Share

05. Jati Diri

last update Terakhir Diperbarui: 2022-11-21 09:26:58

Pak Seno mulai gugup kembali, keringat dingin sudah membanjiri keningnya. Lalu mengambil sapu tangan di saku celana untuk mengelap semua keringatnya itu.

“Pak Seno kenapa?”

“Bapak sakit ya? Ada apa Pak Seno?”

“Maaf Pak ... mak-maksudnya apa ya Pak sudah beres semua?” tanyanya sedikit gugup.

“Tidak ada ... saya tidak akan melakukan apa pun yang membuat nama hotel ini tercemar.”

“Bapak kan tahu siapa saya, bahkan untuk menyakiti seseorang itu harus tahu dulu siapa lawan kita, karena saya tidak mau sembarangan untuk menyakiti seseorang,” jelasnya dengan tatapan dingin.

“Tenang saja, mereka aman bahkan tidak terluka sama sekali,” jawabnya dengan tenang.

“Oh ... Alhamdulillah kalau begitu, saya tidak akan terlibat.”

“Saya pikir Bapak menghabisi mereka ...

‘’Hahaha ... tidak Pak Seno, saya tidak sejahat itu untuk membuat musuh saya dengan mudahnya ... tetapi saya lebih suka melihat mereka menderita secara perlahan-lahan, bukankah itu sangat mengasyikkan, Pak Seno?” tanyanya sembari menyeringai sehingga membuat Pak Seno bergidik ngeri dengan lawan bicaranya.

Pak Seno hanya bisa terdiam tanpa mengatakan apa pun.

“Bagaimana kabar kakek saya, apakah beliau baik-baik saja?”

“Alhamdulillah beliau baik-baik saja, tetapi ...

“Ada apa Pak Seno apakah si dia melakukan masalah lagi?”

“Ya se-seperti itu Pak, Tuan Muda berbuat onar lagi sehingga Tuan besar kembali turun tangan dan mengambil tindakan tegas kepada Tuan Muda.”

“Apa  lagi yang dia lakukan sekarang?”

“Setelah Pak Radit keluar dari rumah itu sikap Tuan besar kembali seperti dulu, arogan dan kejam tidak pandang bulu sedikit saja melakukan kesalahan akan terkena hukuman.”

“Jika anak itu melakukan kesalahan wajar saja toh dia memang patut terkena hukuman,” sahut Arlan sembari meneguk minuman teh hangat yang tersaji di mejanya.

“Tuan Muda Axel telah menghamili seorang gadis di bawah umur dan orang tua gadis itu meminta pertanggung jawaban dari Tuan Muda.”

“Lantas?” tanya Arlan sembari menyeruput teh hangatnya lagi.

“Untuk menutupi aib ini terpaksa mereka membungkam mulut mereka dengan berbagai cara, jika tidak nyawa mereka yang menjadi gantinya.”

“Terus?”

“Selebihnya saya kurang tahu Pak Radit, soalnya saya tidak di beritahu lagi kejadian selanjutnya, mungkin Tuan Panji tahu segalanya.”

“Kalau saya boleh usul kembalilah Pak Radit ke kehidupan semula. Semua keluarga Bapak tahu siapa itu Ibu  Alissa, dia bukan wanita yang baik-baik.”

“Dan sekarang terbukti mereka melakukannya di belakang Pak Radit karena berpikir kalau Pak Radit itu lugu dan kampungan.”

“Apalagi Pak Radit dengan penampilan seperti ini sangat disukai oleh Tuan Besar, tidak seperti yang biasa Bapak pakai,” jelasnya sedikit gugup.

“Saya tidak tahu Pak, setelah kejadian ini saya menjadi tidak percaya diri, kenapa setiap wanita hanya mencintai uang saja tidak  pernah menggunakan hatinya?”

“Wanita hanya memandang sebelah mata, saya pikir Alisa tidak sama dengan wanita kebanyakan, tetapi saya salah dia lebih buruk dari yang saya kira,” jelasnya kepada Pak Seno.

“Maaf Pak, tidak semua wanita seperti itu, hanya saja  Bapak belum mendapatkan wanita yang sepadan dengan Bapak.”

“Ada juga wanita yang selalu menjaga harkat dan martabat suaminya, dia selalu menjadi panutan bagi keluarganya.”

“Setiap pulang kerja dia selalu menyambutnya dengan senyuman, walaupun dia hanya memakai daster bolong, tetapi sangat romantis.” Pak Seno tersenyum bahagia.

“Sepertinya yang Bapak gambarkan adalah istri Pak Seno sendiri, iya kan?” tanya Arlan tersenyum.

“Oh maaf Pak Radit, saya tidak bermaksud untuk membanding-bandingkan dengan istri Bapak, maaf sekali lagi,” jelasnya sangat takut menyinggung perasaan bos nya.

