Home / Rumah Tangga / Pujaan Hati Sang Tuan Muda / Bab 6 - Dipermalukan & Dibuang

Share

Bab 6 - Dipermalukan & Dibuang

last update Last Updated: 2023-10-28 08:51:40

Irina menunggu cukup lama sembari meremas kedua belah telapak tangannya. Hari ini, dia tengah berada di sebuah rumah sakit. Bukan untuk memeriksakan diri, melainkan untuk menemui Rani yang bekerja menjadi dokter di sana.

Irina sudah beberapa kali menghubungi Rani. Dia memiliki kontaknya karena dia dan Rani memang saling mengenal dengan baik. Namun, Rani seakan tak ingin mengangkat teleponnya. Perempuan itu seakan menutup semua komunikasi yang dilakukan Irina padanya. Hingga akhirnya, Irina memutuskan untuk menemui Rani di tempat kerjanya saja hari ini, beberapa hari setelah ia dan Kevin sudah resmi menikah.

Irina berharap bahwa Rani mau menemuinya. Bagaimanapun juga, dia berutang maaf pada Rani. Irina bahkan berencana untuk mengembalikan Kevin pada Rani setelah dia melahirkan. Dan semoga saja, Rani bersedia menerima niatannya tersebut hingga semua bisa berjalan seperti sebelumnya.

Pintu ruang tunggu dibuka, menampilkan sosok Rani yang sudah berdiri di ambang pintu dan menatap Irina dengan penuh kebencian. Irina langsung berdiri dan mencoba tersenyum pada Rani.

“Bisa kita bicara sebentar?” tanya Irina. “Aku … ada yang ingin kusampaikan.”

“Kita bicara di luar.” Rani menjawab singkat.

“Tidak bisa di sini saja? Maksudku, tempat ini lebih private.”

“Tidak.” Rani menjawab dengan tegas. Ia lalu meninggalkan tempat itu dan Irina hanya bisa mengikuti ke mana kaki Rani melangkah.

Rupanya, Rani menuju ke kantin rumah sakit. Di sana cukup ramai. Beberapa orang mungkin mengenali Irina karena ia adalah seorang model populer. Mereka juga seakan tak percaya bahwa Irina sedang berada di sana.

Rani berhenti di sebuah tempat duduk yang berada paling ujung. Meski letaknya berada di paling ujung, nyatanya semua mata masih sesekali melirik ke arahnya. Mereka seakan ingin tahu apa yang sedang Irina lakukan di sana. Tak lupa, Rani juga memesan minuman dan tak lama, pelayan kantin menyuguhkan jus pesanan Rani padanya.

“Bicaralah.” Rani membuka suaranya.

Irina merasa bahwa Rani cukup berbeda. Biasanya, perempuan ini ramah dan lemah lembut. Namun, hal itu sudah sewajarnya. Siapa pun juga akan seperti Rani jika tunangannya direbut.

“Ran, kamu tentu tahu kalau kedatanganku ini untuk meminta maaf.”

“Untuk apa minta maaf? Memangnya saat kamu melakukan hal itu kamu ingat padaku?”

“Tolong, ini semua enggak seperti yang kamu pikirkan.”

Ya, Rani berpikir bahwa dia dan Kevin melakukan hubungan intim hingga terjadi kehamilan ini. Pada kenyataannya, kehamilannya terjadi karena proses yang dilakukan oleh dokter dan itu karena kemauan Irina sendiri. Kevin tidak seharusnya menanggung kesalahannya. Irina ingin menjelaskan hal itu pada Rani, tetapi belum sempat Irina menjelaskan, Rani tampaknya sudah tersulut emosi.

Dengan cepat, Rani meraih gelas jusnya dan menyiramkan isinya ke wajah Irina. Irina mematung, tak percaya bahwa Rani akan memperlakukannya seperti ini. Irina dipermalukan di depan umum dengan banyak mata yang sedang mengawasi mereka berdua.

“Kamu sudah merebut tunanganku! Kamu tidur dengan tunanganku, bahkan ketika masih menjadi istri orang lain! Kesalahanmu tak termaafkan, Irina! Kamu bahkan lebih hina daripada seorang pelacur!” Rani menyerukan kalimat hinaan tersebut. Dia benar-benar tak bisa mengendalikan emosinya.

