Share

Haruskah Kawin Lari?

Gontai, Hiranur berjalan kembali ke ruang kerja, usai memenuhi panggilan William. Saat ini dia merasa tubuh sudah terbelah menjadi dua. Bagaimana tidak? Hari ini juga paling lambat besok pagi dia harus mencetak brosur promosi baru, ide cemerlang dari William. Gila menurutnya tetapi tentu saja Hiranur tak berani menyanggah. Cukup mengherankan memang, belum pernah dia setakut itu ketika berhadapan dengan atasan. Apakah karena William orang asing? Mungkin. Ah tapi Menir Hank juga orang asing, bukan dan Hiranur tak pernah takut. Segan, hormat namun tidak takut.

"Hanya mengandalkan keuntungan dari penjualan saja?" cebik Hiranur sambil menghempaskan tubuh ke kursi kerjanya yang empuk, bersih dan wangi. "Konyol kali bah, hajab!" (Konyol banget ah, berat!): bahasa Aceh.

"Satu eksemplar buku, misalnya dijual delapan puluh ribu. Dipotong royalty untuk penulis dua puluh persen, tinggal enam puluh empat ribu. Biaya pengurusan ISBN? Hahahaha, selamat makan angin, Real Publishing!" Hiranur bergu
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status