“Aku juga sependapat denganmu, entahlah siapa yang sudah mau mencelakakan ku.”
“Sebenarnya banyak yang patut dicurigai, tetapi aku tidak ingin membahasnya dulu.”“Fokuskan dulu ke satu masalah ini, firasatku mengatakan kalau hidup Allisa dalam bahaya.”“Walaupun aku sudah mulai membencinya tetapi karena dia masih berstatus kan istriku, aku harus berpura-pura menjadi suami yang baik hati dan buta.”“Kamu memang aneh, Radit!”“Banyak orang ingin menjadi kaya, tidak mau hidup miskin tetapi kamu malah memilih hidup seperti ini,” celetuk Panji.Arlan hanya menanggapinya dengan menatap tajam ke arahnya, sesekali menyeruput dan menikmati kopi hitamnya sembari menyunggingkan sebuah senyuman kecil di sudut bibirnya.“Apa yang kamu pikirkan, Lan?”“Tidak ada, hanya saja aku masih ke pikiran tentang Alisa dan Bima.”“Kamu cemburu?”“Tidak, setelah aku tahu dia mempunyai hubungan spesial dengan Bima, rasa cinta itu kini telah menjadi benci ,” jawabnya santai.“Aku membenci yang namanya kebohongan, kamu tahu akan sulit bagiku untuk memaafkan orang yang telah membohongiku,” jelasnya dengan nada amarah.“Oh ya, bagaimana dengan sikapmu?”“Kamu juga membohongi dirimu sendiri, Alisa bahkan di mata dunia kamu berpura-pura buta.”“Menyembunyikan identitas kamu sebenarnya kalau kamu adalah salah satu pewaris dari keluarga Admaja, apakah itu namanya bukan kebohongan?” sindir Panji tersenyum kecil sembari menyeruput secangkir kopi hitam yang dipesannya tadi.“Ya, aku akui memang betul tetapi aku berbohong ada alasannya.”“Aku tidak mau orang menganggapku sebagai pria yang lemah dan tidak bisa berbuat apa-apa tanpa nama besar itu.”“Kamu tahu sendiri kan Panji, aku mengubah penampilanku dari masih berusia dua belas tahun, aku ingin merasakan menjadi orang yang sederhana, culun tetapi kutu buku.”“Jauh dari kata kemewahan seperti yang sekarang dirasakan oleh anak manja itu, si Axel putra kesayangan mereka yang tidak bisa berbuat apa-apa, yang dia tahu adalah hanya membuat onar.”“Dan itu berhasil, aku bisa diterima karena aku pintar, tenaga dan pikiranku di pakai. Aku menikmatinya sampai aku bertemu dengan wanita pengkhianat itu,” jelasnya yang masih terlihat kesal.“Kamu memang beda Dit, orang lain malah ingin menjadi kaya dalam sekejap, tetapi kamu malah tidak ingin orang tahu kalau kamu putra tertua dari keluarga Adtmaja ,” jelas Panji terlihat bingung dengan apa jalan pikiran sahabatnya itu.“Karena kekuasaan itu lah mereka menjadi tamak, tidak lagi memikirkan yang di bawah dan berlomba -lomba untuk mengumpulkan harta di dunia tetapi lupa kalau semua itu akan kembali lagi ke tempat semula.”“Memang tidak semuanya seperti itu tetapi nyatanya itu terjadi di dalam keluarga yang aku banggakan.”“Ya sudahlah, tidak perlu di bahas lagi, sekarang aku akan fokus dengan masalah ini dulu, dan pastikan tidak ada yang tahu siapa aku sebenarnya begitu juga dengan para pelayan di sini,” tegasnya.“Oke ... sesuai dengan perintahmu.”