Irina sendiri hanya bisa diam. Memangnya apa yang bisa dilakukannya? Seluruh orang di negeri ini mungkin sudah tahu. Dia yang sudah bersuami, tetapi malah hamil dengan pria lain. Ya, benar kata Rani, bahkan seorang pelacur saja tak akan melakukan hal seperti itu.

***

Irina tidak segera pulang setelah menemui Rani dan tak mendapatkan hasil apa pun selain dipermalukan dan dimaki-maki di depan umum. Dia memutuskan ke kantor manajernya dan bertanya apakah ada pekerjaan untuknya atau tidak. Irina sudah cuti cukup lama. Kini, tak ada alasan lain untuk dirinya cuti. Irina hanya ingin menghabiskan waktunya dengan bekerja dan melupakan semua permasalahannya.

“Tidak ada lagi pekerjaan untukmu. Beberapa brand bahkan memutus kontrak dengan kita.” Fany, manajernya, bahkan sudah memijat pelipis dan tampak sedikit kesal. “Apa yang kamu pikirkan saat melakukan hal itu? Apa kamu enggak mikir kalau karier kamu bisa hancur dalam semalam?”

Irina tak bisa menjawab. Dia bersalah dan kini, dia sedang terpuruk. Astaga … ini benar-benar bukan dirinya.

“Perceraianmu dengan Maximillan Romanov saja sudah membuat namamu meredup, ditambah lagi dengan pengakuanmu yang tak masuk akal itu. Hamil anak pria lain saat statusmu baru menjanda? Tentu semua orang mempertanyakan moralmu!”

Irina hanya mengangguk. Dia mengerti.

“Maafkan aku, aku tidak bisa janji jika di masa depan masih ada yang mau menggunakan jasamu.” Fany berkata jujur. Irina menerima itu walau rasanya sangat sakit.

Irina kemudian bangkit. Dia memutuskan untuk meninggalkan kantor Fany. Tak ada gunanya juga dia berada di sana.

Ketika Irina keluar, Irina hanya menunduk hingga tidak sadar sedang berpapasan dengan seseorang. Orang itu menyapa, “Irina?”

Irina mengangkat wajahnya ketika mendengar namanya dipanggil. Dia mendapati seorang pria tampan berdiri di hadapannya. Namanya Bastian, seorang pria yang berprofesi sebagai fotografer. Dulu, saat Max menjauh, Irina sempat memanfaatkan kehadiran Bastian yang saat itu sering terlibat pekerjaan bersamanya. Dia ingin menghibur diri dengan cara menjalin hubungan dengan Bastian. Meski begitu, hubungan mereka tak berjalan lama karena Irina tidak bisa melupakan sosok Max.

 “Bastian?”

“Hei, akhirnya kita ketemu lagi di sini. Maksudku, aku sangat jarang melihatmu akhir-akhir ini.” Bastian tampak menampilkan sikap ramahnya. Ya, memang pria ini selalu ramah dengan siapa pun, karena itulah dulu Irina pernah merasa nyaman saat bekerja dengan Bastian.

“Ya, tadi aku nemuin Fany.”

“Ada kerjaan? Kebetulan aku juga ada kerjaan sama Fany.”

“Ah, enggak.” Irina bingung harus menjelaskan seperti apa. Tak mungkin jika dia mengatakan bahwa kini dirinya sedang bermasalah dan kariernya sedang terpuruk.

Bastian kemudian melirik jam tangannya, lalu berkata, “Mau ngopi sebentar sama aku? Sudah lama kita enggak ketemu, kayaknya akan sangat menyenangkan jika kita saling berbagi cerita.”

“Tapi aku….” Irina ingin menolak, lalu ia menyadari Bastian memaksanya.

“Ayolah. Aku yang teraktir, oke? Kita masih berteman, kan?” tanya Bastian yang saat ini sudah meraih pergelangan tangan Irina dan menariknya meninggalkan tempat itu.

