Alexa masih berada di meja makan bersama sang ibu. Maria sedang merapikan makanan yang tersisa, sedangkan Alexa menunggunya untuk bicara.
“Ma, aku mau bicara,” ujar Alexa. “Bicara apa?” tangan Bu Maria masih sibuk merapikan meja makan di bantu Bi Rumin. “Jangan di sini, di dalam saja,”pinta Alexa. “Mama bersihkan sebentar ini,” ujar sang ibu. Alexa menunggu dengan malas sang ibu merapikan meja makan. Ia berpikir untuk apa sang ibu repot-repot merapikan meja makan toh sudah ada pembantu di rumahnya. Bu Maria memang rajin dalam merapikanrumah. Walau ia sudah memiliki asisten rumah tangga, ia masih mau mengerjakan semua sendiri. Berbeda dengan Alexa yang tanpa mau mengerjakan sesuatu dirumahnya. Selesai merapikan meja makan, BuMaria langsung ke ruang TV mengikuti Alexa yang sudah berada di sana. Wanita dengan wajah cantik itu sepertinya sudah tahu apa yang akan dikatakan sanganak. “Ma, tolong bicarakan dengan Papa,aku nggak suka pernikahanku dengan Joan. Masa ia aku menikahi sopir pribadi?” Benar dugaan Maria, sang anak memang akan membicarakan pernikahannya. Namun, semua itu sudah terjadi dan memang takdirnya berjodoh dengan Joan. “Jangan banyak protes, setelah kamu melahirkan, minta ceria saja Joan kalau kamu mau. Gampang, kan?” Tidak pusing memberikan ide, Maria langsung saja mengatakan hal yang membuat sang anak semringah. Benar-benar seperti angin segar bagi Alexa saat mendengar saran sang ibu, ia langsung memeluk wanita berbadan langsing itu. Pantas saja sang ayah begitu mencintai sang istri karena selain bertumbuh langsing, Maria begitu wangi saat didekati. Kali ini, Alexa sepertinya akan mengikuti saran sang ibu. ** Alexa tidak melakukan apa pun, ia merasa jenuh. Ia berdiri di balkon rumah, sembari melihat keadaan di bawah. Terlihat Joan sedang mencuci mobil, padahal tadi sudah di ajak pergi sama Papanya. "Dasar, sudah kondratnya sopir ya tetap saja akan menjadi sopir. Tapi, kalau di lihat Joan ganteng juga." Alexa menggeleng keras, mana mungkin dia bisa berpikiran tentang hal itu. Alexa pun gegas masuk ke dalam, takut jika si Joan melihat dan merasa percaya diri. "Frans sialan kamu!" Lagi, Alexa menatap perut yang masih rata. semua sudah jalannya, pil pahit pun harus dia terima. Mimpi dan cita-citanya pun harus tertunda. Bagaimana bisa dia kuliah dengan perut yang membesar, bagaimana kata orang jika belum lama menikah kehamilan lebih dari usia pernikahan. Alexa kembali merasa dirinya sangat bodoh. Harusnya dia tidak datang ke acara malam itu. Dengan membohongi Joan dan lepas dari pengawasan sang sopir, dia akhirnya bisa bersama Frans, kekasihnya sekaligus ayah dari janin yang sedang dia kandung. "Lex, mama mau masuk." "Iya, Ma." Bu Maria mencoba bicara dengan sang anak. Dia tidak membenarkan apa yang dilakukan sang anak. Bahkan Aib itu akan menghancurkan keluarga besarnya. Bu Maria paham, Alexa masih kecil dan butuh pencerahan. "Mama tahu kamu sebal dan kesal. Tapi, mama mohon kamu bersabar. Semua perbuatan ada konsekuensinya. Apalagi dengan kehamilan kamu." Alexa menunduk, dia merasa bersalah. Yang dilakukannya memang sangat salah dan merusak nama baik keluarga. Mau meminta maaf atau mengubah waktu pun tak akan pernah bisa. Bu Maria pun mengatakan jika kelahiran anak Alexa nanti pasti akan menjadi pergunjingan karena mereka pasti menghitung pernikahan Alexa dan Joan. "Ma, Alexa