Pergi dari tempat kelahiran … sebagai penebus hutang?“Puhahaha! Kalian dengar itu? Dengar itu?!”Sepertinya, ini adalah takdir yang cukup menantang … untuk salah seorang putri Kerajaan Pasir Batang, yang terlahir bukan dari urutan awal, atau pula urutan akhir. Melainkan, urutan tengah-tengah.“Ratu bodoh yang pernah membiarkan pembuat onar di kerajaannya mengambil uang dari kita, telah kembali menduduki kursi takhta setelah pulang-pulang dari pengasingan … langsung memenjarakan kakaknya!”Bukan hanya urutan lahirnya saja yang menempatkan diri untuk berada di posisi tengah-tengah, … seperti takdir asyik mempermainkannya, ia bahkan menjadi berada di posisi tengah-tengah kembali dengan status sebagai selir tua dari seorang raja tirani.Terlahir dari rahim seorang selir, dan berakhir menjadi seorang selir pula, … sepertinya sudah pantas jika ia mengutarakan secara keras-keras, bahwa takdir itu memang betul-betul merasa senang hati untuk datang menyiksa. “…!”Membekap mulutnya sehabis m
-“Hei, lihatlah dia, … Purbamanik.”-Bisikan suara, terdengar mengalun dengan lancar dari bibir berlipstik merah ati tebal, … kepada cuping telinga sang putri tertua kedua Kerajaan Pasir Batang yang masih bocah, … Putri Purbamanik. -“Dia adalah musuh terbesarmu. Kalahkan dia dan rebutlah takhtanya untuk Ibu.”-Hari itu seingatnya adalah hari pertemuan pertamanya … dengan putri paling tua yang digadang-gadang akan menjadi seorang ratu di masa depan.-“Kau sangat menyayangi Ibumu yang menyedihkan ini, bukan? Kau ingin membahagiakan Ibumu yang menderita ini, bukan?”-Bisikkan yang menggumamkan kata-kata bertekad membahayakan itu, kembali terdengar jelas dalam berdengung dan berputar-putar dalam benaknya … sampai-sampai sukses mencetak sesuatu yang permanen pada otak.-“Kalahkan dia, saingi-lah dia, celakakanlah dia, dan bencilah dirinya sepanjang hidupmu.”-Merasakan kehangatan tangan dari sang ibu kandung yang memeluknya dari belakang, Purbamanik, si putri berambut merah juga mata mera
“Apa kamu … benar-benar Lutung yang aku kenal?”“Ya, ini aku.”Duduk saling berseberangan di ruang tamu aula makan istana utama, sang Putri Purbasari yang masih menaruh rasa curiga terhadap orang yang membantunya di kekacauan kompetisi tiga minggu yang lalu itu pun, … rupa-rupanya, masih tetap menginterogasi dengan pertanyaan serupa.“Haruskah aku menceritakan semuanya, … mulai dari awal sampai akhir aku bertemu denganmu?”Dia, laki-laki, seorang pangeran kekaisaran yang katanya memiliki nama Guruminda itu, … bertanya demikian tuk meluruskan kekeliruan di diri Purbasari.“Y-yah, paling tidak, jika kamu melakukan itu … aku tidak akan merasa waspada lagi.”“Benarkah? Kalau begitu … aku harus memulainya dari mana ya?”….“Ouch!”“Sir Serunting, tanganmu tetap tidak sampai untuk menggapai luka pada punggungmu! Lagi-lagi, itu tidak akan terawat dengan baik!”Terkucil dari sang majikan, kedua makhluk bawahan Guruminda yang tak lain ialah ksatria pengawal pribadi juga peri kecil pembantu, …
Hiruk pikuk ibukota kerajaan yang bertempat di sebelah tanah air tercintanya, … tampak begitu sibuk.Ini sangat menguntungkan Guruminda karena ia ingin terbebas dari perhatian orang-orang yang mungkin akan tertarik dengan penampilanny—ah! Tunggu!Bukankah penampilannya saat ini tidak se-menggemparkan aslinya?Iya! Maksudnya, dia kan sekarang bukan laki-laki tertampan nomor satu di dunia! Saat ini, dia adalah seorang manusia berwujud hewan yang kerap kali orang-orang sangkut pautkan dalam menghina muka jelek seseorang, hanya dengan penyamaan, “Muka kau kayak monyet”.Jadi, tidak apa-apa kan, … kalau dia berkeliaran dalam bentuk seperti ini?GRAB!-“…!”-Haduh~ haduh!Baru juga mau melangkahkan kaki dan berkeliling, eh … sudah ada seseorang yang mencegah gerak langkahnya dengan cara mencekal lengan.-“Hei Dun! Lihat apa yang kutemukan!”-Yah, yang lebih parahnya lagi, orang ini memanggil beberapa orang lain untuk menghampirinya sebagai peneman.Mengangkat Guruminda dalam formasi monyet
