Share

Psycho
Psycho
Penulis: Aryani Choi

Part 1

 Rachel pikir, pria yang datang menghampirinya di tengah masalah adalah sosok malaikat yang Tuhan kirimkan untuk dirinya dan membantu ia melewati semua ini. Namun, pria itu adalah iblis yang sangat membenci wanita.

   Seorang pria menyeret Rachel kala itu untuk dijual karena tidak sanggup membayar hutang yang diwariskan oleh mendiang ibunya. Jika biasanya anak mendapat warisan berupa harta, maka Rachel mendapat warisan berupa hutang yang jumlahnya tidak sedikit. Bagi dirinya yang berusia 27 tahun dan merupakan karyawan biasa di sebuah perusahaan, tentu bukan perkara gampang dalam urusan membayar hutang.

   Namun, ada pria dengan setelan jas rapi, bertubuh tinggi dengan tatapan mata dingin datang membantu Rachel. Tanpa berbasa-basi pria itu langsung membayar utang Rachel, membuatnya tidak jadi dijual sebagai wanita murahan.

   “Terima kasih sudah membantu saya. Saya pasti akan mengembalikan uang Anda. Tapi, Anda siapa? Kenapa tiba-tiba menolong saya?” Rachel bicara dengan sangat sopan dan penuh hormat.

   “Aku sudah lama memperhatikanmu. Ikut aku.” Hanya ini yang keluar dari mulut Marcus Cho, pria berusia 33 tahun dan merupakan pria mapan dengan segala bentuk kegilaannya. Psycho. Kata itu cukup untuk menggambarkan seorang Marcus Cho.

••••

   Terlalu cepat menganggap seseorang yang baru dikenal beberapa saat yang lalu sebagai orang baik adalah kesalahan besar. Setidaknya itu yang Rachel pikirkan saat ia tiba di rumah Marcus. Wanita malang ini langsung diseret masuk ke sebuah kamar. Awalnya Marcus tidak terlihat seperti orang jahat, walau memang tatapannya memang tidak enak dilihat, tapi saat ini pria itu terlihat seperti iblis.

   Marcus menyudutkan Rachel ke tembok, menaikkan kedua tangan wanita itu dan memegangnya dengan sangat erat, agar wanita yang sudah menjadi hak miliknya tidak bisa kabur. “Kau harus membalas kebaikkanku,” ucap Marcus dalam jarak sangat dekat dengan Rachel.

   “Saya sudah mengatakan akan mengganti uangnya. Kenapa Anda melakukan ini? Tolong biarkan saya pergi.” Rachel sangat memohon, tapi Marcus malah menertawakannya.  

   “Kau seharusnya tidak sebodoh ini. Jangan mudah menerima kebaikan seseorang yang tidak kau kenal. Kau tahu kenapa? Karena kau tidak tahu apa yang orang itu rencanakan untukmu.” Marcus sedang membicarakan dirinya sendiri.

   “Apa maksud Anda? Saya pikir Anda melakukannya dengan tulus.” 

   Mendengar ucapan Rachel membuat Marcus lagi-lagi tertawa. “Tulus? Aku sangat benci pada wanita, karena wanita sangat merepotkan bahkan menjijikkan. Jadi, kenapa aku harus melakukannya dengan tulus?”

   Rachel ingin diselamatkan dari pria psycho di hadapannya. Marcus membenci wanita, tapi malah membantunya yang sudah jelas seorang wanita. Rachel tidak tahu siapa yang ia ajak bicara saat ini, apa rencananya, dan kenapa bisa menyebut wanita sebagai sosok menjijikkan. Pria di hadapannya seakan menyebut bahwa semua wanita di dunia ini sangat hina. 

   “Saya tidak tahu apa yang Anda inginkan. Tapi tolong lepaskan saya. Saya berjanji akan mengganti uang Anda secepatnya.” 

   “Dengan gaji sekecil itu, kau bisa berbuat apa? Kau harus membalasnya dengan rahimmu. Berikan aku anak laki-laki. Harus laki-laki!” 

   Seumur hidup Rachel, baru kali ini ia bertemu pria seperti Marcus. Mengatakan menginginkan anak seolah anak adalah sesuatu yang tidak berharga yang bisa dihadirkan begitu saja bahkan harus berjenis kelamin laki-laki. Bagi Rachel, memiliki anak bukanlah lelucon, bukan pula barang yang bisa kau minta dengan gampangnya. 

