Share

Bab 5.1 | Dua Nasib

last update Last Updated: 2021-09-03 07:51:56

3 tahun yang lalu

Koper besar berisi pakaian sudah disiapkan Asri. Dia bertekad untuk pergi. Satu hal yang pasti ia akan merindukan kamar ini. Kamar yang menemaninya dari kecil sampai dewasa. Ia juga akan rindu dengan sobat kecilnya yang berada di dalam kotak kaca. Seekor tokek atau bunglon atau mungkin iguana, Asri tak bisa memastikannya. Namun, yang pasti hewan tersebut sudh jinak, karena dipelihara selama beberapa bulan. Setiap hari dia memberinya makan dan rasa sayang mulai tumbuh di hati Asri. Dia beri nama hewan kecil itu Damar.

Perjuampaannya dengan Damar memang unik. Saat itu sedang ada kegiatan naik gunung di Lereng Gunung Lawu. Dia menemukan reptil ini nyaris terluka di sekujur tubuhnya. Asri menolong reptil itu tanpa takut, sedangkan teman-teman yang lainnya merasa jijik. Dia langsung tertarik dengan hewan itu, selain bentuknya yang unik, Asri juga memang penyayang binatang. Reptil itu memiliki sisik kulit berwarna biru kemerahan dan ada tanduk kecil di kepalanya. Hampir semua binatang disukai Asri, kecuali kecoak. Entah mengapa binatang itu terlihat begitu menakutkan. Dia sangat histeris apabila ketemu hewan satu itu. Reptil ini makan apa saja yang dia berikan, termasuk kecoak. Mungkin itu salah satu alasan Asri menyukainya.

Dia menamakannya Damar, karena teringat dengan salah satu kakak kelasnya yang bernama Damar. Seniornya itu sangat mempesona. Dia dan teman-teman pernah berandai-andai kalau seniornya itu jadi hewan peliharaan saja di rumah. Fantasi yang absurd, tetapi toh Asri tetap menamainya Damar.

Damar tidak sulit untuk dipelihara, hampir semua makanan yang dimakan Asri juga dimakan oleh hewan ini. Hampir setiap hari Asri mengajak bicara hewan peliharaannya itu. Nyaris setiap kejadian di sekolah, pasti diceritakan kepada kadal itu. Dari curhat tentang sekolah, juga curhat tentang teman atau pun cowok.

“Maafkan aku ya kawan kecil. Aku akan melepaskanmu sekarang. Sebab aku tak bisa lagi memeliharamu. Jangan khawatir kalau berjodoh kita nanti akan ketemu kok,” gumam Asri. Dia lalu membuka tutup kaca kotak tersebut. Diambilnya hewan itu dengan tangan kanan, lalu dia masukan ke sebuah kandang kecil. Hewan itu menurut begitu saja dimasukkan ke dalam kandang kecil yang terbuat dari plastik.

Asri keluar dari kamar sambil menyeret kopernya. Saat pintu dibuka, suasana rumah menjadi suram. Wajah-wajah muram, sedih, marah bercampur menjadi satu. Satu yang tidak bisa dilupakan oleh Asri adalah wajah merah Romo. Lelaki itu benar-benar telah sampai di taraf yang tak bisa diajak kompromi.

Awakmu iki cah wadon sing ora iso dituturi. Wis wani ngelunjak, kepingin dadi opo kowe nduk? (Kamu ini anak perempuan yang tidak bisa dinasehati. Sudah berani melunjak, ingin jadi apa nanti kamu)” ucap Romo.

Dalem nyuwun pangapuran ingkang kathah Romo, tapi dalem mboten saget patuh kalihan pituturipun panjenengan (Saya minta maaf sebanyak-banyaknya Romo, tapi saya sudah tidak bisa lagi patuh dengan nasihat Romo),” kata Asri dengan bahasa yang sopan.

Asri, cah ayu. Ojo lunga, ya? Ibu kudu piye ben sliramu ora minggat, Nduk? (Asri, anakku yang cantik. Jangan pergi, ya? Ibu harus bagaimana agar kamu tidak pergi?)” Sang Ibu mengiba. Sebenarnya Asri tidak tega melihat air mata Ibu, tetapi tekadnya sudah bulat. Ia ingin pergi dan tak ada yang bisa menghalangi.

“Kalau keluarga ini masih teguh pada pendirian memaksakan perjodohan anaknya, mengekang kebebasan anak-anaknya, lebih baik aku lepas gelar bangsawanku. Lagipula setiap manusia dilahirkan sama. Adik-adikku, kalian dengar kata-kata Mbakmu ini. Mbakmu, bukan Siti Nurbaya.”

Dadi ngono kowe, Asri? Luwih milih uwong sing ora ngerti unggah-ungguh iku tinimbang Tumenggung? (Jadi begitu kamu, Asri? Lebih memilih orang yang tidak mengerti aturan itu daripada Tumenggung)”

“Kenapa? Romo ragu aku tak bisa hidup mandiri tanpa sokongan keluarga ini? Aku akan buktikan aku bisa. Asri mboten badhe mbalik ngantos dalem dados tiyang enggal. (Asri tidak akan kembali sampai aku menjadi orang yang berhasil),” kata Asri mengakhiri percakapan. Dia segera menyeret kopernya. Sang ibu ingin menyusul.

