Desa Ranu Pani.
Seorang gadis muda sedang mengayuh sepeda tua, membawa dua anak kecil yang terlihat mirip dengan seragam sekolah dasar yang mereka kenakan.Yora dan Yoga, anak kembar yang berusia sepuluh tahun, meskipun mereka kembar tapi Yora memiliki tubuh yang lebih besar dari kakak kembarnya.Ketiga saudara itu sedang melewati perjalan pulang ke rumah, tawa sesekali hadir di antara ketiganya, saat sepeda tua itu tidak sengaja menginjak batu kerikil dan membuat Yotta kesusahan mengendalikan sepedanya."Kakak, kenapa kau begitu payah!! " ejek Yoga yang di depannya."Apa kau bisa membawa sepeda ini, memberikan tumpangan untukku dan juga Yora?" Ucap Yotta, mencium pipi anak kecil yang mengejeknya."Aku tidak mau, tunggu aku besar. Aku akan membeli sepeda motor untuk membawamu berkeliling." Jawab Yoga."Benarkah? Tapi kau harus bisa bersepeda lebih dulu." Sela Yotta."Kakak, dia akan membeli sepeda motor yang punya roda empat," timpal Yora yang duduk di belakang."Kau lihat nanti, jika aku punya sepeda motor, aku tidak akan memberi tumpangan padamu," jawab Yoga sedikit kesal pada saudaranya kembarnya."Hmm, siapa yang mengajarimu berbicara seperti itu, kau tau, satu-satunya laki-laki di rumah kita itu hanya dirimu. Jadi kau harus menjaga kami semua nantinya," tutur Yotta, menahan amarah bocah kecil itu." . . . " Yoga diam, dia tidak begitu paham apa yang diucapkan sang kakak."Apa kau dengar?" tanya Yotta lagi, sambil terus mengayuh sepedanya."Kenapa harus aku? Bukankah kau lebih besar, dan juga ada ibu bukan," jawab Yoga dengan polos."Karena kau seorang laki-laki, dan sudah menjadi tugas laki-laki menjaga wanita. " Jawab Yotta, dia tidak bisa memilih kata-kata yang tepat untuk berbicara pada anak kecil itu.Ketiga saudara itu melanjutkan perjalan, Yora dan Yoga tetap tidak bisa berhenti berdebat, tapi meskipun begitu keduanya tidak pernah bertengkar sejauh ini.Waktu berlalu, sepeda tua itu kembali membawa mereka bertiga kerumah, Yotta menyimpan kembali sepedanya, dan segera membawa kedua adiknya masuk.Gadis itu meminta kedua bocah itu untuk menganti pakaian sebelum makan, Yotta bergegas ke dapur membuka tudung saji yang sudah usang di atas meja kayu yang juga sudah tua.Di bawah tudung saji, sudah ada lauk pauk yang berbeda dari biasanya, ada beberapa potong ayam goreng, sambal dan tumisan sayur.Semua hidangan itu tampak sangat lezat, tadi siang dia tidak melihat ayam goreng di bekal yang dibawa sang ibu.Hari ini Yotta memang tidak membantu ibunya di dapur, kemarin dia sungguh lelah bekerja di ladang seorang diri dan pagi ini dia bangun lebih siang dari biasanya."Kak, aku sangat lapar," ucap Yora yang entah sejak kapan sudah berdiri di belakangnya."Panggil Yoga kesini, kakak akan siapkan makanan untuk kalian berdua." Yotta mengusap rambut gadis kecil itu sambil tersenyum manis.Yora pergi, dan Yotta segera menyiapkan piring untuk kedua adiknya, mengambilkan nasi dan lauk pauk yang sudah disusun rapi di atas piring keduanya.Tidak lama kedua adik kecil itu sudah kembali ke dapur, duduk di kursi kayu dan mulai makan.Melihat ayam goreng diatas piring itu membuat Yoga yang biasanya susah makan menjadi sangat bersemangat."Makanlah yang banyak, dan jangan main terlalu jauh, kakak mau ke hutan. "Bersambung _" . . . " Yotta mengangguk, tanda mengerti apa yang diucapkan oleh sosok wanita muda di hadapannya.Waktu berlalu, Yoga sudah kembali di bawa ke ruang perawatan, tidak lama si kecil yang pemberani itu juga sudah sepenuhnya sadar.Di usia yang masih muda hal yang wajar jika Yoga menangis, akibat rasa sakit yang mungkin saja tidak tertahankan.Yotta hanya bisa menenangkan sang adik, dengan kata-kata yang keluar dari bibirnya.Sambil sesekali mengusap tangan si kecil yang terbalut gips dan membatasi gerakannya.Selain operasi pemasangan pen yang dilalui, luka lain yang di beberapa bagian tubuhnya pasti membuat Yoga merasa kesakitan.Yotta menatap pilu pada si kecil celoteh aneh dari bibirnya menghilang, berganti dengan suara rintihan yang kerap kali terdengar memilukan.Operasi yang berjalan lancar membuat rasa cemas menghilang, tenaganya seketika seolah habis tak bersisa.Dari kemarin tidak ada waktu untuk un