   “Aku bahkan tidak mengenalmu dan kau seperti orang gila yang meminta rahimku. Jika kau membenci wanita, maka seharusnya jangan meminta sesuatu pada wanita!” gaya bicara Rachel mulai berubah. Ia yang tadi bicara sangat sopan pada Marcus, kini bicara dengan agak kasar pada pria itu.

   Marcus membenci siapapun yang berani melawan ucapannya, hingga membuatnya tanpa rasa ragu menampar keras pipi kiri Rachel sampai ada bekas tangan berwarna merah di sana. “Kau pikir, aku sudi melakukan ini? Kalau bukan karena wasiat sialan itu aku tidak akan pernah sudi berurusan dengan wanita. Aku memang gila dan kalian, wanita sialan yang membuatku seperti ini!" Marcus bicara dan di saat bersamaan tangannya mencengkram erat dagu Rachel.

   “Aku tidak mau mengandung anakmu! Aku tidak mau anakku memiliki darah pria gila sepertimu!” Rachel mendorong tubuh Marcus dan ia mendapat kesempatan untuk lari.

   Marcus hanya menyeringai saat melihat Rachel lari. Tidak peduli seberapa keras usaha Rachel untuk pergi dari sini, pada kenyataannya tidak akan ada jalan untuk pergi dari penjara mewah ini. Itulah alasan kenapa ia menyeringai. Tidak sampai satu menit Rachel sudah diseret kembali oleh pengawal Marcus, lalu dilempar ke ranjang.

   Dengan langkah santai Marcus mendekati Rachel yang kembali ingin lari, hanya saja kali ini semakin tidak ada kesempatan. Marcus menarik tangan Rachel, lalu kembali menghempaskan wanita itu ke ranjang. Marcus kembali mencengkram dagu Rachel dengan sangat kuat. 

   “Kenapa harus aku? Tolong lepaskan aku.” Rachel menangis di hadapan Marcus, berharap bisa melunakkan pria gila itu. 

   “Kau sudah terpilih dan sudah berhutang padaku. Hidupmu akan lebih buruk tanpa bantuanku, lebih tepatnya kau akan menjadi pelacur. Jadi terima saja takdirmu sekarang.” Marcus kembali menyeringai, lalu melepaskan dasi dan beberapa kancing kemeja bagian atasnya.

   “Kau mau apa?” Rachel bertanya dengan rasa takutnya. Marcus hanya menunjukkan senyuman iblisnya. 

   Rachel berpikir kalau Marcus akan memperkosanya, tapi saat telah berhasil menindihnya pria itu justru tertawa puas. Marcus tidak memberikan ciuman kasar seperti yang Rachel pikirkan. Ini semakin membuatnya berpikir bahwa Marcus memang pria gila. Pria itu tidak waras.

   Berulang kali Marcus mengatakan bahwa ia sangat membenci wanita. Sangat-sangat benci, jadi mustahil ia mau menyentuh wanita. Marcus bisa memuaskan dirinya sendiri dengan kedua tangannya, tidak perlu dengan wanita.

   “Kau pikir, aku akan menyentuhmu? Kau terlalu percaya diri. Kau bisa hamil tanpa kusentuh, jadi untuk apa menyentuh makhluk menjjikkan sepertimu?” Marcus menyeringai pada Rachel, lalu pergi meninggalkan wanita malang itu dalam keadaan pintu kamar terkunci.

   Rachel lega karena Marcus tidak menyentuhnya, tapi hatinya terasa sakit ketika disebut sebagai makhluk yang menjijikkan. Tidak ada wanita menjijikkan di dunia ini. Kenapa Marcus selalu menyebut wanita menjijikkan?

   Marcus berjalan menuju ke kamar sambil melepas satu persatu kancing kemeja hingga memperlihatkan tubuh seksinya. Tangan kanan Marcus kini meraih ponsel yang ada di dalam saku celananya, lalu menghubungi seseorang bernama William Jang. 

  “Persiapkan semuanya, lalu datang ke rumahku. Kau harus mengurus wanita itu.” 

   “Saya mengerti, Tuan.” 

   Hanya percakapan seperti itu yang dilakukan oleh Marcus dan William, setelahnya ia masuk ke kamar dan langsung membaringkan tubuhnya di ranjang. Kedua mata Marcus mulai terpejam, mencoba membuat dirinya nyaman setelah seharian bekerja.

   Namun, saat mata Marcus tertutup, tragedi dari masa lalu kembali muncul di benaknya, membuatnya seketika kembali membuka mata bahkan ia langsung terduduk. Marcus benar-benar benci terus mengingat dirinya yang dulu menjadi korban bully karena alasan yang sangat konyol.

*********

Bersambung ... 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status