“Pfftahaha!”Tawa yang melengking, terdengar menggelegar.Memenuhi ruang makan istana yang tadinya bersuasana hening dari aksi Putri Purbamanik, tergelak puas melihati Purbararang duduk di kursi yang bertempat lumayan jauh dari Purbasari, … seolah- menyiratkan secara jelas bahwa ia memang tengah menghindari adik yang dulunya ia begitu sayang ini, dengan secara terang-terangan.“Hei, Rarang. Kau masih punya nyali untuk menunjukkan wajahmu yang berkulit tebal itu?”Tidak berbasa-basi lagi seperti dulu kalau dirinya ingin sekali mengatakan sesuatu ejekan atau hinaan dengan melancarkan sindiran berkalimat halus, kali ini, … Purbamanik dengan penuh percaya diri mengatakan di depan semuanya secara blak-blakan.“Jika aku jadi dirimu, aku mungkin sudah membunuh diriku sendiri saking parahnya rasa malu yang kuterima di depan orang banyak.”Apa yang saat ini tengah ia singgung adalah perihal Purbararang yang masih dengan tenangnya bertatapan muka dengan Purbasari, setelah diambil alihnya takhta
PRAKK!“Kyyaaa!”Vas yang jatuh.“Oh ya ampun? Purbasari! Apa kau baik-baik saja?”Atau memang sengaja dijatuhkan?Yah, pokoknya, insiden kecil itu telah memulai hari Purbasari yang diawali dengan kejutan dari Putri Purbaendah.Dia berdalih bahwa tidak sengaja menyenggol vas bunga yang terletak di sisi pagar tembok balkon kamarnya yang terletak di lantai atas, dengan ditambah sangkalan bahwa dirinya tak menyadari ada orang di bawah.Sedang serius-seriusnya berjalan menuju ke ruang kerja peninggalan ayahnya, yang nantinya juga akan bermaksud untuk segera menghadiri sidang kerajaan dalam memutuskan sesuatu akan permasalahan tertentu, tiba-tiba saja, … ada vas yang jatuh dari atas dan tepat mengenai permukaan di hadapannya sampai pecah berserakan.Akan sangat terbayang betapa mengerikannya jika vas itu sekiranya jatuh mengenai kepalanya! Ini benar-benar membuat Purbasari segera menyadari tentang betapa berharganya kemawasan diri.“A-aku tidak apa-apa, Teteh Endah. K-kalau begitu, … perm
“Me … memotong lengan?”Termangu. Membeku seperti batu. Semua orang termasuk Purbasari dan terkecuali Duke Jaya, … merasa sangat terkejut atas saran keputusan yang terlontar dari mulut pedas Purbararang.Terlebih-lebihnya lagi, si terdakwa itu sendiri.“Ny-nyai Putri ….”“Anda tidak serius mengatakan itu kan?”Menyahuti satu pertanyaan dari salah seorang anggota persidangan, Purbararang menyentak kasar. “Apa aku datang ke persidangan hanya untuk mengatakan kata-kata permainan saja?!”“M-meski begitu, ….”“Ya, memotong lengan? Itu terdengar keterlaluan!”“Suatu pemikiran yang lemah.” Purbararang menceletuk penuh kata-kata mencela secara tiba-tiba, dengan dibarengi oleh ekspresi muka yang tampak merendahkan. “Apa kalian berharap, ingin membuat si terdakwa ini diberi hukuman berupa diasingkan saja? Itu tidak akan ada gunanya sama sekali. Karena apa penyebabnya?”Seperti waktu di mana mendiang raja masih hidup dan Purbararang akan selalu diikut sertakan ke dalam persidangan, untuk mengas
“KENAPA!?”BRUKK!“Ukhk?!”Mencengkeram kedua bahu dan mendorong Purbasari sampai meringis, karena dia dipojokkan ke tembok aula tempat persidangan kerajaan yang kosong melompong selain dari diisi oleh eksistensi mereka berdua dengan sorongan yang lumayan bertenaga kuat, … Purbararang menggertak dengan suara yang dibentak-bentak.“KENAPA KAU MELAKUKAN ITU?!”Dia, saat ini telah dilanda amarah memuncak sampai-sampai menjadikannya berlaku kalap, … setelah sebelumnya mencoba dengan sebisa mungkin tuk berpura-pura bersikap tenang saja sehabis mendapati kalau keputusan akhir bersama dalam menentukan hukuman untuk terdakwa kasus korupsi, … telah disepakati untuk berakhir dengan aktivitas “Dimaafkan dan memaafkan” saja. Takut mendapati Purbararang yang berteriak kepadanya dengan suara keras seperti itu untuk pertama kali, Purbasari yang sudah meneteskan air mata, … berusaha menjawab pertanyaan mendesak dari sang kakak dengan suaranya yang mencicit kecil juga terbata-bata, … lagi gemetaran.
