Share

Bab 7 - Rasa Cemburu

Kevin baru saja selesai rapat saat tiba-tiba dia merasa sangat merindukan Irina. Sebenarnya, hal seperti ini sering dirasakan oleh Kevin, tetapi ia memilih untuk mengabaikannya. Bahkan, menganggap bahwa perasaannya yang merindukan Irina adalah perasaan yang tak seharusnya dia rasakan.

Kini, Kevin merasa bahwa perasaan seperti ini wajar dia rasakan. Irina adalah istrinya dan perempuan itu sedang mengandung anaknya. Jadi, sangat wajar saja jika dia mengkhawatirkan atau bahkan merindukan Irina.

Kevin tidak bisa menghentikan niatannya untuk menghubungi Irina. Dalam sekejap mata, Kevin sudah terhubung dengan Irina melalui saluran telepon.

“Kamu di mana?”

“Aku sedang di kafe dengan temanku. Ada apa? Tumben kamu telepon?”

“Bisa ke kantorku?”

“Ada masalah?” tanya Irina.

“Enggak. Cuma mau pulang bersama saja nanti.” Kevin menjawab seadanya. Dia juga tidak tahu kenapa dia ingin sekali Irina berada di sekitarnya saat ini.

“Oke, kalau gitu aku ke sana.” Kemudian panggilan ditutup. Kevin hanya menatap ponselnya kemudian dia menghela napas panjang. Apa yang sudah dilakukan Irina padanya? Kenapa dia bisa bertekuk lutut hingga seperti ini pada perempuan itu?

***

Setelah banyak mengobrol dengan Bastian, Irina memutuskan untuk segera mengakhiri perjumpaannya. Suaminya tiba-tiba menelepon dan ingin dirinya datang ke kantor, katanya agar mereka bisa pulang bersama.

Ya, Kevin memang tidak cuti, padahal mereka baru saja menikah. Ingat, pernikahan mereka hanya dilakukan di kantor catatan sipil. Tak ada pesta, tak ada perayaan apa pun. Bahkan mungkin, tak akan ada yang tahu bahwa kini dirinya menjadi istri Kevin jika bukan akun-akun gosip yang memberitakannya dengan judul seperti “Pernikahan penuh skandal dan kontroversi”. Ya, memangnya mau bagaimana lagi?

“Kamu sudah mau pergi?” tanya Bastian kemudian.

“Ya. Kevin menelepon, memintaku untuk ke kantornya.”

“Ada masalah?”

“Enggak. Aku cuman diminta ke sana agar kita bisa pulang bersama.”

“Kenapa enggak dia saja yang jemput kamu di sini? Kamu sedang hamil, harusnya kamu enggak banyak keluyuran.” Bastian tampak kurang suka dengan rencana Irina.

Irina tersenyum lembut, apa yang dikatakan Bastian benar. Namun, dia tak memiliki hak untuk menolak Kevin. Dia sudah terlalu banyak merepotkan pria itu, bahkan bisa dibilang, Irina sudah menghancurkan masa depan Kevin.

“Biarlah, aku ke sana saja. Sekalian mau jalan-jalan.” Irina menjawab dengan lembut.

“Kalau gitu, aku antar.” Bastian langsung berdiri. 

Jika boleh jujur, Bastian memang masih memiliki rasa dengan Irina. Ya, siapa juga yang bisa melupakan sosok perempuan cantik dan sempurna seperti Irina? Ia akan selalu menjadi primadona untuknya, sampai kapan pun. Meski perempuan ini sudah pernah membuatnya kecewa di masa lalu, nyatanya, Irina tetaplah menjadi sosok yang spesial.

Irina tersenyum. Dia tahu bahwa Bastian akan melakukan ini. Irina mengenal Bastian, pria ini sangat baik. Karena itulah dulu Irina berhenti memanfaatkan ketulusan pria ini dengan cara memutuskannya. Pada akhirnya, Irina membiarkan Bastian mengantarnya. 

***

Irina akhirnya tiba di kantor Kevin. Dia turun dari mobil Bastian, pun dengan Bastian yang juga ikut turun. Irina sangat berterima kasih dengan Bastian yang sudah mau mengantarnya sampai di tempat Kevin. 