-“Ak ak ak! (Ayo kita beralih dari sini!)”-Benar.Kita butuh tempat untuk menghangatkan diri.Menuntun sang putri bernama Purbasari ke saung butut yang Guruminda taksir itu sebagai tempat tinggalnya gadis berambut perak ini, si pangeran yang dikutuk itu pun lekas mengumpulkan banyak ranting juga kayu-kayu kering.Untuk kemudian, ia membuat api unggun mengenakan aliran energi Mana sihir yang ia pura-pura alihkan dengan menggosokkan permukaan kayu kerontang.-“Uk! (Duduk!)”-Itu merupakan suatu perbuatan yang tidak baik jika dia tetap membiarkan seorang gadis kedinginan, akibat dari perbuatan yang tidak disengaja olehnya tadi.Maka dari itu, Guruminda menarik dan menyuruh sang putri untuk segera menghangatkan tubuh di depan api.-“Ak ak! (Itu, ikannya)”-Mengambil tertusuknya ikan pada pegangan ranting kayu yang digenggam Purbasari secara hati-hati, Guruminda membantu membakarkan.Aroma harum ikan bakar sebetulnya sudah menggelitik perutnya dengan sangat, yang di mana kekosongan akibat
-“Kamu tidak salah lihat kok."-Tidak salah … lihat?Sungguh?Bagaimana bisa?-“Ini aku. Purbasari.”-Purbasari?-“Sini, peluk aku seperti biasa.”-Benarkah?-“Dengan begitu, kamu akan langsung mengenaliku.”-T-tidak! Tunggu! Suaranya memang terdengar sama, tetapi … untuk penampilannya, … sekilas, Guruminda jadi teringat akan bayangan sang ibu yang ia hormat.M-meski, jika gadis yang cantik ini benar-benar Purbasari, kenapa dia mesti memeluknya dan berterima kasih kepadanya, si monyet yang jelek, … sampai sedalam itu?-“Aku menyukaimu.”-Ah! Apa karena ia mengiyakan saja ajakan berkunjung ke rumahnya, dengan niatan ingin menghukum saudara Purbasari yang telah berani-beraninya membuang gadis berhati tulus ke pengasingan sini, … tiba-tiba saja melontarkan ungkapan yang luar biasa dahsyat?-“Ayo kita pulang.”-Yah, baiklah.Tidak ada pilihan lain.Ayo kita pulang ke tempatnya bersama-sama.Tak memedulikan tatapan heran atau pula tatapan merasa iri dari orang-orang yang mereka berdua la
“Ini sangat disayangkan, tapi, … aku harus pulang sebentar.”Segera setelah Guruminda meyakinkan Purbasari untuk menjadi Ratu Kerajaan Pasir Batang kembali di beberapa jam yang lalu, … si Pangeran Kekaisaran yang sudah lama dinanti-nanti untuk segera dijemput oleh banyaknya penyihir menara dengan pimpinan pria tua bergelar “Archmage” sekaligus, sehabis tidak segera pulang karena bujukan dari pengawalnya sendiri tidak terlalu mempan, … mengucapkan salam perpisahan secara enggan kepada Purbasari.Dengan menyedihkannya, dia mengucapkan salam perpisahan itu sembari gerak-gerik tubuhnya diblokir oleh rantai sihir yang si tua Archmage buatkan.“Tapi tenang saja!”Bersyukur karena sudah mendapatkan kepercayaan dari Purbasari dengan semakin dekatnya interaksi di antara mereka berdua, Guruminda kembali menambahkan.“Sesegera mungkin, setelah mendapatkan perizinan dari Ibunda, aku akan kembali menemuimu di sini!”Ini adalah pemandangan yang langka untuk orang-orang dari kekaisaran, semacam romb
Berada di sisinya.-“Rarang! Hari ini ingin melakukan apa?”-Menyemangati apa pun yang tengah ia terima.-“Aku percaya bahwa kamu benar-benar bisa melakukannya!”-Memberikannya bantuan dari kedekatan.-“Keputusan Gusti Ratu benar-benar mutlak. Dan Saya menyetujui hal itu.”-Diam-diam membereskan masalah kotor yang mengancam.-“Laporkan kepada Rarang bahwa itu sepenuhnya hasil investigasimu, Lita.”-Serta memberikannya kasih sayang dan juga cinta pada setiap masa.-“Aku menyukai segala hal tentangmu, Rarang.”-Rupa-rupanya, itu … tidak cukup untuk Purbararang mempercayainya. Mempercayai dirinya, Indra Jaya, yang benar-benar tulus mencintainya.Setiap kali keraguan tercetak jelas di wajah istrinya, ia pun bertanya.… Apakah kekasih hatinya ini mempercayainya atau mempercayai ucapannya?Dan tak lama kemudian, yang diperhatikan itu pula segera menjawab.-“Sedikit.”-Menjawab dengan jawaban yang artinya dia tidak mempercayainya, hanya saja tak dapat mengemukakannya secara gamblang.“Hei, R