Share

06. Penyesalan

“Aku juga sependapat denganmu, entahlah siapa yang sudah mau mencelakakan ku.”

“Sebenarnya banyak yang patut dicurigai, tetapi aku tidak ingin membahasnya dulu.”

“Fokuskan dulu ke satu masalah ini, firasatku mengatakan kalau hidup Allisa dalam bahaya.”

“Walaupun aku sudah mulai membencinya tetapi karena dia masih berstatus kan istriku, aku harus  berpura-pura menjadi suami yang baik hati dan buta.”

“Kamu memang aneh, Radit!”

“Banyak orang ingin menjadi kaya, tidak mau hidup miskin tetapi kamu malah memilih hidup seperti ini,” celetuk Panji.

Arlan hanya menanggapinya dengan menatap tajam ke arahnya, sesekali menyeruput dan menikmati kopi hitamnya sembari menyunggingkan sebuah senyuman kecil di sudut bibirnya.

“Apa yang kamu pikirkan, Lan?”

“Tidak ada, hanya saja aku masih ke pikiran tentang Alisa dan Bima.”

“Kamu cemburu?”

“Tidak, setelah aku tahu dia mempunyai hubungan spesial dengan Bima, rasa cinta itu kini telah menjadi benci ,” jawabnya santai.

“Aku membenci yang namanya kebohongan, kamu tahu akan sulit bagiku untuk memaafkan orang yang telah membohongiku,” jelasnya dengan nada amarah.

“Oh ya, bagaimana dengan sikapmu?”

“Kamu juga membohongi dirimu sendiri, Alisa bahkan di mata dunia kamu berpura-pura buta.”

“Menyembunyikan identitas kamu sebenarnya kalau kamu adalah salah satu pewaris dari keluarga Admaja, apakah itu namanya bukan kebohongan?” sindir Panji tersenyum kecil sembari menyeruput secangkir kopi hitam yang dipesannya tadi.

“Ya, aku akui memang betul tetapi aku berbohong ada alasannya.”

“Aku tidak mau orang menganggapku sebagai pria yang lemah dan tidak bisa berbuat apa-apa tanpa nama besar itu.”

“Kamu tahu sendiri kan Panji, aku mengubah penampilanku dari masih berusia dua belas tahun, aku ingin merasakan menjadi orang yang sederhana, culun tetapi kutu buku.”

“Jauh dari kata kemewahan seperti yang sekarang dirasakan oleh anak manja itu, si Axel putra kesayangan mereka yang tidak bisa berbuat apa-apa, yang dia tahu adalah hanya membuat onar.”

“Dan itu berhasil, aku bisa diterima karena aku pintar, tenaga dan pikiranku di pakai. Aku menikmatinya sampai aku bertemu dengan wanita pengkhianat itu,” jelasnya yang masih terlihat kesal.

“Kamu memang beda Dit, orang lain malah ingin menjadi kaya dalam sekejap, tetapi kamu malah tidak ingin orang tahu kalau kamu putra tertua dari keluarga Adtmaja ,” jelas Panji terlihat bingung dengan apa jalan pikiran sahabatnya itu.

“Karena kekuasaan itu lah mereka menjadi tamak, tidak lagi memikirkan yang di bawah dan berlomba -lomba  untuk mengumpulkan harta di dunia tetapi lupa kalau semua itu akan kembali lagi ke tempat semula.”

“Memang tidak semuanya seperti itu tetapi nyatanya itu terjadi di dalam keluarga yang aku banggakan.”

“Ya sudahlah, tidak perlu di bahas lagi, sekarang aku akan fokus dengan masalah ini dulu, dan pastikan tidak ada yang tahu siapa aku sebenarnya  begitu juga dengan para pelayan di sini,” tegasnya.

“Oke ...  sesuai dengan perintahmu.”

“Dan aku akan segera memberitahukan semua informasi tentang mereka, beri aku waktu dua hari untuk menyelesaikan masalah ini,” ucap Panji dengan penuh keyakinan.

“Aku memang bekerja dengan Bima selama lima tahun ini, tetapi tidak ada satu pun aku tahu tentang masa lalunya , yang aku tahu dia sudah lama bercerai dari istrinya karena tidak mempunyai anak, dan aku tidak tahu kalau wanita yang sering dia puji di kantor selama ini ternyata istriku sendiri?”

“Keterlaluan sekali mereka!” rutuknya kesal.

“Baik, sekarang waktunya aku kembali ke kehidupanku yang semula menjadi orang lugu dan polos.”

“Pasti Alisa pulang dengan wajah cemberut karena hari ini adalah hari yang sangat dibenci olehnya,” sahutnya dengan serius.

“Kalau begitu aku pamit dulu, Dit, semoga saja kamu bisa mendapatkan wanita yang lebih baik dari Alisa,” doanya untuk Arlan alias Radit.

“Kamu tahu sendiri bagaimana kau, Nji!”

“Nggak bisa dengan semudah itu aku mencari tambatan  hati  lagi, setiap wanita yang aku temui dengan penampilan seperti ini pasti bawaannya matre,” celetuknya.