Bune! Jarne! (Bu! Biarkan!) Anak tidak tahu diuntung seperti itu lebih baik tidak perlu dipelihara. Biarkan dia pergi!” ujar Romo.

Asri tersenyum simpul. Hewan peliharaannya menoleh ke Asri, lalu menoleh ke arah lain, terutama ke adik-adik Asri yang menatap kepergian Kakak mereka. Wajah-wajah mereka diliputi kesedihan. Asri tanpa beban keluar dari rumah. Ia pun terus berjalan hingga menghilang dari pandangan keluarganya. Sang ibu pun menangis karena peristiwa itu.

Asri pergi dengan tujuan yang pasti, yaitu menuju ke tempat kekasihnya sekarang ini. Selama ini ia punya hubungan dengan seorang yang sudah menjadi pacarnya selama dua tahun. Namanya Edo Susantyo, seorang yang sudah bekerja menjadi karyawan swasta di salah satu perusahaan di kota Madiun. Hubungan keduanya tak disetujui oleh keluarga Asri.

Uang yang ada di dompet Asri cuma beberapa lembar seratus ribuan. Dia tak punya banyak. Cukuplah untuk bisa sampai di rumahnya Edo. Edo berjanji akan menampungnya, hanya itu yang ia bisa andalkan. Percaya kepada Edo.

Asri melewati pekarangan kosong. Dia menaruh kandang Damar di atas rumput, lalu membuka pintu kadangnya. Damar tampak menatapnya kebingungan, seolah-olah hewan itu paham apa yang sedang terjadi.

“Kamu pergi ya, sekarang. Aku nggak bisa lagi melihara kamu. Udah sana!” ucap Asri sambil memberi isyarat dengan tangannya seperti mengusir.

Damar berjalan dengan malas keluar dari kandang lalu menjauh. Asri hanya bisa berharap Damar bisa bertemu dengan hewan sejenisnya, atau kalau toh tidak ketemu mungkin perutnya akan kenyang dengan memakan hewan-hewan kecil lainnya. Asri melanjutkan perjalan setelah Damar menghilang di balik semak-semak.

“Sampai jumpa kawan kecil,” ucapnya.

Sebuah bus jurusan Jogja–Surabaya melintas, Asri segera melambai ke bus tersebut. Bus itu berhenti beberapa meter di depannya. Asri berlari-lari kecil sambil menyeret kopernya. Sang kernet buru-buru turun untuk membantu Asri naik ke dalam bus dengan cara ikut mengangkat koper berat tersebut. Setelah Asri sudah ada di dalam bus, barulah bus tadi melaju.

* * *

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Putra Naga Pangeran Yang Terbuang   Bab E-2 | Pangeran Yang Terbuang

    Ternyata serangan tersebut tidak hanya dari satu sisi bumi saja. Daratan lain pun sudah mulai diserang. Para naga tersebut mulai memasuki pantai dari daratan yang lain, hingga setiap manusia yang mereka temui pun dimangsa. Mereka tidak melihat apakah itu orang dewasa atau anak-anak. Lelouch dan pasukan naganya tak mampu berbuat apa-apa selain menghalau apa yang mereka bisa. Hari itu mereka kalah, meskipun memenangkan pertempuran.Lelouch bertengger di atas bukit. Dari kejauhan dia melihat bangkai-bangkai naga bergelimpangan di tepi pantai. Sesaat dia mendongak ke atas, seolah-olah meminta bantuan kepada Sang Pencipta. Setelah itu dia menunduk, menutup sayapnya, berada dalam kebimbangan.“Yang Mulia,” panggil salah satu naga yang mengampirinya.“Aku sedang ingin sendiri,” ucap Lelouch.“Tidak, bukan begitu Yang Mulia. Lihat ke atas!” ucap naga tersebut.Lelouch mendongak. Tidak pernah disangka sebelumnya oleh Lelo

  • Putra Naga Pangeran Yang Terbuang   Bag E-1 | Pangeran yang Terbuang

    “Bagaimana awalnya kita, para naga bisa menempati bumi ini?” tanya sesosok naga bersirip hitam dan putih. Di depannya tampak naga-naga kecil sedang duduk mendengarkan petuah-petuahnya. Hari ini adalah hari rutin untuk anak-anak naga mendapatkan pelajaran dari naga Lelouch. “Kita adalah makhluk yang dikutuk, tetapi sebagian dari kita dimaafkan. Bapak kita, adalah naga yang membuat bumi ini jadi ditempati oleh manusia. Namanya Azrael, dia penguasa lautan, sedangkan kita penguasa daratan,” lanjut Lelouch. “Yang Mulia, apakah kita akan terus bertempur dengan mereka?” tanya salah seekor naga kecil. “Pertempuran ini akan terus berlanjut sampai akhir zaman. Kita hanya bisa mengusirnya agar tidak sampai menguasai daratan. Daratan adalah tempat para manusia dan makhluk-makhluk lainnya, lautan adalah tempat kekuasaannya. Sebab, di sana dia bersama Iblis dan menjadi kaki tangannya,” jawab Lelouch. “Apakah dia bisa dikalahkan?” tanya naga kecil yang lain.