“Dan aku akan segera memberitahukan semua informasi tentang mereka, beri aku waktu dua hari untuk menyelesaikan masalah ini,” ucap Panji dengan penuh keyakinan.“Aku memang bekerja dengan Bima selama lima tahun ini, tetapi tidak ada satu pun aku tahu tentang masa lalunya , yang aku tahu dia sudah lama bercerai dari istrinya karena tidak mempunyai anak, dan aku tidak tahu kalau wanita yang sering dia puji di kantor selama ini ternyata istriku sendiri?”“Keterlaluan sekali mereka!” rutuknya kesal.“Baik, sekarang waktunya aku kembali ke kehidupanku yang semula menjadi orang lugu dan polos.”“Pasti Alisa pulang dengan wajah cemberut karena hari ini adalah hari yang sangat dibenci olehnya,” sahutnya dengan serius.“Kalau begitu aku pamit dulu, Dit, semoga saja kamu bisa mendapatkan wanita yang lebih baik dari Alisa,” doanya untuk Arlan alias Radit.“Kamu tahu sendiri bagaimana kau, Nji!”“Nggak bisa dengan semudah itu aku mencari tambatan hati lagi, setiap wanita yang aku temui dengan penampilan seperti ini pasti bawaannya matre,” celetuknya.“Tidak semua wanita seperti itu Radit, buktinya Ibu kita menjadi panutan bagi kita karena mereka sangat menyayangi kita, iya kan?” bela Panji.“Kamu pasti akan bertemu dengan gadis itu yang sangat berbeda, dia tidak akan memandang orang dari fisiknya melainkan dari hatinya, kamu akan segera mendapatkannya, mungkin malam ini.”“Gadis itu akan menjadi pelabuhan terakhir dalam perjalanan hidupmu untuk mencari cinta sejati.”“Dia akan menjadi separuh jiwamu dan akan selalu mendampingimu baik dalam keadaan suka maupun duka.”“Gadis itu akan membuat menuntunmu ke jalan yang benar dan kalian akan hidup bahagia bersama anak-anak kalian nantinya.”Panji memberikan semangat kepada sahabatnya itu agar bisa move on dari Alisa yang sudah jelas-jelas mengkhianatinya.“Hemmh ... sepertinya itu kriteria dari istrimu deh,” kedua matanya memicingkan kearah Panji.Sedangkan Panji hanya bisa tersenyum lebar.“Eh iya, tetapi itulah kenyataannya Radit, istriku walaupun dia big size aku tetap mencintainya karena sudah melahirkan anak-anakku yang sekarang super aktif.”“Kamu tidak lama lagi bisa Radit, bisa merasakan menjadi seorang papah.”“Setiap kamu pulang kerja ada yang menyambut kamu, yaitu istri dan anak-anakmu.” Panji tetap mengoceh memberikan penjelasan untuk Arlan.“Katanya kamu mau pergi?” usir Arlan secara halus.“Oke ... Ini mau pergi juga Radit, Assalamu’alaikum!”“Wa’alaikumsalam!”Arlan kembali menyendiri dan menghabiskan kopi hitamnya setelah Panji pergi meninggalkannya, lalu pria itu pergi menuju ke toilet pria dan ingin mengubah penampilannya kembali.“Semua wanita sama saja, tidak ada peduli dengan perasaan, mereka hanya mementingkan uang dan uang!”“Tidak ada ... tidak ada yang peduli dengan ...ah!” ucapnya tidak meneruskan kalimatnya karena kesal di pantulan cermin toilet pria itu.Saat bercermin timbul lagi ide di dalam pikirannya, Arlan ingin mengubah penampilannya tetapi dia urungkan sementara, dia ingin menguji kembali apa yang dikatakan Panji.