Share

Part 8

Langit musim semi terlihat cerah hari ini, udara di Nami Island juga sangat segar hingga membuat Rachel menghirup oksigen sebanyak mungkin, lalu menghembuskannya sembari tersenyum. Ia tahu Marcus melakukan semua ini demi calon anak yang ada di kandungannya, bukan karena pandangan pria itu telah berubah terhadap wanita. Tidak apa-apa, ia memiliki keyakinan kalau perlahan Marcus pasti bisa berhenti melihat wanita sebagai makhluk yang menjijikan dan harus dijauhi. 

   “Nami Island sangat indah,” ucap Rachel dan terdengar sampai ke telinga Marcus, karena pria itu berdiri di sebelahnya.

   “Biasa saja. Bagiku, tidak ada tempat indah di dunia ini.” Dan Marcus menyahuti ucapan Rachel dengan kalimat seperti itu. Ia baru saja berbagi pandangannya tentang dunia. 

   Wanita cantik ini berdecak pelan mengetahui begitu cara Marcus memandang dunia. Pantas saja dia tidak pernah terlihat bahagia walau hanya sekali saja. “Kau harus mengubah cara pandangmu terhadap dunia. Dunia memang kejam, tapi bukan berarti dunia tidak memberikan keindahan. Membenci dunia hanya akan membuat dunia semakin melempar kekejaman padamu. Kau bilang, aku harus menerima sampah yang dunia lempar padaku, tidak boleh mengeluh dan harus membersihkan sampah itu. Kau harus melakukannya juga, berdamai dengan apa yang terjadi, lalu bersihkan kenangan buruk.”

   “Kau pikir, siapa dirimu sampai berani bicara begitu padaku?” 

   Baiklah, Rachel menyadari bahwa percuma saja bicara panjang lebar pada Marcus, sebab pria itu tidak akan peduli. “Apa kau punya kenangan buruk sampai benci pada wanita? Jika ya, kau harus melupakannya. Bagaimana jika anak kita ternyata perempuan? Aku tidak ingin meninggalkan anakku bersama pria sepertimu.” 

   “Kau akan melahirkan anak laki-laki! Dan berhentilah bicara begitu padaku. Kau tidak punya hak menasihatiku!” dengan cepat Marcus membalas ucapan Rachel bahkan sampai memberikan bentakan.

   Sudahlah, Rachel memilih untuk menjauh dari Marcus. Sungguh, percuma saja bicara pada pria itu, hanya buang-buang tenaga saja. Lebih baik diam, menikmati pemandangan Nami Island yang indah dari pada menasihati pria berkepala batu dan memiliki sifat psycho seperti Marcus. 

   “Aku ingin ke toilet,” ujar Rachel, lalu pergi ke toilet sendirian.

   Marcus dengan cepat memberikan isyarat pada pengawalnya untuk mengikuti Rachel. Ia takut jika wanita itu coba melarikan diri atau melakukan sesuatu pada calon anaknya. Kalau sampai hal itu terjadi, maka Rachel akan menerima hukuman yang sangat berat. 

   Tanpa diketahui oleh siapa pun, Louis yang mendengar kalau Rachel akan ke toilet dengan cepat bergerak pergi ke toilet lebih dulu agar bisa memberi kejutan pada wanita yang sangat ia cintai. Ia lebih suka menemui Rachel-nya di tempat yang sepi. 

••••

   Di toilet, Rachel baru saja akan masuk ke dalam salah satu bilik toilet. Tapi, ia nampak terkejut saat melihat seseorang yang baru saja keluar dari dalam bilik toilet. Ini toilet wanita, tapi pria malah ada di sini. Walau memakai masker, ia tahu orang itu adalah pria. Bagaimana bisa ada pria di sini? 

   “Ini toilet wanita, kenapa kau disini? Kau mengintip?!” ujar Jiwon. Di saat bersamaan, pria itu mulai mendekatinya.

   “Kenapa kau melakukan ini padaku?” Louis, pria ini berucap sembari terus mendekati Rachel  yang terus bergerak mundur.

   “Apa maksudmu?” demi Tuhan, Rachel mulai takut sekarang.

   “Aku mencintaimu, Sayang. Tapi, kenapa kau malah bersama pria lain? Aku yang lebih dulu mengenalmu dan lebih dulu mencintaimu, kenapa selalu pria lain yang berhasil mendapatkanmu? KENAPA?!” Louis berteriak dan membuat Rachel semakin takut. 