“Buat apa saya marah, toh menang itulah yang sebenarnya, tidak perlu takut dengan saya, Pak Seno.”

“Bapak tahu saya dulu ingin tampil sederhana, tidak ingin mendompleng nama besar keluarga saya, sehingga saya pun mengubah penampilan saya dari ujung rambut sampai ujung kaki.”

 

“Saya ingin tampil biasa saja, tidak dengan kekayaan yang melimpah, tidak ingin ada permusuhan keluarga, dan itu berhasil.”

“Dengan gelar sarjana saya bisa mendapatkan pekerjaan sesuai dengan kemampuan dan keinginan saya di salah satu perusahaan ternama PT. Bima Sakti Corporation.”

“Ternyata perusahaan itu pula membuat saya kembali terpuruk di dalamnya.

“Saya baru  tahu semua tentang kebusukan direktur perusahaan itu.” Arlan mengepalkan tangannya. Rasa sakit hati masih ada di pikirannya jika mengingat perselingkuhan dia dengan istrinya sendiri.

“Sekarang apa yang ingin Bapak lakukan?” tanya Pak Seno penasaran.

Tidak ada yang tahu kalau saya berubah penampilan  seperti ini apalagi kebutaan saya sudah hilang, hanya Bi Atun, Panji dan kamu Seno yang tahu kalau saya sekarang bisa melihat.”

“Saya masih menikmati kebutaan saya untuk hal lain, tetapi ingat jangan sampai ada yang tahu, kamu tahu kan akibatnya jika melanggar kepercayaan saya?” ancam Arlan susah sedikit membuatnya nyalinya menciut.

“Ba-baik Pak Radit, saya mengerti,” jawabnya bingung.

“Katakan apakah Bu Alisa sering datang ke sini bersama pria lain?’ selidik Arlan kembali.

“Tidak Pak, sepertinya ini baru pertama kali mereka melakukannya di hotel ini, tetapi saya kurang tahu kalau Bu Alisa bisa saja memakai kartu identitas yang lain,” jelasnya kepada Arlan.

“Kamu harus mencari tahu tentang masalah ini, tetapi ingat jangan sampai ada yang tahu , kamu mengerti kan maksudnya saya?” perintah Arlan dengan tegas

“Baik Pak, saya laksanakan,” jawabnya dengan tegas.

 

Tak lama kemudian sahabat karibnya pun datang menemuinya setelah melakukan tugas penting dari Arlan.

“Malam, Bro!” Panji langsung duduk berhadapan dengan mereka dan tersenyum.

“Bagaimana, beres?”

“Beres kalau ditangani oleh Panji lah,” jawabnya memuji diri sendiri.

Pak Seno yang masih penasaran dengan apa yang dilakukan oleh Panji memberanikan diri untuk bertanya kepadanya.

“Maaf Pak Panji, tamu Pak Dewa dan Ibu Alissa apa yang Bapak lakukan kepada mereka?” tanyanya penasaran.

“Pak Seno tidak usah banyak bertanya, yang jelas orang itu tidak akan berani macam-macam untuk melakukan hal itu di hotel ini.”

“Dia belum tahu kalau yang mempunyai hotel bintang lima ini adalah anak seorang pengusaha properti Raditya Arlan Erlangga Adtmaja putra dari Tuan Dwi Guna  Adtmaja, dan cucu dari Tuan Raharjo Sastro Adtmaja.,” sahut Panji tersenyum lebar.

“Maaf Pak, bisa  tinggalkan kami sekarang?”

“Baik, Pak , kalau ada yang diperlukan segera panggil saya saja.”

“Oh ya Pak Panji mau minum apa?”

“Saya kopi hitam saja, gulanya sedikit saja, jangan terlalu manis,” jawabnya tersenyum ramah.

“Baik Pak Panji, saya permisi dulu.”

“Silakan.”

Pak Seno pergi meninggalkan mereka berdua yang masih duduk di meja makan.

“Kenapa sih kamu berpenampilan cupu dan kampungan  dan ditambah lagi buta?”

“Sudah cukup Arlan, kembali saja dengan kehidupan nyata dan aku lebih suka kamu bergaya seperti ini, lebih keren dan menarik, pasti banyak wanita yang akan nempel seperti perangko.”

“Kamu juga bisa menyewa wanita panggilan yang cantik dan juga seksi melebihi Alisa istrimu yang tak tahu diri itu,” pujinya sekalian memberikan pendapat.

“Aku malas, hal ini hanya sekedar ingin melihat apakah aku lebih tampan dan menarik dibanding dengan Bima, yang katanya bos itu.”

“Aku tidak ada niatan untuk mengubah penampilanku sebelum tujuanku tercapai,” jelasnya kepada Panji.