“Mungkin nggak sih aku bertemu dengan gadis yang dikatakan oleh Panji? Biasanya tuh anak selalu betul kalau dia bilang ...“Hemm ... baiklah bagaimana kalau kita coba malam siapa tahu ada keajaiban,” ucapnya sambil bercermin memandang wajahnya sendiri yang terlihat tampan.Tak lama kemudian ponsel Arlan berbunyi dan Lansung mengambilnya dari saku celana.“Alisa?”“Mau apa lagi dia? Lebih baik aku angkat dulu!”Arlan: [ Ya halo, Sayang?]Alisa: [ Sayang, aku akan pulang telat malam ini soalnya ada masalah sebentar, kamu jangan khawatir aku akan diantar pulang oleh Pak Bima]Arlan: [ Memang ada apa, Sayang? Tidak bisakah besok saja meeting nya ini sudah jam sembilan malam]Alisa: [ Nggak bisa Sayang, nanti saja aku jelaskan, sekarang aku sudah ditunggu, bye]Arlan: [ Tapi Alisa ... halo ... halo] Tut ... Tut.Alisa pun menutup teleponnya begitu saja membuat Arlan bertambah kesal.“Dasar wanita m*****n begitu gampangnya dia melakukan ini semua!”Arlan melihat kembali ponsel miliknya, mencari persis letak posisi istrinya. “Apa?” “Dia ke rumah selingkuhannya?” ucapnya sedikit berteriak kesal.“Kenapa dari dulu aku tidak memasang GPS di ponsel dia?”“Ternyata kamu sudah membuat aku kecewa Alisa, akan kubalas pengkhianatan kalian ini!” gumamnya dalam hati.Setelah menenangkan dirinya Arlan keluar dari toilet dengan memakai setelan jas lengkap layaknya seorang pengusaha kolongmerat.Lalu dia pun pergi meninggalkan hotel itu dan memacu kendaraannya ke sebuah bar yang biasa digandrungi oleh pengusaha kaya untuk mencari hiburan semata.Tempat itu sengaja Arlan pilih karena disana banyak wanita cantik dan berkelas yang siap menjajakan dirinya dengan cara elegan. “Waw ... Ini tempatnya si anak manja itu menghabiskan waktunya,” ucapnya dalam hati setelah sampai ditempat bar itu dan memarkirkan mobilnya.Arlan ingin memberitahukan kepada Bik Atun kalau dia akan pulang terlambat, tetapi saat melihat posisi Alisa di ponselnya dia pun semakin emosi karena tempat yang dituju sama dengan tempat dia kunjungi.“Apa dia ke sini juga?”“Pasti Bima yang membawanya ke sini!” teriaknya dalam mobil sambil memukul-mukul pegangan setir sehingga terlihat kemerahan.Rahangnya mengeras , tatapan seperti elang yang sangat mengerikan.“Aahhhh ... Kurang ajar kamu Bima!”“Kamu akan menerima semua pembalasan bila sudah waktunya tiba, akan kubuat hidup kalian menderita sehingga kalian sendiri yang ingin mengakhiri hidup kalian sendiri!” teriakan kembali.Dengan perasaan campur aduk antara khawatir, marah, benci, membuatnya hampir saja kehilangan akal untuk melabrak langsung mereka, tetapi kemudian dia bisa kembali mengatur emosinya kembali sesaat.“Tenang Arlan ...tenang belum saatnya aku bertindak gegabah, mereka harus mengira kalau aku tidak bisa apa-apa, baiklah kita lihat apa yang akan kamu lakukan kepada Alisa, Bima!” Arlan berjalan menuju lobi hotel itu dengan penuh percaya diri, dia kembali merapikan dirinya yang sedikit berantakan.Nampak dari luar tempat itu adalah hotel mewah berbintang lima, dengan gaya klasik modern.
