“Gusti Ratu. Nyai Putri Purbararang … meminta izin untuk menghadap Anda.”“Ehh?!”Berjungkit dari tempat duduk meja kerjanya begitu mendengar pemberitahuan dari ksatria pengawal yang sedang bertugas di depan pintu untuk mengawal, yang tak lain ialah Sir Batara, … Purbasari terperanjat. Tumben sekali, kakaknya yang selalu saja menghindarinya mendadak ingin menemuinya di jam sebelum tidur ini.Ini membuatnya mendadak merasa gugup.“B-biarkan dia masuk!”Membenahi meja, merapikan penampilan, juga berusaha untuk mengendalikan air muka, Purbasari yang hatinya berdebar-debar tak menentu dikala melihat orang yang ia nanti-nanti telah tiba dengan membawa nampan, … menyunggingkan senyuman tipisnya dengan sungkan. “S-selamat malam, Teteh.”“Ya.”Duduk dengan sigap setelah membalas sapaan dari adiknya ini secara singkat lagi padat, kakak Purbasari, Purbararang, … meletakkan nampan berisikan mangkok air dingin untuk mengompres, juga mangkuk bubur dan segelas air teh hangat.“Mukamu sebengkak it
“K-kak … Kak Ana.”“Kyaak! Menjauh dariku! Monster!”Tersungkur dengan sangat menyedihkan di hadapan Putri Purbakancana yang dulunya merupakan saudari tiri paling dekat dengannya setelah Putri Purbaendah, … Purbasari yang baru saja didorong supaya menjauhkan uluran tangan menjijikkannya tuk berusaha menggapai gaun dan meminta tolong, … menangis dengan suara yang serak.“Kak, i-ini aku … Sa-sari.”“Aku tidak peduli! Pokoknya, menjauh dariku segera!”Sama sekali merasa tak sudi untuk mengulurkan lengannya dan menolong Purbasari, meski ia sendiri pun sebetulnya sudah mengenalinya sedari awal, lewat perantara rambut putih keperakan yang sangat mencolok itu, … Purbakancana sengaja berlaku abai.Dia memandang Purbasari yang datang ke istana kediaman para putri ini dengan sorot mata yang tajam, lagi penuh rasa ingin merendahkan.Tak jauh berbeda dari si putri berambut kuning kencana tersebut, putri-putri lain semacam Purbamanik, juga si putri kembar Purbaleuih dan Purbadewata, … melemparkan
PLAKKK!Tamparan keras mendarat.“Tidakkah kau melihatnya?!”Menghantam permukaan mulus kulit pipi Putri Purbamanik yang digeplak untuk ke sekian kalinya dari sang ibunda yang berstatus janda selir pertama, … dalam memarahi juga mempermalukannya di depan adiknya sendiri, Putri Purbakancana.“Jal*ng sialan itu dengan mudahnya merebut takhta!”“….”Terdiam karena tak memiliki selera untuk membalas ucapan ibunya yang justru nantinya malah akan semakin menjadi-jadi, … Purbamanik yang mengepalkan tangannya erat-erat dengan bibir yang digigit pahit, mengerutkan alisnya secara menukik.“Sedangkan kau? Apa yang kau lakukan?! Dasar anak yang tidak berguna!”Ahhh! Sungguh!Ini membuatnya geram.Ingin sekali hatinya sesekali melawan keinginan sang ibu yang terbilang ekstrem dan sangat memaksa. Akan tetapi, apa daya dan kuasanya untuk melawan orang yang sudah melahirkannya?“Pokoknya, cepat cari cara dan solusi lain untuk mendapatkan gelaran mahkota yang kosong itu, … sebelum penobatan resmi unt
“Sebelah kiri.”SRASHH!“Sebelah kanan atas.”ZRASHH!“Belakangku.”ZRACK!“Dan, ….”Berbalik mengayunkan kepala berambut pirang miliknya tuk terarah ke belakang, bibir tipis milik seorang pria bermata merah dan bermimik muka monoton datar seperti boneka, … kembali bergerak.“… Depan.”SRESHH!Helaian demi helaian benang rambut yang seperti terbuat dari emas itu berayun. Terbawa sapuan angin dari ayunan tangan pemegang pedang berlumuran banyak darah, dari orang yang sudah membersihkan jalan tuk dilalui oleh sang Duke pemangku tertidurnya ratu kerajaan baru di pelukan.Apakah mereka pembunuh bayaran?Maksudnya, dari sekian banyaknya gelimang orang-orang yang ksatria pengawal ratu itu lenyapkan?Well, … yep.“Saya merasakan bahwa anggota dari kelompok mereka ini akan tetap berdatangan, Tuan.”Ksatria pengawal putri tertua kerajaan Pasir Batang, Purbararang, yang bernamakan Tumang, … mendiskusikan suatu hal yang penting bersama dengan majikannya yang lama, Duke of Jaya, Indra.“Terlebih