“Terus kejutan apa yang ingin kamu berikan kepada mereka?”

“Sebelumnya  aku ingin kamu selidiki siapa itu Bima Anjasmara Dirgantara, bagaimana kehidupannya, keluarganya apa pun yang berkaitan dengan orang itu.”

“Dan selidiki juga tentang Allisa, sepertinya banyak sekali rahasia yang ada di dalam hidupnya.”

“Aku seperti membeli sesuatu yang tidak melihat isi di dalam karung itu,” jelasnya lagi.

“Baik, itu mudah aku dapatkan. Sudah aku bilang jangan menikahi Alisa, tetapi kamu tetap saja mau menikah dengannya, terbukti kan?”  gerutu Panji kesal.

“Ya aku pikir dia wanita yang baik, bahkan orang tuanya sangat menyukaiku saat itu, apakah mereka juga tahu tentang  kelakuan anak gadisnya?” pikirnya.

“Entahlah, nanti aku akan cari tahu sekalian,” sahut Panji.

“Oke!”

“Oh ya Lan, kamu nggak tahu siapa yang menabrakmu itu?”

“Sepertinya dia sengaja ingin mencelakakan kamu tetapi orang yang di penjara itu malah bunuh diri, sebelum mengatakan sesuatu,” ucap Panji mengingatkan tentang peristiwa itu enam bulan yang lalu.

 

 

 

 

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Pura-Pura Buta { Berpisah atau Bertahan}   43. Bertemu Allissa

    Langkah cepat menuju ruangan yang dialamatkan untuk Ayumi. Untung saja rumah sakit yang didatangi olehnya kebetulan sama dengan bapaknya di rawat. “Kenapa Mbak Kayla ada di sini? Apa yang terjadi?” Ayumi masih penasaran tapi langkahnya terus dilanjutkan sampai akhirnya dia menemukan nomor kamar itu. “Mbak Kayla?”Ayumi langsung masuk ke kamar rawat itu setelah melihat dengan nyata yang terbaring di tempat tidur. Wajah wanita itu tak menyambut hangat dengan kedatangan Ayumi, malah terlihat kesal. “Akhirnya kamu datang, Yumi,” sahut wanita itu dengan ketus. Ayumi mendekat dan memperhatikan tubuh itu yang di wajahnya masih terlibat bekas luka lebam. Ayumi begitu sangat khawatir dengan saudara tirinya itu. “Apa yang terjadi dengan Mbak Kayla, kenapa mbak ada di sini? Siapa yang telah melakukan ini dengan Mbak? Dan selama ini mbak ada di mana, kenapa ....” Wanita itu menyela. “Huh, bawel ya kamu, banyak sekali pertanyaan yang ada dipikiran kamu itu. Aku berada di sini juga

  • Pura-Pura Buta { Berpisah atau Bertahan}   42. Mencari Mangsa Baru

    “Kenapa harus bertanya?” kesal Bima kembali. “Maaf, soalnya Masnya galak. Apakah Mas baru berkelahi atau dihajar orang sih, sebentar, tunggu di sini,” ucapnya sembari pergi meninggalkan Bima sementara. Bima memperhatikan gerak gerik gadis polos itu. Seketika terukir sebuah senyuman kecil dari sudut bibirnya. Tak lama kemudian Ayumi datang dengan membawa kotak p3k yang dia pinjam dari kantin rumah sakit. Dia langsung mengobati dan membersihkan luka di wajah Bima dengan cekatan setelah meminta izin kepada Bima. Pria itu pun hanya mengangguk patuh ketika tangan lembut itu menyentuh kulitnya. “Siapa gadis ini begitu perhatian ? Enggak takut sama sekali dengan orang asing? Bisa saja kan berbuat jahat dengannya? Dan apalagi ... hemm ...” Bima kembali memperhatikan wajah lembut Ayumi yang begitu polos. Lagi-lagi pikirannya kembali jahat.“Sudah!’ Ayumi telah selesai mengobati Bima.“Terima kasih, dan ...“Maaf Mas, saya permisi dulu, sering-sering diobati lukanya, atau periksa ke dokter