“Tu-tuan ini serius?”“Tuan nggak salah tuliskan?”“Saya belum menunjukkan semua wanita cantik yang di sana tetapi Anda sudah berani membayar saya dengan jumlah besar seperti ini?”“Kenapa apakah masih kurang jumlahnya? Harga itu baru separuhnya dan jika sangat memuaskan saya akan membayarnya lebih, “ jawabnya santai.“Oh tidak Tuan, hanya baru pertama kali ada yang memberikan saya selembar cek dengan harga yang sangat fantastis, tentu saya akan memprioritaskan Anda sebagai tamu eksklusif,” jawabnya semringah.“Baiklah, sekarang tolong perlihatkan wanita yang betul-betul baru, cantik, dan juga sangat memesona, tentunya dia harus bersih dan terhindar dari segala penyakit,” jelasnya panjang lebar.“Tentu Tuan, kami bisa memberikan wanita terbaik kami. Wanita itu tidak sembarang orang di pakai, karena dia sangat berbeda, walaupun sudah memiliki suami tetapi tubuhnya tetap terjaga dan bebas dari penyakit apa pun.”“Dia memang sangat cantik dengan tubuh yang menarik dan untuk mendapatkan
Ba-baik Tuan, kami akan menyiapkan kamar yang terbaik sesuai keinginan Tuan, “ ucap Doni sembari menyuruh asistennya menyiapkan kamar spesial untuk mereka.”“Tunggu, bawa wanita itu ke kamar langsung dan jika selesai tolong beri tahu saya,” ucap Arlan tegas tanpa melihat Allisa.“Beres Tuan, perintahmu akan kami laksanakan, sambil menunggu, lebih baik kita berbincang sebentar dan perkenalkan dia adalah partner bisnis saya yang saya ceritakan tadi,” jelas Doni bersemangat.Arlan menatap ke arah Bima yang terlihat tersenyum bahagia. “Perkenalkan nama saya Bima Anjasmara Dirgantara, saya juga pemilik tempat ini juga bisa dibilang usaha sampingan,” ucapnya sembari mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan.Namun, Arlan tidak menggubrisnya dan tidak ingin menjabat tangan Bima. Rasa kikuk kemudian membuat Bima kesal, tetapi karena ingin mendapatkan umpan besar dia pun harus bisa mengontrol emosinya agar tujuannya tercapai.“Apakah kalian sudah lama membuka usaha ini?” tanya Arlan de
Allisa memandangi wajah dan bentuk tubuhnya sendiri.“Sempurna, aku masih terlihat seperti gadis dan sangat menarik, tidak mungkin pria tampan itu tidak tergoda denganku,” ucapnya tersenyum bahagia dengan penuh keyakinan, tetapi ada rasa canggung.“Aku semakin gugup dan pipiku merona, kenapa aku ini?”“Tenang Allisa, kamu kenapa? Ayuk tarik napas dalam-dalam dan hembuskan,” ucapnya dan mempraktikkan untuk dirinya sendiri.“Tetap nggak bisa, bagaimana ini dan sekarang tanganku gemetar? Dan jantungku? Ayolah Allisa ini bukan pertama kalinya berhubungan dengan pria lain tetapi mengapa dengan yang satu ini sangat berbeda?” “Saat menatap matanya seperti ada sesuatu yang disembunyikan tetapi apa itu? Entahlah ... aku semakin dibuat penasaran oleh pria itu.”“Atau bagaimana kalau aku meminum obat itu, agar semakin ... ah tidak ... Aku tidak ingin melakukannya dengan pria ini, biarlah cinta itu datang dengan sendirinya, sepertinya aku juga sangat tertarik dengan pria ini ... siapa lagi nam
