Home / Romansa / Pulang / Senandung Pagi 3

Share

Senandung Pagi 3

Author: Myangell
last update Last Updated: 2024-02-21 15:07:13

Keduanya kembali mengangkat suapan dari makanan yang mereka miliki saat ini, sang ibu beberapa kali menatap putri tertuanya itu.

Raut wajah wanita itu tampak sedih, banyak hal mengganggu pikirannya hari ini.

Tapi sebagai seorang ibu, dia tidak ingin membebankan anaknya, terlebih Yotta, putrinya itu sudah cukup banyak membantu.

Selain membantu di ladang, dia juga harus mengurus kedua adiknya dan beberapa pekerjaan rumah lainnya.

Seorang anak perempuan yang seharusnya, berdandan cantik menggunakan bedak dan pakaian yang bersih.

Tapi putrinya berbeda, meskipun sudah berusia delapan belas tahun, Yotta masih terlihat seperti remaja.

Dia begitu polos, baik dari perilaku dan juga penampilannya, Yotta tidak suka berdandan, apalagi berpakaian aneh seperti wanita muda pada umumnya.

Dia akan terlihat semakin dibawah usianya, ketika bermain bersama kedua adik kembarnya.

Sang ibu menyudahi makanannya, merapikan peralatan makan dan mencuci tangan.

Sejenak wanita itu duduk diam, menatap lurus pada luasnya ladang, pandangan terlihat menerawang tidak jelas apa yang sedang di pikirannya.

"Bu, apa kau baik-baik saja?" tanya Yotta, gadis itu menangkap raut wajah gelisah dari sang ibu.

"Ehm, Yo cepatlah pulang. Adik-adikmu pasti sudah menunggu di sekolah." Wanita tua itu melihat matahari yang sudah sedikit turun.

"Bu, kenapa kau begitu gelisah. Katakan apa yang sedang kau cemaskan. Apa kau sakit?" tanya Yotta mendekati sang ibu.

"Tidak nak, Ibu baik-baik saja. Cepat pulang urus adik-adikmu dengan baik." Tutur sang ibu menatap lekat pada putrinya.

" . . . " Yotta diam tidak bersuara.

Dia bisa menangkap kegelisahan dari raut wajah sang ibu, tapi meskipun begitu dia tidak bisa memaksa wanita itu untuk berbicara.

"Baiklah, bu jika memang harus menjualnya hari ini, ingatlah untuk cepat kembali. Aku takut hujan akan turun di malam hari," ungkap Yotta.

Gadis muda itu bersiap, dia harus pergi meninggalkan sang ibu untuk menjemput si kembar.

"Yo!!" sang ibu menahan lengan gadis itu ketika berbalik.

" . . . " Yotta membeku ketika wanita tua itu tiba-tiba memeluk dirinya.

"Terimakasih nak, kau sudah banyak membantu ibu," bisik wanita tua itu memeluk putrinya.

"Bu, jangan banyak berpikir, ini adalah tugasku. Aku putrimu yang paling tua, aku tidak merasa semua ini membebaniku," ungkap Yotta, mengeratkan dekapannya.

Beberapa saat pemandangan haru itu berlalu, sang ibu kembali tenang dan meminta Yotta untuk bergegas pergi.

Wanita paruh baya itu duduk memandangi sang putri yang berjalan semakin menjauh, membelah lahan pertanian sayur mayur yang tumbuh subur.

Kedua bola matanya terus mengikuti langkah sang putri, wajah yang sedikit keriput termakan usia dan beratnya kehidupan yang harus dijalani.

Wanita paruh baya itu mengusap air mata yang mengaburkan pandangannya.

Uuhukkk…. Uuhukkk…Uuhuuuhkkk!!!

Tenggorokan yang terasa begitu gatal membuat wanita tua itu batuk beberapa kali,, hingga membuat nafasnya terasa sesak.

Wajah si ibu memerah, wanita itu menutup mulutnya dengan satu tangan menahan batuk yang kembali menyerang.

Penyakit yang dideritanya membuat batuk itu tidak pernah benar-benar menghilang.

Tapi dia tidak bisa duduk diam di rumah, meskipun Yotta sudah berkali-kali melarang dirinya untuk bekerja di ladang.

Gadis muda itu selama ini bekerja menggantikan dirinya, sang ibu sedikit menyesal atas kekurangan yang mereka miliki hingga membuat gadis muda itu tidak melanjutkan pendidikannya.

Berpikir andai saja Yotta bisa bersekolah, mungkin dia tidak akan bekerja dengan cangkul dan arit.

Gadis muda itu pasti terlihat cantik dengan balutan pakaian yang bersih, bekerja di toko ataupun di gudang pengepul sayur.