  • Putra Naga Pangeran Yang Terbuang   Bab 32.2 | Pangeran Yang Terbuang

    “Penjara apa?” tanya Aryanaga. “Eee… sebentar yang Mulia, apa tidak bisa diringankan hukumannya? Itu Penjara yang mengerikan. Tidak ada satupun yang keluar dari penjara itu sampai sekarang!” ucap sang Pembela. “Penjara apa? Apa itu?” “Pangeran Aryanaga, Penjara Tujuh Pintu adalah Penjara yang berada di kegelapan bumi. Kau tak akan bisa menghirup udara bebas. Di dalamnya ada tujuh pintu yang mana semuanya mewakili tujuh dosa mematikan. Selama jiwamu ada dosa itu, kau tak akan bisa keluar.” Aryanaga terkekeh. “Masukkan aku ke penjara itu. Aku tak keberatan.” “Sudah diputuskan, bawa dia!” ucap seseorang anggota Dewan Kehormatan Naga. Palu pun diketok dan sang pembela tak bisa meringankan hukuman Pangeran Aryanaga. Arya

  • Putra Naga Pangeran Yang Terbuang   Bab 32.1 | Pangeran Yang Terbuang

    Aprilia berada di depan dua gundukan tanah. Air matanya terus berderai seperti tak akan pernah habis. Bandi menepuk pundaknya, berusaha menenangkan Aprilia, bagaimana pun Aprilia adalah wanita dan hatinya lembut. Kepergian Raja Primadigda dan Asri membuatnya sedih. Keduanya dikuburkan di tanah terbaik dan tempat terbaik, yaitu di pemakaman para raja. Di tempat ini juga ada makam para raja sebelum Raja Primadigda.Orang-orang banyak yang menghadiri pemakaman itu. Mulai dari para prajurit, menteri dan juga para pejabat kerajaan. Hari itu rakyat berkabung atas gugurnya Raja Primadigda. Rumor pun cepat menyebar kalau Raja Primadigda dikalahkan oleh anaknya sendiri. Orang-orang mulai bertanya-tanya tentang motif pembunuhan ini. Aprilia dan Bandi sengaja tidak memberitahu, karena saat ini Antabogolah yang berkuasa. Nyaris semua lini kekuatan militer sekarang di pegang oleh Antabogo, sehingga mustahil baginya membuat su

  • Putra Naga Pangeran Yang Terbuang   Bab 31.3 | Jiwa Yang Hampa

    Aryanaga sama sekali tak bercanda. Dia kembali mengeluarkan tombak elemental dari telapak tangannya, kali ini warnanya kekuningan dengan percikan energi listrik di sekitar ujung tombaknya. Menyadari ada bahaya, Pangeran Bagar menjauh. Aryanaga tetap fokus kepadanya. Setiap pergerakan Pangeran Bagar, bisa dilihatnya. Dan ternyata, Aryanaga tak hanya mengeluarkan satu tombak, tapi lagi, lagi dan lagi hingga sepuluh tombak dengan energi listrik melayang di atasnya. Aryanaga mengambil satu per satu tombaknya, melemparkannya dengan kuat.Pangeran Bagar tak bisa kabur dari serangan itu. Sepuluh tombak beruntun menghantam di sekitarnya. Sepuluh kali petir menyambar-nyambar, jutaan volt menghantam tanah hingga menimbulkan ledakan listrik yang menggelegar.Aprilia dan Bandi yang menyaksikan pertarungan itu dari jauh cukup ngeri dengan kekuatan yang dimiliki

  • Putra Naga Pangeran Yang Terbuang   Bab 31.2 | Jiwa Yang Hampa

    Bandi masih menangis, tetapi ia juga harus membawa jenazah Raja Primadigda. Dengan tersedu-sedu dia menggendong jenazah tersebut. Aprilia juga melakukannya. Aprilia sekarang yang gantian bermandikan darah Asri. Dia dan Bandi pergi dari tempat tersebut, meninggalkan Aryanaga yang tak terkendali.Pangeran Bagar menjauh. Kini ratusan prajuritnya menghadapi Aryanaga. Mereka terdiri dari ras naga pilihan yang dilatih dengan ilmu perang yang cukup andal. Pangeran Bagar, tidak pernah salah dalam memilih anak buah. Mereka ahli pedang, tombak dan panah. Para prajurit membentuk formasi mengepung Aryanaga. Aryanaga mengamati mereka. Tombak-tombak terhunus ke arah Aryanaga, setiap tombak ini tentu saja ada bagian dari tubuh para naga, sebagian lagi adalah besi yang ditempa oleh para peri, sehingga bisa melukai para naga.Aryanaga sama sekali tak gentar. Ia mengeluarkan kekuatan yang san

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status