  • Pura-Pura Buta { Berpisah atau Bertahan}   41. Pertemuan Tak Terduga

    Ayumi duduk di samping tempat tidur ayahnya. Menatap sendu wajah orang tua itu yang semakin tirus. Tanpa terasa air matanya mengalir begitu saja membasahi wajahnya yang cantik. ”Seandainya ibu masih hidup pasti bapak tidak seperti ini. Seandainya waktu bisa diputar kembali aku bisa berani menolak permintaan bapak untuk menduakan Ibu. Dan sekarang istri kedua bapak pun pergi dengan laki-laki lain. Entah di mana mereka sekarang aku juga tidak tahu nomor telepon mereka. Ah kenapa aku malah memikirkan mereka? Mungkin sekarang mereka bahagia dengan kehidupan barunya,” gumam Ayumi dalam hati. Tak lama kemudian, tubuh orang tua itu sedikit bereaksi. Ayumi menyadarinya dan begitu bahagia karena ayahnya sudah siuman. Mata sayu itu perlahan-lahan terbuka. Dan tentu saja yang dilihat adalah putri tersayangnya yang selalu ada untuk orang tua itu. Wajah Pak Amin masih terlihat sedikit pucat tapi dia berusaha untuk bisa tetap tersenyum.“A—ayumi?” suara serak tapi pelan masih terdengar oleh Ay

  • Pura-Pura Buta { Berpisah atau Bertahan}   40. Bertemu Ayumi

    Tangannya mengepal kuat dengan hati yang masih kesal dan marah, tapi dia berusaha untuk menahannya sebelum semua terbongkar siapa dirinya yang sebenarnya. Sepanjang jalan Arlan terus menggerutu saat mengingat apa yang dikatakan oleh Allisa.“Dia pikir siapa? Berani sekali meminta lebih,” rutuknya kesal.“Kamu pikir aku akan menerima kamu, Allisa? Setelah apa yang kamu lakukan kepadaku? Setelah Bima jatuh miskin kamu ingin menempelku seperti benalu? Jangan pernah bermimpi untuk bisa kembali denganku, apalagi setelah kamu tahu siapa aku sebenarnya! Suamimu yang culun yang selalu kamu anggap rendah dan sampah bisa berubah oh bukan hanya menyembunyikan identitas saja,” lanjutnya lagi. Arlan masih terlihat marah sampai-sampai tidak melihat jalan, hingga akhirnya dia pun tak sengaja menabrak seseorang sehingga mereka saling berpapasan.“Augh ... Maaf Om saya tidak sengaja dan ...” Ucapannya menggantung dan bahkan terkejut saat melihat orang yang dia tabrak tanpa sengaja. Begitu juga deng

  • Pura-Pura Buta { Berpisah atau Bertahan}   39. Kehancuran Bima

    Suasana kembali hening sesaat seakan mulut mereka terkunci. Bima terduduk lemas tak berdaya setelah mendengar apa yang dikatakan boleh Arlan. Sedang pria tampan itu tersenyum puas melihat lawannya sudah tak mempunyai harga diri lagi untuk bisa mengangkat kepalanya. Setelah permintaan Arlan itu, dia pun pergi meninggalkan Bima dan Allisa. Bima memang meminta untuk bicara berdua saja untuk terakhir kalinya. Meskipun diizinkan Arlan tetap mengamati gerak-gerik Bima dari pantauan Arlan. Pria itu masih menunggunya di luar dengan tenang duduk dan mengutak-atik ponsel canggihnya.Di dalam kamar Allisa. Bima menatap sendu kondisi Allisa. Meskipun sudah terlihat baik-baik saja tapi luka lebam di wajah cantik Allisa masih terlihat. “Sayang, aku ...” “Mas, aku enggak ingin mendengar apa pun dari mulut kamu itu! Aku baru menyadari kalau cinta kamu itu palsu . Kamu hanya ingin memanfaatkan aku saja. Kenapa aku terlalu mencintai kamu sehingga aku enggak bisa membedakan antara yang salah da

  • Pura-Pura Buta { Berpisah atau Bertahan}   38. Hukuman Bima

    “Penyesalan selalu datang terlambat, selalu saja terjadi. Nasi telah menjadi bubur dan itu juga tidak bisa dikembalikan seperti bentuk nasi lagi kan? Jadi jika kamu ingin berubah harus dari hati bukan karena orang lain. Katakan Allisa kenapa kamu ingin berubah? Apakah karena saya? Kamu sudah tidak mencintai suamimu sendiri? Kamu sangat mencintai orang lain? Saya tahu kamu adalah kekasihnya Bima, kan?” tanya Arlan menatapnya tajam.Allisa terdiam sesaat tapi dia berani menatap mata Arlan lebih dalam lagi. “A—aku sangat mencintai Bima daripada suamiku sendiri. Mas Arlan adalah pria yang baik dan sepertinya aku tidak pantas untuknya sehingga aku melakukan semua ini berselingkuh agar Mas Arlan menceraikan aku. Dia terlalu baik,” jelasnya dengan suara pelan.“Kamu mencintai Bima? Sangat bodoh! Kamu hanya dimanfaatkan olehnya tapi kamu sepertinya lebih nyaman dengan pekerjaan kamu sekarang, kan?” tanya Arlan menegaskan.“A—aku ....”“Apa kamu sekarang menyukai saya atau uang say, Allisa?”

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status