“Tidak semua wanita seperti itu Radit, buktinya Ibu kita menjadi  panutan bagi kita karena mereka sangat menyayangi kita, iya kan?”  bela Panji.

“Kamu pasti akan bertemu dengan gadis itu yang sangat berbeda, dia tidak akan memandang orang dari fisiknya melainkan dari hatinya, kamu akan segera mendapatkannya, mungkin malam ini.”

“Gadis itu akan menjadi pelabuhan terakhir dalam perjalanan hidupmu untuk mencari  cinta sejati.”

“Dia akan menjadi separuh jiwamu dan akan selalu mendampingimu baik dalam keadaan suka maupun duka.”

“Gadis itu akan membuat menuntunmu ke jalan yang benar dan kalian akan hidup bahagia  bersama anak-anak kalian nantinya.”

Panji memberikan semangat kepada sahabatnya itu agar bisa move on dari Alisa yang sudah jelas-jelas mengkhianatinya.

“Hemmh ... sepertinya itu kriteria dari istrimu deh,” kedua matanya memicingkan kearah Panji.

Sedangkan Panji hanya bisa tersenyum lebar.

“Eh iya, tetapi itulah kenyataannya Radit, istriku walaupun dia big size aku tetap mencintainya karena sudah melahirkan anak-anakku yang sekarang super aktif.”

“Kamu tidak lama lagi bisa Radit, bisa merasakan menjadi seorang papah.”

“Setiap kamu pulang kerja ada yang menyambut kamu, yaitu istri dan anak-anakmu.” Panji tetap mengoceh memberikan penjelasan untuk Arlan.

“Katanya kamu mau pergi?” usir Arlan secara halus.

“Oke ... Ini mau pergi juga Radit,  Assalamu’alaikum!”

“Wa’alaikumsalam!”

Arlan kembali menyendiri dan menghabiskan kopi hitamnya setelah Panji pergi meninggalkannya, lalu pria itu pergi menuju ke toilet pria dan ingin  mengubah penampilannya kembali.

“Semua wanita sama saja, tidak ada peduli dengan perasaan, mereka hanya mementingkan uang dan uang!”

“Tidak ada ... tidak ada yang peduli dengan ...ah!” ucapnya tidak meneruskan kalimatnya karena  kesal di pantulan cermin toilet pria itu.

Saat bercermin timbul lagi ide di dalam pikirannya, Arlan ingin mengubah penampilannya tetapi dia urungkan sementara, dia ingin menguji kembali apa yang dikatakan Panji.

“Mungkin nggak sih aku bertemu dengan gadis yang dikatakan oleh Panji? Biasanya tuh anak selalu betul kalau dia bilang ...

“Hemm ... baiklah bagaimana kalau kita coba malam siapa tahu ada keajaiban,” ucapnya sambil bercermin memandang wajahnya sendiri yang terlihat tampan.

Tak lama kemudian ponsel Arlan berbunyi dan Lansung mengambilnya dari saku celana.

“Alisa?”

“Mau apa lagi dia? Lebih baik aku angkat dulu!”

Arlan: [ Ya halo, Sayang?]

Alisa: [ Sayang, aku akan pulang telat malam ini soalnya ada masalah sebentar, kamu jangan khawatir aku akan diantar pulang oleh Pak Bima]

Arlan: [ Memang ada apa, Sayang? Tidak bisakah besok saja meeting nya ini sudah jam sembilan malam]

Alisa: [ Nggak bisa Sayang, nanti saja aku jelaskan, sekarang aku sudah ditunggu, bye]

Arlan: [ Tapi Alisa ... halo ... halo] Tut ... Tut.

Alisa pun menutup teleponnya begitu saja membuat Arlan bertambah kesal.

“Dasar wanita m*****n begitu gampangnya dia melakukan ini semua!”

Arlan melihat kembali ponsel miliknya, mencari persis letak posisi istrinya.

 

“Apa?”

 

“Dia ke rumah selingkuhannya?” ucapnya sedikit berteriak kesal.

“Kenapa dari dulu aku tidak memasang GPS di ponsel dia?”

“Ternyata kamu sudah membuat aku kecewa Alisa, akan kubalas pengkhianatan kalian ini!” gumamnya dalam hati.

Setelah menenangkan dirinya Arlan keluar dari toilet dengan memakai setelan jas lengkap layaknya seorang pengusaha kolongmerat.

Lalu dia pun pergi meninggalkan hotel itu dan memacu kendaraannya ke sebuah bar yang biasa digandrungi oleh pengusaha kaya untuk mencari hiburan semata.

Tempat itu sengaja Arlan pilih karena disana banyak wanita cantik dan berkelas yang siap menjajakan dirinya dengan cara elegan.

 “Waw ... Ini tempatnya si anak manja itu menghabiskan waktunya,” ucapnya dalam hati setelah sampai ditempat bar itu dan memarkirkan mobilnya.

Arlan ingin memberitahukan kepada Bik Atun kalau dia akan pulang terlambat, tetapi saat melihat posisi Alisa di ponselnya dia pun semakin emosi karena tempat yang dituju sama dengan tempat dia kunjungi.

“Apa dia ke sini juga?”

 

 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status