“Kelemahan Duke Jaya maupun si anjing itu sendiri, bukankah itu terdapat pada Purbararang?”Kembali ke malam penuh perundingan konspirasi yang dilakukan empat putri pasir batang yang tersisa tinggal di kastel ini, Putri Purbaleuih, mengusulkan saran bagus.“Daripada merepotkan diri juga menyusahkan usaha kita dalam menyingkirkan dua halangan besar itu, lebih baik, kita langsung menyerang apa yang tengah mereka inginkan untuk dilindungi.”“Lalu?”Merasa tertarik dengan pendapat yang Purbaleuih kemukakan, Purbamanik menyuruh saudari tirinya itu untuk tetap meneruskan.“Saat sesuatu atau seseorang yang ingin mereka lindungi itu rusak dan terluka, sudah pasti fokus mereka akan buyar dari yang ingin menahan serangan … menjadi berusaha untuk menyelamatkan!”“Itu, … masuk akal juga.““Karena itu, Teteh.”….“Di pesta penobatan sekaligus pernikahannya nanti, … ayo targetkan Purbararang saja."….STRASH!“Uwakh?!”“…!”Mengerjap-ngerjapkan matanya tak percaya begitu dirinya yang sudah tepat me
“Jangan minum ini.”Merebut dan menyembunyikan hadiah pernikahan dari Putri Purbakancana pagi tadi di belakang punggungnya, mantan tunangan Purbararang yang kini sudah resmi menyandang gelar “His Highness the Prince Consort, Duke of Jaya”, … berusaha menjauhkan hadiah tersebut dari jangkauan tangan sang istri.“Kenapa?” tanya Purbararang tak dapat mengerti, akan jalur pikiran sang suami rupawannya ini.Dengan mengulaskan senyuman manis dan mata yang melengkung dalam menunjukkan sorot yang ikut tersenyum, Indra Jaya memberi tahu. “Ini beracun.”“Mana mungkin.”Tak mau memercayainya begitu saja, karena Purbararang sangat yakin kalau pemberian dari Purbakancana itu benar-benar terjaga saking percayanya ia dengan saudari tiri yang paling dekat dengannya selain Purbaendah, … dia menyangkalnya dengan ucapan demikian.“Kamu tidak memercayai ucapanku?”“… Sedikit.”PSSH~Seakan-akan jiwa keceriaannya yang senantiasa ia tunjukkan kepada Purbararang seorang saja sudah menguap menjadi kabut uda
“Lita! Kalau mau merokok jangan di sini!”Merebut dan langsung mematikan rokok yang baru saja hendak Pelita Jaya hisap di ruang tamu yang tengah dihadiri oleh dirinya, Pelita Jaya, dan juga Purbararang untuk mendiskusikan sesuatu, … lewat sudut ekor mata, Indra Jaya mengintip sang istri dengan manik merahnya yang menyorot khawatir.“Rarang tidak suka asap rokok.”“Aw, dasar anak yang baru menikah. Pasti jiwanya benar-benar menggebu-gebu ya? Apalagi untuk menjalani malam pertama ini.”“Yah semuanya tampak syahdu sebelum kau datang dan membuat segalanya kacau.”“Hoho, ya maaf.”“Kau …! Blahblahblah …!”“….”Terdiam dengan diri yang merasakan bahwa eksistensinya di tengah-tengah orang berbeda jenis kelamin akan tetapi memiliki penampilan yang begitu mirip sekali ini, yang kemiripannya bahkan melebihi miripnya anak kembar seiras, bagai pinang di belah dua, … Purbararang mengulum senyumnya dengan penuh arti.“Ngomong-ngomong soal orang yang Anda seret kemari sebagai hadiah ….”Memecah inte
Dingin.HWRAKSS~Malam yang kelam juga derasnya hujan yang berjatuhan dari awan untuk membasahi tanah lembap hutan rimbun, … berlangsung dengan produktif tanpa memedulikan seseorang yang merasa menderita untuk menerimanya, sama sekali.Hawa yang begitu menusuk. Suasana sunyi yang begitu mencekam. Juga kesepian tiada tara yang datang untuk menemankan, … mau tak mau harus diterima dengan tangan terbuka, dalam setiap hari-harinya di setahun ke belakang waktu dimulainya pengasingan dirinya ini.Lapar.GRAWL~Memegangi perut keroncongan dengan tangan yang kurus dan hanya tampak seperti tulang berbalut kulit saja, dia, orang yang berteduh di bawah gubuk sederhana dari besarnya guyuran hujan, … merenungkan kembali segala ingatannya. Kenangan di mana berakhirnya momen manis di masa kecilnya, menjadi kenyataan pahit di masa remaja.-“Sil Batala! Sil Batala!”-Renungannya di mulai, dengan ingatan terkait luka yang ia terima dari ksatria kepercayaannya.-“Saat Sali besal nanti, Sil Batala akan t