Irina tak memiliki pilihan lain. Hari ini, dia sudah sangat lelah. Dipermalukan oleh Rani, kemudian merasa dibuang oleh Fany. Mungkin dengan Bastian, dia bisa sedikit mengobati rasa sakit yang dia terima di sepanjang hari ini. Ya, mungkin saja.

-TBC-

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pujaan Hati Sang Tuan Muda   Bab 23 - Bunga

    Selama seminggu terakhir setelah kejadian Irina menampar Kevin malam itu, hubungan Irina dan Kevin kembali sedikit merenggang dan dingin. Irina sudah kembali tidur di kamar mereka. Namun, mereka hanya tidur. Kevin tak lagi menuntut haknya pada Irina setelah kejadian malam itu. Sedangkan Irina, meski dia merindukan sentuhan Kevin, Irina tentu tak mungkin tiba-tiba menggoda Kevin.Irina hanya sesekali mencoba mendekatkan diri pada Kevin, meski reaksi pria itu masih cuek-cuek saja. Meski begitu, Irina mengetahui, jika diam-diam Kevin perhatian padanya.Seperti… saat makan siang, tiba-tiba supir Kevin mengantarkan bingkisan makanan untuk Irina yang masih fokus dengan renovasi ruko untuk butiknya. Kevin juga sealu mengantar jemput Irina dengan alasan bahwa mereka satu arah.Perhatian-perhatian seperti itu membuat Irina sedikit tenang. Setidaknya dia tahu bahwa Kevin masih peduli dengannya, meski pria itu masih menampilkan ekspresi dingin dan cueknya.Hari ini, adalah hari pertama pembukaan

  • Pujaan Hati Sang Tuan Muda   Bab 22 - Tuduhan & Tamparan

    Irina menyusul Kevin masuk ke dalam ruko tersebut. Kevin tampak mengamati seluruh penjuru ruangan yang sudah kosong karena para pekerja Irina memang sudah lebih dulu pulang sebelum Bastian pulang tadi. Lalu Irina membuka suaranya lagi dan mencoba untuk mencairkan suasana yang masih terasa tegang.“Kamu mau minum sesuatu?” tawar Irina.Kevin menatap Irina, masih dengan tatapan mata tajamnya “Kamu masih belum menjawab pertanyaanku. Kenapa dia bisa di sini?”“Uumm, aku belum cerita ya? Ruko ini bekas studio foto milik Bastian. Aku ingat kalau tempatnya strategis, dan Bastian sudah pindah kantor hingga ruko ini kosong, jadinya aku memutuskan untuk menyewanya.”Kevin ternganga mendapati jawaban Irina yang jujur dan polos itu. Apa Irina tak memikirkan perasaanya? “Aku sudah bilang sama kamu, bahwa aku bisa membantumu mencarikan tempat. Tapi kamu memilih tetap di tempat ini. Sekarang aku tahu, apa alasannya.”“Aku hanya nggak mau buat kamu repot.”“Oh ya? Bukan karena agar kamu punya alasan

  • Pujaan Hati Sang Tuan Muda   Bab 21 - Tegang

    Kevin memberhentikan mobilnya di depan sebuah ruko besar. Dia mengamati ruko tersebut, kemudian menatap Irina dan bertanya “Jadi, di sini kamu akan menjual semua koleksimu?” Setelah kembali dari kapal, Kevin sebenarnya akan mengantarkan Irina pulang dan dia kembali ke kantornya. Namun rupanya, Irina ingin diantar ke sebuah tempat yang akan menjadi tempat kerjanya nanti. Sebuah tempat yang akan disulap Irina menjadi butik tempat dia akan menjual koleksi baju dan barang-barang branded tak terpakai miliknya.Irina tersenyum dan mengangguk “Ya. Bagaimana menurutmu tempatnya?” tanya Irina balik.Kevin mengamati sekitarnya “Bagus dan ramai. Kamu pintar cari tempat.”Irina tersenyum senang. “Aku ingat kalau tempat ini tidak terpakai. Ini milik temanku, jadi, aku menghubunginya untuk menyewanya sementara.”“Kalau kamu mau aku bisa—”“Tidak.” Irina memotong kalimat Kevin. “Aku tahu kamu bisa membelinya, tapi tempat ini tidak dijual.” Irina menjelaskan.“Apa yang kamu lakukan di sini nanti?” t