akan merubah semua. Asal mama mau mendukung aku bercerai dari Joan." "Papa kamu enggak akan setuju." Alexa terduduk lemas, benar memang sang ayah pasti akan menolak permintaan sang anak. Lagi pula, bagi ayahnya Joan adalah penyelamat. Kalau tak ada dia, hancur dan mau di taro di mana wajah ayahnya. "Tapi kata mama bisa cerai setelah anak ini lahir kan?" "Bisa, kalau papa kamu mengizinkan." Tidak ada jaminan sang ayah setuju, bahkan sangat mendukung pernikahan dirinya dengan sopir kesayangan sang ayah. Nasib sudah jadi bubur, Alexa tidak tahu harus bagaimana. Awalnya dia begitu senang mendengar saran sang ibu, tapi menciut saat mengingat jika ayahnya akan menolak. "Bujuk saja Joan yang mencerai kan kamu."Sesil menarik napas dalam-dalam, berusaha meredam kecemasannya sebelum akhirnya menggeser layar ponsel untuk menerima panggilan.“Joan?” ucapnya, suaranya terdengar lebih tegang dari yang ia harapkan. Ia melirik Alexa yang duduk di depannya dengan wajahnya tegang. Suara Joan terdengar datar di ujung sana, “Sesil, aku perlu bicara denganmu.”Sesil buru-buru memotong, suaranya sedikit lebih keras dari yang dimaksudkan, “Aku sedang bersama Alexa sekarang.”Hening. Joan tidak menjawab. Ia pasti memahami maksud Sesil. Keduanya tahu bahwa rahasia hubungan keluarga mereka tidak pernah sampai ke telinga Alexa. Ada alasan yang tidak pernah diungkapkan Joan mengapa ia memilih untuk merahasiakan bahwa Sesil adalah sepupunya.“Baik,” jawab Joan akhirnya, singkat, seperti menyetujui kode yang disampaikan Sesil.Sesil segera menutup telepon, merasa jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya. Alexa menutup bukunya dengan pelan, lalu menatap Sesil dengan pandangan penuh selidik."Joan menelepon?"
Tidak bisa di biarkan, Joan pun tidak mungkin menyembunyikan identitasnya. Selain itu, di mulai cemas dengan beberapa kali Jerico kakaknya menghubungi Alexa. Tidak akan Joan diam begitu saja seperti dulu sang kakak merebut semuanya. "Hari ini aku mau ke kantor papa. Kamu di rumah sama mama atau ada kegiatan lain?" tanya Alexa. "Aku mau ketemu Sesil." Sontak kopi yang sedang di minum Joan pun tersembur begitu saja. Alexa sudah menduga jika sang suami akan kaget mendengar apa yang di katakan. Memang dengan sengaja Alexa mendekati Sesil untuk mengetahui hubungan mereka berdua. Joan kembali merapikan bajunya yang sedikit terkena kopi. "Di ganti Joan. Kamu mau ke kantor Papa dengan baju dengan noda?" Alexa sedikit menggerutu lalu mengambil baju kemeja berwana navy dan menyerahkannya pada Joan."Pakai ini." "Kamu enggak mau bantu aku ganti baju?" tanya Joan."Mimpi aja terus. Halu! Pakai sendiri." Alexa keluar dari kamar, sedangkan Jona terkekeh di kamarnya. Agak sedikit senang karen
"Aku tidak suka kamu dekat atau didekati pria lain. Walau status pernikahan kita hanya dari sebuah kesalahan kamu. Hargai aku walau hanya menjadi suami pengganti." Joan Mempertegas apa yang dia rasakan. Tidak tahu harus menjawab apa, bagaiamana bisa Joan tahu dirinya tadi bersama dengan Jeri. "Apa Sesil yang mengadu? Dia sengaja bukan?" tanya Alexa. Joan mengerutkan kening, bagaimana bisa Alexa berpikir yang mengadu adalah Sesil. Tidak tahu saja jika yang mengadu adalah kaka iparnya. Namun, tidak mungkin dia mengatakan hal itu karena Alexa tidak tahu jika dirinya sering bertukar pesan pada Adam. "Bukan Sesil, bahkan dia tidak ada mengirim pesan hari ini." "Tapi biasanya dia mengirim pesan?" tanya Alexa sinis. Kali ini malah Alexa yang merasa kesal dengan Joan. Keduanya sebenarnya sudah saling peduli. Apalagi Alexa yang sudah mulai merasa kesal atau cemburu jika Joan bersama dengan wanita lain. "Kenapa jadi aku yang di sudutkan? Kita lagi bahas Jerico."Alexa kini merasa heran,