  “Menjauh dariku! Aku tidak mengenalmu dan aku tidak mengerti apa yang kau katakan!” meski sudah jelas mengatakan agar Louis menjauh, tapi tentu saja pria itu tidak mungkin mendengarkan apa yang Rachel katakan.

   “Kau tinggalkan dia, atau dia yang harus meninggalkan dunia.”

   Kata-kata itu, Rachel ingat pernah mendapat kata-kata itu sebelumnya saat masih menjalin hubungan yang harmonis dengan Tian. Orang tidak dikenal mengirim pesan padanya dan isinya persis seperti tadi. Ia tidak terlalu mengambil pusing tentang isi pesan itu bahkan hanya menganggap itu hanya orang iseng. Hari ini, ia berpikir bahwa pesan yang dulu dianggap tidak penting ternyata datang beberapa minggu sebelum Tian hilang. Pesan itu pasti berhubungan dengan hilangnya Tian. 

   “Kau siapa? Kau pernah mengirim pesan seperti itu padaku, kan? Tian, apa dia menghilang karenamu? Katakan padaku!” bentak Rachel. 

   “Aku mencintaimu, Rachel. Kau tidak boleh menjadi milik pria lain. Jangan memaksaku untuk mengirimmu ke surga, agar kau tidak menjadi milik pria lain.” 

   “Gila!” Rachel mengumpat dan berusaha untuk melarikan diri dari Louis. Marcus sudah memiliki sifat psycho, tapi ternyata ada yang lebih psycho darinya. Ia bahkan sampai tidak bisa memahami isi pikiran pria psycho di hadapannya.

  “Aku belum selesai bicara, Sayang.” Louis mencekal lengan Rachel, membuat wanita itu seketika meronta untuk membebaskan diri. 

   “Lepaskan aku! Tolong aku!” Rachel berteriak, berharap ada seseorang yang bisa menolongnya dari pria psycho ini. 

   Sayangnya teriakan Rachel tidak sampai ke telinga dua pengawal Marcus. Namun, kini Marcus datang karena merasa kalau Rachel sudah terlalu lama di toilet. Pria ini jadi curiga kalau Rachel melakukan sesuatu yang mungkin bisa membahayakan anaknya, atau mungkin juga mencoba melarikan diri. 

   “Apa yang dia lakukan di sana? Lama sekali. Awas kau!” Marcus akhirnya masuk ke dalam toilet. Masa bodoh jika ini adalah toilet wanita. Ia harus memastikan Rachel tidak melakukan sesuatu yang bisa memancing amarahnya.

   “Apa yang kau lakukan?!” dan Marcus  seketika berteriak saat melihat seseorang mencekal tangan Rachel, sedangkan Rachel menangis karena ketakutan.

   Melihat kehadiran Marcus membuat Louis langsung melepaskan tangan Rachel dan setelahnya melarikan diri. Marcus tentu berteriak pada pengawalnya agar mengejar pria misterius yang mencoba menyakiti Rachel. Di sisi lain, Rachel terduduk di lantai toilet, menangis dan terlihat sangat ketakutan.

   Ketika Marcus kembali ke toilet, ia mendekati Rachel dan wanita itu seketika memeluknya dengan sangat erat. Tangisan Rachel terdengar semakin kencang, begitu juga dengan pelukannya. Marcus tidak tahu apa saja yang sudah dilakukan oleh pria tadi, tapi pria itu telah membuat Rachel sangat ketakutan.

   “Apa yang terjadi? Siapa dia?” Marcus bertanya pada Rachel.

   “Tolong jangan tinggalkan aku. Aku takut.” Rachel tidak bisa menjawab pertanyaan Marcus saat ini, sebab ia masih sangat ketakutan. Yang Rachel butuhkan adalah rasa aman dan itu bisa didapatkan dari Marcus. 

   Kejadian yang baru saja terjadi benar-benar membuat Rachel sangat terguncang. Seseorang tiba-tiba mendatanginya, mengklaim sebagai pemilik dirinya bahkan mengancam akan mengirimnya ke surga jika ia menjadi miliki pria lain. Apakah kata psycho saja untuk menggambarkan sifat dari pria misterius itu? 

*******

Bersambung ....

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status