“Aku akan menghubungimu lagi. Kuharap, kamu masih mau berteman denganku.” Bastian berpesan sebelum Irina pergi meninggalkannya.

“Ya. Tentu saja, kita akan berteman baik.”

Bastian tersenyum lembut. “Dan jangan sungkan untuk menghubungiku jika kamu butuh sesuatu.” 

Irina pun mengangguk. Dia bisa melihat dengan jelas bagaimana tulusnya Bastian. Irina seharusnya merasa beruntung karena masih memiliki seseorang yang perhatian padanya. 

“Terima kasih. Aku seneng banget bisa ketemu sama kamu lagi siang ini.” Irina berkata jujur. Ya, setelah semua yang dialaminya hari ini, Irina merasa sangat bahagia karena sudah bertemu kembali dengan Bastian dan pria ini rupanya masih sangat baik padanya.

Tiba-tiba saja, Bastian meraih tubuh Irina hingga masuk ke dalam pelukannya. “Jaga dirimu baik-baik. Kulihat, kamu sedang tidak baik-baik saja,” bisik Bastian penuh arti sebelum melepaskan pelukannya kemudian masuk kembali ke mobil. Lalu, ia pun pergi meninggalkan Irina yang mematung di tempatnya berdiri.

Kemudian Irina tersenyum bahagia. Irina berjanji akan menjaga hubungannya dengan Bastian. 

***

Di tempatnya berdiri, Kevin mengepalkan kedua belah telapak tangannya. Dia melihat dengan jelas bagaimana Irina sedang dipeluk oleh seseorang. Kevin tahu benar siapa orang itu: Bastian, salah satu mantan kekasih Irina. 

Ya, Kevin tahu dengan siapa saja Irina pernah menjalin hubungan. Selain karena mencari tahu semua informasi pria yang sedang mendekati Irina, Irina juga sesekali bercerita tentang mereka. Setahu Kevin, pria tadi itu adalah seorang fotografer yang beberapa kali bekerja sama dengan Irina. Irina pernah menceritakannya, tetapi Kevin tahu lebih detailnya dari seorang detektif swasta yang dia sewa untuk menyelidiki pria mana saja yang sedang dekat dengan Irina.

Kini, pria itu dan Irina kembali bersama dan tampak begitu akrab. Apa … apa mereka kembali menjalin hubungan percintaan? 

Dada Kevin terasa panas. Kevin memang selalu merasa cemburu ketika melihat Irina dekat dengan pria lain. Dulu, ketika Irina memutuskan untuk menikah dengan Max, Kevin hingga harus menenangkan diri ke luar negeri dan bertekad untuk tidak menghubungi Irina lagi saat itu. Namun, kerinduannya membuat Kevin kalah. Kevin akhirnya kembali lagi pada Irina, meski perempuan itu sudah menjadi milik pria lain.

Sekarang, saat Irina benar-benar telah menjadi miliknya, perempuan itu tampaknya memilih untuk kembali pada kekasihnya yang dulu. Bagaimana bisa Irina melakukan ini padanya? 

Pintu ruang kerjanya dibuka, menampilkan sosok Irina yang tersenyum lembut padanya sembari melangkah masuk.

“Hai, kamu sudah selesai?” tanya Irina sembari mendekat ke arah Kevin. Ekspresi Kevin masih mengeras.  Hal itu sempat membuat Irina menatapnya bingung.

“Dari mana saja kamu?” tanya Kevin dengan nada yang kurang enak didengar.

“Aku … habis ngopi sama Bastian.”

“Kamu balikan lagi sama dia?” Pertanyaan Kevin yang terang-terangan itu membuat Irina merasa tidak enak. 

“Kupikir, itu bukan urusan kamu. Um, kita akan pulang bersama, bukan?” tanya Irina yang mencoba untuk mengalihkan pembicaraan mereka. 

Kevin tak menjawab. Rahangnya masih mengetat, kedua telapak tangannya mengepal erat. Meski begitu, Kevin tak bisa berbuat banyak. Dia membereskan barang-barangnya kemudian memutuskan untuk pergi begitu saja meninggalkan ruang kerjanya. 

Irina hanya bisa mengikuti dari belakang. Kevin tampak marah padanya. Kenapa? Apa karena ia tak mengizinkan pria itu mengurusi masalah pribadinya?

-TBC-

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status