Share

Kelahiran, Hidup dan Perjalanan

"Kama, ke marilah sebentar!" Mamak memanggil dari dalam kamar.

Mau tak mau, siap tak siap meskipun lutut bergetar, Kama memenuhi panggilan Mamak. Sepertinya genting sekali.

"Saya, Mak?"

Mamak beringsut turun dari tempat tidur. "Ha, tolong kau ambilkan pucuk pisang yang masih tergulung di belakang ya? Kau ambilkan dua. Nah, kalau abangmu sudah siap sembahyang, kau suruh kemari dia, ya. Kurang sikit lagi, bukaannya lengkap."

"Baik, Mak."

Kama membalikkan badan menghadap ke pintu, berjalan gontai. Lututnya semakin bergetar sekarang. Sempat dilihatnya tadi si kakak Ipar meringis kesakitan, menjerit tertahan setengah mengedan. Keringat bercucuran di wajah pucatnya.

"Abang, suruh masuk ke kamar sama Mamak." cakapnya saat berpapasan dengan Abang. Dia susah selesai sembahyang.

"Ya, Kama." Abang membenarkan letak sarungnya. "Kau mau ke mana?"

"Di suruh Mamak ambik pucuk pisang di belakang."

Abang mengangguk. "Wah, terima kasih ya, Kama?"

Giliran Kama yang mengangguk, mencoba men
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status