"Hmp" si ibu menarik nafas dalam.

Semua beban dalam hidupnya terasa semakin berat, jika memikirkan gadis cantik yang seharusnya menjadi ratu, di dalam keluarganya justru menjadi tulang punggung.

Sang ibu kembali bekerja, masih ada beberapa petak yang harus di panen.

Dia harus segera menyelesaikan pekerjaan itu, agar bisa lebih cepat pergi.

Waktu berlalu, matahari juga semakin turun. Tidak terasa hari sudah beranjak sore, pekerjaan itu sudah hampir selesai ketika si pemilik ladang datang.

"Bu Retno!!" Sapa pak Pur.

"Ya pak," sahut wanita itu.

"Apa semua sudah selesai?" tanya si pemilik kebun.

"Sudah pak, saya juga sudah memisahkan mana sayur yang rusak." Retno menunjuk tumpukan yang berada didekat pria itu.

"Ibu bisa ambil itu, dan ini bayaran untuk hari ini." Si pemilik tersenyum dan menyerahkan beberapa lembar rupiah.

"Terimakasih pak." Bu Retno menerima upahnya.

Tidak lama pemilik kebun undur diri, orang-orang yang datang bersamanya juga sudah mengangkat hasil panen hari ini.

Setelah semua selesai bu Retno juga bersiap untuk pergi, mengumpulkan sayuran yang akan dibawanya ke pasar.

Beberapa waktu berlalu, semua sudah selesai, barang-barang yang tadi dibawanya dari rumah sudah terlebih dulu dibawa pulang oleh sang putri.

Bu Retno memikul sayuran itu di punggung, langkah kecil wanita paruh baya itu mulai menelusuri lereng.

Sesekali dia tampak berhenti, menghela nafas yang semakin terasa sesak.

Wanita itu mengangkat kepalanya ke atas langit, menghembuskan nafas yang tertahan dan kembali melangkah.

Desa Ranu Pani, sebuah desa yang nyaman untuk ditinggali, udara yang sejuk lingkungan yang terjaga mengundang banyak orang untuk datang berkunjung ketempat itu.

Tapi kehidupan selalu punya ceritanya sendiri, meskipn desa itu memiliki udara sejuk dan segar, nyatanya disana tinggal satu keluarga yang merasa sesak setiap harinya.

** Selamat Membaca **

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pulang   Operasi Yoga

    " . . . " Yotta mengangguk, tanda mengerti apa yang diucapkan oleh sosok wanita muda di hadapannya.Waktu berlalu, Yoga sudah kembali di bawa ke ruang perawatan, tidak lama si kecil yang pemberani itu juga sudah sepenuhnya sadar.Di usia yang masih muda hal yang wajar jika Yoga menangis, akibat rasa sakit yang mungkin saja tidak tertahankan.Yotta hanya bisa menenangkan sang adik, dengan kata-kata yang keluar dari bibirnya.Sambil sesekali mengusap tangan si kecil yang terbalut gips dan membatasi gerakannya.Selain operasi pemasangan pen yang dilalui, luka lain yang di beberapa bagian tubuhnya pasti membuat Yoga merasa kesakitan.Yotta menatap pilu pada si kecil celoteh aneh dari bibirnya menghilang, berganti dengan suara rintihan yang kerap kali terdengar memilukan.Operasi yang berjalan lancar membuat rasa cemas menghilang, tenaganya seketika seolah habis tak bersisa.Dari kemarin tidak ada waktu untuk un

  • Pulang   Kembali berhutang

    Di ruangan lain Dokter menjelaskan kondisi sang adik, yang tidak hanya mengalami beberapa luka robek di bagian pelipis dan juga tangannya, tapi tangan kecilnya juga mengalami patah tulang.Yoga yang malang harus menerima beberapa jahitan untuk menutup luka, dan akan segera dirujuk ke kota untuk penanganan selanjutnya. Setelah selesai dengan keterangannya, Dokter meminta Yotta segera melakukan pembayaran, karena sang adik sepertinya harus segera dipindahkan.Lembaran kertas administrasi yang hanya bisa dipandang pilu oleh si gadis muda, Yotta bersandar di tembok dingin sambil berusaha memikirkan sesuatu.Tidak ada tabungan yang dia miliki untuk membayar, tidak ada juga barang yang bisa dijual untuk di ganti dengan rupiah.Si gadis muda melangkah gontai, air mata yang tadi sudah mengering kembali jatuh.Langkah berat yang membawanya keluar dan bertemu dengan sang bibi, yang tengah menunggu bersama saudara kecilnya." Yo,