Di ruangan lain Dokter menjelaskan kondisi sang adik, yang tidak hanya mengalami beberapa luka robek di bagian pelipis dan juga tangannya, tapi tangan kecilnya juga mengalami patah tulang.Yoga yang malang harus menerima beberapa jahitan untuk menutup luka, dan akan segera dirujuk ke kota untuk penanganan selanjutnya. Setelah selesai dengan keterangannya, Dokter meminta Yotta segera melakukan pembayaran, karena sang adik sepertinya harus segera dipindahkan.Lembaran kertas administrasi yang hanya bisa dipandang pilu oleh si gadis muda, Yotta bersandar di tembok dingin sambil berusaha memikirkan sesuatu.Tidak ada tabungan yang dia miliki untuk membayar, tidak ada juga barang yang bisa dijual untuk di ganti dengan rupiah.Si gadis muda melangkah gontai, air mata yang tadi sudah mengering kembali jatuh.Langkah berat yang membawanya keluar dan bertemu dengan sang bibi, yang tengah menunggu bersama saudara kecilnya." Yo,
Desa Ranu Pani.Sudah hampir satu bulan sejak kepergian sang ibu, kehidupan keluarga kecil yang hanya berisikan Yotta dan si kembar semakin terasa sulit.Tidak banyak yang si gadis muda bisa harapkan saat ini, orang-orang yang memerlukan tenaganya juga tidak terlalu banyak.Dalam minggu ini si gadis muda hanya mengerjakan satu ladang, pekerjaan untuk membersihkan kebun seorang tetangga di yang tidak jauh dari rumahnya.Yotta, si gadis muda tengah sibuk membersihkan sisa rumput yang sudah di cabut ya sejak tadi pagi.Kegiatan yang terpaksa dihentikan ketika seseorang dari jauh berteriak memanggil namanya berulang kali dari kejauhan." Yotta!!! "" Yotta!!!! "" Yo!! "Seorang berlari menghampiri dirinya, dengan nafas berat memburu sambil terengah-engah." Ada apa bi? " tanya sang gadis." Yo, cepat pulang. Yoga mengalami kecelakaan dan sedang dibawa ke puskesmas, " ucap si wanita paruh
Di teras rumah Angga dan juga Yoga menghabiskan waktu membicarakan banyak hal sambil menunggu kedua gadis itu bersiap.Waktu berlalu, Yoga tengah asik bermain sebuah game dari ponsel milik Angga. Permainan yang harus terhenti ketika Yotta dan juga Yora kembali dengan tampilan yang sangat rapi, mengenakan pakaian yang lebih bagus dari biasanya.Yora tampil cantik dengan gaun yang kembang serta rambut lurus dan panjang yang dikepang dua.Sedangkan Yotta, tidak banyak berubah. Dia seperti biasa, tanpa riasan dan hanya baju sederhana yang yang menutupi hampir seluruh tubuhnya." Apa kita berangkat sekarang? " tanya Angga." Mmt, Iya. Aku harus memberikan ini ke pengepul sayur, " jawab Yotta, mengambil sayuran yang terletak tidak jauh di antara kedua pria itu." Baiklah, biar aku membantumu. " Angga mengambil karung yang tidak terlalu besar dari tangan sang gadis." . . . " Yotta membiarkan Angga melakukan apa yang diing
Desa Ranu PaniMatahari sudah mulai turun, petang akan segera menyapa dengan cahaya keemasan mewarnai cakrawala senja.Ketiga yatim piatu tampak sedang saling membantu mengerjakan pekerjaan rumah.Sang kakak tertua masih setia di kebun kecil yang mereka miliki, beberapa baris tanaman sayuran hijau yang di taman sang ibu beberapa bulan yang lalu sudah bisa dipanen.Sedangkan kedua si kembar tampak membantu sang kakak, Yora memanen kacang panjang yang tumbuh subur.Tidak jauh dari keduanya Yoga membantu untuk mencabut rumput-rumput liar yang tumbuh di sepanjang barisan sayur yang mereka tanam.Si sulung mengangkat pandangan pada langit yang sudah memerah, mereka terlalu hanyut dengan apa yang dikerjakan hingga tidak menyadari waktu berlalu begitu saja.Si gadis membawa hasil panen yang ditangannya, sesaat menatap lekat pada apa yang mereka hasilkan hari ini.Sebuah garis melengkung terukir di sudut bibir sang gadi
" Hmm lupakan itu, mari berpikir apa yang akan kau lakukan untuk kedua adikmu. "Angga melanjutkan kalimatnya, dengan meraih tubuh kecil si gadis duduk di sisinya." Kau benar, masalah lain sedang menunggu, " jawab Yotta, mengangkat pandangannya tertuju ke halaman rumah." Yo, kehidupan terus berjalan dan mereka sangat membutuhkan dirimu, " ucap Angga, mengikuti pandangan sang gadis." Menurutmu apa yang bisa aku lakukan, jika hanya menunggu seseorang datang untuk memintaku bekerja diladang tentu aku tidak akan bisa mengumpulkan uang, kau tau tidak setiap hari orang-orang membutuhkan tenaga bantuan, " balas Yotta, menoleh pada pria yang sudah banyak membantu." Hmm, Yo, apa kau tidak berniat untuk pergi ke kota? Disana mungkin kau bisa mendapatkan pekerjaan lain, " jawab Angga, mencoba memikirkan sesuatu untuk membantu." Tapi bagaimana dengan Yora dan Yoga, aku tidak mungkin meninggalkan mereka disini, " balas Yotta, kembali mem