“Tidak ada apa-apa Nona Allisa!”“Nggak apa-apakan saya memanggil nama aslimu saja?” tanyanya.“Bo-boleh terserah Tuan saja,” jawabnya sedikit malas.“Sepertinya kamu tidak suka dengan pembicaraan ini, tenang saja saya tidak akan terlalu banyak berkomentar hanya saja saya ingin tahu siapa wanita yang akan saya pakai,” lanjutnya lagi.Perkenalkan nama saya Elang Pratama, kamu bisa memanggil saya Elang atau Tama terserah.”“Sekarang katakan kepada saya apakah kamu sudah menikah dan mempunyai anak dan di mana keluargamu?” Arlan kembali menatapnya dari balik kacamata hitamnya yang tidak Ingin dilepas.Allisa tersenyum sinis mendengar pertanyaan itu yang menurutnya terlalu pribadi.“Apa-apaan ini, rasanya aku ingin sekali menampar pipinya,” batinnya berkata dengan raut wajah marah.“Maaf Tuan Elang, kenapa Anda ingin tahu tentang kehidupan saya?”“Saya tekankan di sini kalau saya hanya bekerja dan tugas saya untuk melayani setiap klien untuk memuaskan dirinya ,apakah itu tidak cukup?” tan
“Bagaimana, kamu bisa membatalkan perjanjian kalian kan?” tanya Doni memastikan.“Oke nanti aku bicara lagi dengan orang itu,” jawabnya sedikit bingung.“Ayolah Bima, kamu pasti bisa, ini kesempatan langka loh!”“Bang, saya cari Allisa dulu, mungkin dia masih di kamar,” ucapnya mengalihkan perhatiannya.“Oke, suruh dia istirahat yang cukup karena besok malam wajahnya harus terlihat segar dan menarik, kamu paham kan maksudku?” “Beres Bang!”Bima meninggalkan Doni yang masih memandang selembar cek itu yang ada di tangannya dengan wajah bahagia.Bima segera mencari kamar yang tadi mereka berdua pakai.“Oh ini kamarnya.”“Tok! Tok!”“Sayang, apakah kamu masih di dalam?”“Iya masuk saja , pintu nggak di kunci!” teriaknya dari dalam.Setelah mendapat persetujuan dari Allisa, Bima pun masuk, tetapi dai sangat terkejut saat melihat kamar itu sangat berantakan, kamar yang di tata dengan cantik untuk meningkat hasrat kini menjadi porak-poranda.“Sayang apa ini, kalian bermain sampai begini?
Pria paruh baya itu ikut mengamati gelang itu yang ada di tangan Arlan sekarang.“Oh yang tadi namanya Ayumi, warga sini juga, kebetulan dia melihat Bapak yang hampir mau ditabrak sama kamu, untungnya dia cepat kalau tidak mungkin Bapak nggak bisa menemani Nak Arlan di sini,” jelasnya sambil tersenyum.“Saya belum sempat berterima kasih dengan gadis itu, apakah Bapak tahu di mana dia tinggal?” tanyanya lagi.“Tidak jauh dari sini, tetapi sebaiknya nak Arlan tidak malam ini, biasalah orang kampung sini kalau ada pria seganteng Nak Arlan bertamu malam-malam mereka akan menggosip yang tidak-tidak dan soalnya orang di rumahnya itu sangat sensitif.”“Maaf ini Nak Arlan, jika boleh tahu kenapa sampai tidak konsentrasi menyetirnya menang ada masalah begitu?” tanya Pak Tejo penasaran.“Nggak ada apa-apa, mungkin karena saya kelelahan dan bawaannya mengantuk itu saja,” kilahnya berbohong.“Oh begitu ...”“Ya sudah Pak, kalau begitu saya pamit pulang saja lagian sudah malam, permisi.”“Sudah
Jam dinding sudah menunjukkan pukul lima subuh. Arlan terbangun saat mendengar suara azan berkumandang, tetapi saat menoleh dia tidak menemukan Allisa tidur di sampingnya.Dia pun mencari ke seluruh ruangan tetapi tidak menemukan sosok wanita yang sudah dinikahinya itu selama tiga tahun ini.“Bik Atun ada lihat Allisa nggak, apakah dia sudah pulang?” tanya Arlan saat melihat Bik Atun hendak ke kamar mandi bawah.“Belum pulang Den,” jawabnya singkat. Ada rasa kehilangan sekaligus kecewa, marah dengan istrinya sendiri, dia lebih memilih tidur di tempat lain, hatinya sudah mulai tertutup untuk bisa memaafkan perbuatan Allisa, apalagi saat dia tahu dulu sudah pernah berhubungan sampai hampir memiliki anak dan mereka pun sepakat untuk menggugurkannya.Banyak kebohongan Allisa yang baru diketahui oleh Arlan kalau selama ini mereka telah bersandiwara tentang cinta mereka.“Bik, kita salat berjamaah ya?”“Iya Den, silakan.”Mereka pun akhirnya salat berjamaah. Bik Atun sangat menyaya