  • Pulang   Yoga Kecelakaan

    Desa Ranu Pani.Sudah hampir satu bulan sejak kepergian sang ibu, kehidupan keluarga kecil yang hanya berisikan Yotta dan si kembar semakin terasa sulit.Tidak banyak yang si gadis muda bisa harapkan saat ini, orang-orang yang memerlukan tenaganya juga tidak terlalu banyak.Dalam minggu ini si gadis muda hanya mengerjakan satu ladang, pekerjaan untuk membersihkan kebun seorang tetangga di yang tidak jauh dari rumahnya.Yotta, si gadis muda tengah sibuk membersihkan sisa rumput yang sudah di cabut ya sejak tadi pagi.Kegiatan yang terpaksa dihentikan ketika seseorang dari jauh berteriak memanggil namanya berulang kali dari kejauhan." Yotta!!! "" Yotta!!!! "" Yo!! "Seorang berlari menghampiri dirinya, dengan nafas berat memburu sambil terengah-engah." Ada apa bi? " tanya sang gadis." Yo, cepat pulang. Yoga mengalami kecelakaan dan sedang dibawa ke puskesmas, " ucap si wanita paruh

  • Pulang   Sampai Jumpa

    Di teras rumah Angga dan juga Yoga menghabiskan waktu membicarakan banyak hal sambil menunggu kedua gadis itu bersiap.Waktu berlalu, Yoga tengah asik bermain sebuah game dari ponsel milik Angga. Permainan yang harus terhenti ketika Yotta dan juga Yora kembali dengan tampilan yang sangat rapi, mengenakan pakaian yang lebih bagus dari biasanya.Yora tampil cantik dengan gaun yang kembang serta rambut lurus dan panjang yang dikepang dua.Sedangkan Yotta, tidak banyak berubah. Dia seperti biasa, tanpa riasan dan hanya baju sederhana yang yang menutupi hampir seluruh tubuhnya." Apa kita berangkat sekarang? " tanya Angga." Mmt, Iya. Aku harus memberikan ini ke pengepul sayur, " jawab Yotta, mengambil sayuran yang terletak tidak jauh di antara kedua pria itu." Baiklah, biar aku membantumu. " Angga mengambil karung yang tidak terlalu besar dari tangan sang gadis." . . . " Yotta membiarkan Angga melakukan apa yang diing

  • Pulang   Pasar Malam

    Desa Ranu PaniMatahari sudah mulai turun, petang akan segera menyapa dengan cahaya keemasan mewarnai cakrawala senja.Ketiga yatim piatu tampak sedang saling membantu mengerjakan pekerjaan rumah.Sang kakak tertua masih setia di kebun kecil yang mereka miliki, beberapa baris tanaman sayuran hijau yang di taman sang ibu beberapa bulan yang lalu sudah bisa dipanen.Sedangkan kedua si kembar tampak membantu sang kakak, Yora memanen kacang panjang yang tumbuh subur.Tidak jauh dari keduanya Yoga membantu untuk mencabut rumput-rumput liar yang tumbuh di sepanjang barisan sayur yang mereka tanam.Si sulung mengangkat pandangan pada langit yang sudah memerah, mereka terlalu hanyut dengan apa yang dikerjakan hingga tidak menyadari waktu berlalu begitu saja.Si gadis membawa hasil panen yang ditangannya, sesaat menatap lekat pada apa yang mereka hasilkan hari ini.Sebuah garis melengkung terukir di sudut bibir sang gadi

  • Pulang   Menjemput Yoga dan Yora

    " Hmm lupakan itu, mari berpikir apa yang akan kau lakukan untuk kedua adikmu. "Angga melanjutkan kalimatnya, dengan meraih tubuh kecil si gadis duduk di sisinya." Kau benar, masalah lain sedang menunggu, " jawab Yotta, mengangkat pandangannya tertuju ke halaman rumah." Yo, kehidupan terus berjalan dan mereka sangat membutuhkan dirimu, " ucap Angga, mengikuti pandangan sang gadis." Menurutmu apa yang bisa aku lakukan, jika hanya menunggu seseorang datang untuk memintaku bekerja diladang tentu aku tidak akan bisa mengumpulkan uang, kau tau tidak setiap hari orang-orang membutuhkan tenaga bantuan, " balas Yotta, menoleh pada pria yang sudah banyak membantu." Hmm, Yo, apa kau tidak berniat untuk pergi ke kota? Disana mungkin kau bisa mendapatkan pekerjaan lain, " jawab Angga, mencoba memikirkan sesuatu untuk membantu." Tapi bagaimana dengan Yora dan Yoga, aku tidak mungkin meninggalkan mereka disini, " balas Yotta, kembali mem

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status