tidak mengurangi tekad Farhan dan timnya. Mereka berjalan dengan langkah hati-hati di sekitar pabrik tua yang gelap dan sunyi, hanya ditemani suara angin yang berdesir pelan. Cahaya bulan samar-samar menerangi area sekitar, cukup untuk membuat mereka melihat jalan, tetapi tidak terlalu terang hingga keberadaan mereka mudah terdeteksi.Farhan berhenti di belakang sebuah dinding beton yang sudah mulai retak. Ia mengangkat tangan, memberi isyarat kepada timnya untuk berhenti. "Haris," bisiknya pelan. "Cek area sekeliling. Pastikan tidak ada penjaga yang berkeliaran."Haris mengangguk tanpa suara, lalu bergerak dengan tubuh merendah ke arah yang ia tuju. Sementara itu, Farhan, Adnan, dan Jamil tetap di tempat, mengawasi dengan penuh kewaspadaan. Waktu terasa berjalan sangat lambat, setiap detiknya membuat ketegangan di dada mereka semakin berat.Ketika Haris kembali, wajahnya tampak serius. "Ada dua penjaga

  • Proposal Cinta Sang Miliarder    Bab 68: Operasi Rahasia

    Di ruang kerjanya yang sederhana namun rapi, Farhan duduk dengan wajah serius. Di meja, peta besar dan beberapa dokumen berserakan. Matanya menelusuri setiap detail, seolah-olah mencari celah untuk menyusun strategi yang sempurna. Di seberang meja, Adnan, salah satu teman kepercayaannya, duduk sambil memegang lembaran kertas yang sama. "Farhan, rencana ini terlalu berisiko," ujar Adnan, suaranya penuh kekhawatiran. "Kita bahkan belum tahu pasti lokasi tempat Arman ditahan. Kalau sampai salah langkah, akibatnya bisa fatal." Farhan mendongak. Tatapannya tajam, tetapi tidak kehilangan kelembutan yang selalu ada dalam dirinya. "Adnan, ini bukan soal risiko. Ini soal keluarga. Arman adalah saudara saya, dan saya tidak bisa diam saja sementara dia ada di tangan orang-orang seperti itu." Adnan menghela napas panjang. "Aku tahu, Han. Tapi kita harus realistis. Kalau kita gegabah, mereka bisa bertindak lebih ekstrem. Bahkan nyawa Arman bisa teranc

  • Proposal Cinta Sang Miliarder    Bab 67: Tanda Kehidupan Arman ll

    Farhan berdiri di depan pintu rumahnya, memandangi jalanan yang mulai gelap. Angin malam berhembus pelan, membawa aroma hujan yang menggantung di udara. Pikirannya penuh, bercampur aduk antara kekhawatiran dan harapan. Pria yang tadi menemuinya di gudang telah memberikan informasi yang mengguncang hatinya: Arman, saudara kembarnya yang selama ini dianggap hilang, ternyata masih hidup. Namun, kabar itu datang dengan harga yang mahal. Di dalam rumah, Aisyah duduk di ruang tamu, memandangi pintu yang baru saja ditutup oleh Farhan. Ia tahu suaminya sedang menghadapi sesuatu yang besar, sesuatu yang mungkin akan mengubah segalanya. Dengan tangan yang gemetar, ia meraih tasbih di meja dan mulai berdoa. "Ya Allah, lindungi dia. Berikan dia kekuatan untuk menghadapi apa pun yang ada di depannya," bisiknya pelan. Farhan akhirnya masuk ke dalam rumah, langkahnya berat. Ia melihat Aisyah yang menatapnya dengan penuh tanya. "Kamu baik-baik saja?" tanya Aisyah lembut. Farhan mengangguk, mesk

  • Proposal Cinta Sang Miliarder    Bab 66: Pertemuan dengan Orang Misterius ll

    Farhan menatap Aisyah, berharap menemukan jawaban di matanya. Tapi Aisyah hanya diam. Tatapan lembutnya menyimpan kebimbangan yang sama. Ia tahu, di satu sisi, Arman adalah saudara kandung Farhan, darah daging yang harus diselamatkan. Tapi di sisi lain, situasi ini menyeret mereka semakin dalam ke dalam bahaya. Aisyah ingin bicara, tapi kata-katanya seolah tercekat di tenggorokan.Yusuf memecah keheningan. "Farhan, waktu terus berjalan. Kalau kamu terus terjebak dalam kebimbangan ini, kita bisa kehilangan dua hal sekaligus-Arman, dan mungkin, kesempatan untuk memperbaiki semuanya."Farhan menarik napas dalam-dalam. Ia menunduk lagi, kedua tangannya masih mengepal erat. "Aku tahu, Yusuf. Tapi bagaimana aku bisa membuat keputusan ini? Safira masih kecil. Dia butuh aku di sini. Di sisi lain, aku tidak bisa membiarkan Arman begitu saja. Kalau dia benar-benar dalam bahaya, apa aku tega membiarkannya?"Aisyah akhirnya membuka suara, suaranya tenang, tapi sarat d

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status