  • Pujaan Hati Sang Tuan Muda   Bab 20 - Putra Kita

    Cumbuan yang dilakukan Kevin semakin dalam, semakin menuntut, hingga akhirnya, Kevin tak mampu lagi menahan diri. Dilepaskannya tautan bibirnya pada bibir Irina, kemudian dengan napas yang masih memburu, Kevin mengajak Irina meninggalkan tempat tersebut menuju ke kamar di dalam kapal yang sudah dipersiapkan untuknya.Irina mengikuti saja kemanapun langkah kaki Kevin berjalan. Dia percaya sepenuhnya dengan pria itu, bahwa pria itu tak akan menyakitinya. Akhirnya, sampailah mereka di kamar yang sudah dipersiapkan. Irina mengamati segala penjuru ruangan. Rupanya, ruangan tersebut telah benar-benar dipersiapkan untuknya dan juga Kevin. Bahkan, tampak tertata rapi bunga-bunga di sana, membuat suasana terasa menjadi lebih romantis.“Kamu yang menyiapkan semua ini?” tanya Irina kemudian.Kevin menatap Irina dengan sungguh-sungguh. “Aku tak memiliki waktu sebanyak itu.” Irina tersenyum menanggapi jawaban Kevin. Pria itu kemudian mengulurkan jemarinya kembali menyentuh pipi Irinya, mengusapn

  • Pujaan Hati Sang Tuan Muda   Bab 19 - Berkencan & Berdansa

    Jam Empat sore, Irina sudah pulang dari tempat yang dia kunjungi tadi. itu adalah sebuah tempat dimana dia akan mendirikan butik baju koleksinya. Irina bersyukur bahwa semuanya berjalan dengan lancar, dan segera mungkin dia akan mulai memindahkan koleksi-koleksi bajunya ke sana setelah tempat tersebut siap.Saat ini, Irina sedang mempersiapkan diri untuk berkencan dengan Kevin, seperti yang sudah mereka rencanakan tadi pagi. Mengingat hal itu membuat pipi Irina kembali merona seketika.Irina menggunakan gaun yang menurutnya paling bagus, merias wajahnya dengan make up secantik mungkin, bahkan dia juga menata rambutnya sendiri agar terlihat indah di mata Kevin. Ini akan menjadi kencan pertamanya dengan Kevin, dan entah kenapa Irina merasa sangat antusias.Tiba-tiba saja Irina jadi teringat tentang apa yang dikatakan ibunya dulu, bahwa Kevin akan selalu menjadi tuan muda untuknya. Irina menunduk sedih, dia menatap perutnya sendiri lalu mengusapnya dan tersenyum lembut. “Apa yang kulaku

  • Pujaan Hati Sang Tuan Muda   Bab 18 - Dasi & Sarapan Bersama

    Pagi hari, Irina sudah membuka matanya, tapi dia memutuskan untuk tak bergerak dan tetap berada dalam rengkuhan Kevin. Selain karena canggung, Irina juga ingin menikmati kebersamaannya dengan Kevin lebih lama lagi. Irina takut, jika dia bangun lalu semua kebahagiaan ini akan berakhir seperti saat itu.Irina merasakan Kevin mengeratkan pelukannya, pria itu rupanya sudah bangun, namun tampak enggang bangkit dari tidurnya.“Kamu sudah bangun?” tanya Kevin dengan suara yang serak.Irina mengangguk lembut.“Mau mandi bareng?” tawar Kevin yang segera mendapatkan tatapan penuh arti dari Irina. Irina menunduk dan tersenyum. Pada akhirnya Kevin bangkit, mengajak Irina melakukan apa yang menjadi idenya tadi.*** Setelah mandi bersama, dan hanya mandi, karena meski menginginkan tubuh Irina, Kevin cukup tahu diri untuk tidak menyentuh tubuh Irina terlebih dahulu. Irina pasti lelah, dan dia tak ingin membuat Irina semakin kelelahan. Kevin mengganti pakaiannya dengan pakaian kerja, sedangkan Ir

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status