Clarisa begitu emosi bagaimana bisa sekarang semua orang justru memihak kepada Joan sepertinya laki-laki itu sudah bisa mencuci otak semua orang sampai-sampai dirinya yang anak kandung justru diperlakukan seperti itu. Sebenarnya apa yang ia katakan tidak ada salahnya bukan memangnya Joan menikah dengan Alexa itu karena Alexa hamil dan sekarang Alexa sudah keguguran lantas tidak diperlukan lagi bukan, dia pun langsung meninggalkan ruang tamu dan masuk ke kamarnya. Mereka berencana akan menginap karena sudah terlalu malam. Adam meminta maaf pada ayah mertuanya. "Maaf pak mungkin karena Clarissa terlalu kelelahan dia tidak bermaksud seperti itu, dia hanya terlalu Sayang saja kepada Alexa." Sebagai seorang suami Ia hanya ingin melindungi martabat istrinya itu. Dirinya juga tidak menyangka jika ternyata Clarissa bisa mengatakan hal seperti itu, hal yang benar-benar sangat diluar dugaan ia kira Clarissa hanya membenci Joan saja tak menyangka jika ternyata istrinya itu berani mengatakan h
Sementara, di rumah Joan kesal melihat sebuah pesan dari Adam. Sang kakak benar-benar membuat dia jengkel, bagaimana Jeriko bisa mendekati Alexa. Katanya itu benar-benar begitu sangat gatal bagaimana bisa adik iparnya sendiri saja didekati andai saja sang kakak mengetahui yang sebenarnya jika Alexa itu adalah istrinya meminta kakak tidak akan berani seperti itu. Ia di rumah hanya bisa menahan rasa kesal yang benar-benar begitu sangat membara saja, Johan benar-benar tidak terima dengan apa yang dilakukan oleh kakaknya itu karena mendekati sang istri. Dia benar-benar merasa begitu sangat kecewa sekali. Ia tentu saja akan memberikan sebuah pelajaran.Harusnya dia di sana dan dengan bangga memperkenalkan sang istri pada keluarganya. Namun, karena hal itu benar-benar membuatnya merasa ia tidak bisa memperkenalkan istrinya di hadapan orang tua. Padahal Alexa benar-benar wanita yang pantas dirinya banggakan dan waktu saja yang belum tepat. Ya benar-benar merasa begitu sangat menyesal, seharu
"Iya, anak saya Alexa sudah menikah. Dia menikah muda dan suaminya hari ini sedang mengurus bisnis saya di luar kota." Kali ini Pak Hanif yang berbohong. Hanya karena satu orang kedua orang tua itu terpaksa berdusta.Mereka berdua harus berbohong untuk menutupi semuanya, tidak mungkin jika mereka semua harus mengatakan secara langsung. Rasanya benar-benar martabat menantunya.Harusnya mereka tahu jika yang mereka lindungi adalah orang yang sama. Joan, benar-benar membuat mereka pusing. Pak Hardi berbohong untuk melindungi harkat dan martabatnya, Pak Hanif ia berbohong untuk melindungi menantunya itu. Mereka semua begitu sangat tampak melindungi Joan.Sayang sekali pikir bu Delima jika Alexa sudah menikah karena dirinya ingin sekali wanita itu jadi menantunya. Sayangnya dia baru saja bertemu dengan Alexa dan tidak mengenal Alexa lebih dulu, mungkin akan lain cerita. Padahal tadi darinya cinta berangan-angan mengenai Alexa, tetapi sayangnya justru langsung dipatahkan oleh kenyataan jik