“Te— … Teteh, heuks.”Menyedihkan.Bersimpuh di hadapan Purbararang dengan ekspresi pada wajah cantiknya yang kini telah dikacaukan oleh sendunya sebuah tangisan, … Purbasari datang untuk memohon dengan segenap hatinya yang telah terkacaukan ini, … supaya diberi sedikit bantuan.“Orang yang di beberapa bulan lalu di dakwa sebagai pelaku korupsi, telah kabur dan melarikan diri bersama keluarganya sampai tak terdeteksi di seluruh wilayah kerajaan ini, … setelah membuat hutang besar ke kerajaan besar lain demi keuntungannya sendiri.”Menyorotkan tatapan mata yang sedingin es, Purbararang yang sama sekali tak memiliki keinginan di dalam hati untuk tak membiarkan adiknya sampai bertekuk lutut dan bersimpuh di hadapannya dengan cara yang sangat menyedihkan ini, … hanya memandang dengan rapatnya mulut yang seperti membisu.“Pihak dari kerajaan yang menuntut hutangnya untuk segera dilunasi dengan jumlah yang jauh lebih banyak karena sudah digandakan secara berkali-kali lipat, … sudah mengirim
“Pergi dari sini dan menjual diri sebagai penebus hutang?!”Mata yang melebar. Gigi yang menggemeretuk. Suara yang menggeram. … Juga tangan yang terkepal. Purbararang melakukan semuanya dikala ia menanyakan segala kejelasan yang sebetulnya tak ingin ia dengar.“Jangan mengatakan sesuatu yang konyol, Endah! Kau tidak akan pergi ke mana-mana!” Walau suaranya ditinggikan dan akan terdengar sangat membahana di taman tempat diadakannya jamuan pesta minum teh kecil-kecilan ini sekali pun, tetap saja … gertakan yang telah banyak dilandasi oleh rasa gelisah bercampur cemas, tak dapat menjangkau pertimbangan sang putri bernama Purbaendah.“Tidak apa-apa, Teteh.”“Endah!”Tak peduli berapa kali pun gendang telinganya menangkap suara bernada tinggi milik Purbararang yang terus-menerus memanggil namanya, … Purbaendah yang masih menampilkan senyuman kakunya, menggulirkan netra mengosongnya ke dalam isi dari cangkir teh.“Aku sudah lelah.”“Tidak! Kalau kau merasa lelah, tetap saja jangan pergi s
“T— … ti-tidak.”Melirih lemah, menjatuhkan belati di tangan yang segera ditangkap oleh seseorang di dekatnya sebelum benda tajam itu jatuh ke permukaan, … sampai-sampai menimbulkan suara yang nyaring dan dapat menyadarkan ratu pasir batang dari tidur lelahnya. Terutama, setelah ratu itu kedapatan menangis banyak sehabis menghadapi kakak-kakak tirinya yang menginterogasinya, … Purbararang yang saat ini mendadak saja ragu-ragu untuk memasuki ruang ratu, memundurkan kakinya dengan takut.“Bolehkah Saya yang melakukannya, ….”Melihat majikannya yang tadi pergi ke sini dengan tergesa-gesa seraya menenteng belati di tangan, sehingga membuatnya yang sudah berkewajiban untuk melayani apa pun yang dikehendaki sang tuan, … si orang yang dengan cekatannya menangkap belati yang jatuh tadi, Tumang, … hendak mengeluarkan pedang dari sarungnya yang tercantel di pinggang.“… Master?”Jika Purbararang menghendakinya, Tumang akan segera menjalankan tugas ini tanpa harus berkedip sedikit pun, … segera
“Gusti Ratu. Nyai Putri Purbararang … meminta izin untuk menghadap Anda.”“Ehh?!”Berjungkit dari tempat duduk meja kerjanya begitu mendengar pemberitahuan dari ksatria pengawal yang sedang bertugas di depan pintu untuk mengawal, yang tak lain ialah Sir Batara, … Purbasari terperanjat. Tumben sekali, kakaknya yang selalu saja menghindarinya mendadak ingin menemuinya di jam sebelum tidur ini.Ini membuatnya mendadak merasa gugup.“B-biarkan dia masuk!”Membenahi meja, merapikan penampilan, juga berusaha untuk mengendalikan air muka, Purbasari yang hatinya berdebar-debar tak menentu dikala melihat orang yang ia nanti-nanti telah tiba dengan membawa nampan, … menyunggingkan senyuman tipisnya dengan sungkan. “S-selamat malam, Teteh.”“Ya.”Duduk dengan sigap setelah membalas sapaan dari adiknya ini secara singkat lagi padat, kakak Purbasari, Purbararang, … meletakkan nampan berisikan mangkok air dingin untuk mengompres, juga mangkuk bubur dan segelas air teh hangat.“Mukamu sebengkak it