Share

Bab 4.2 | Canggung

Jam 00.00 Asri baru keluar dari kantor. Shift sore, pulang tengah malam. Ini adalah rutinitas dia sehari-hari. Mau bagaimana lagi, kalau dia tidak bekerja seperti ini ia tidak akan survive. Uang yang dia hasilkan dari pekerjaannya ini bisa dia gunakan untuk membayar perkuliahan, juga untuk makan dia sehari-hari. Asri sudah pantang meminta bantuan keluarganya meskipun harta keluarganya tidak akan habis hingga tujuh turunan maupun tujuh tanjakan. Dia ingin membuktikan kepada keluarganya kalau ia bisa mandiri tanpa bantuan mereka.

Asri masih berada di teras kantornya, duduk di bangku menunggu jemputan taksi online. Dari layar ponselnya, posisi kendaraan tersebut terlihat merambat cukup pelan tapi pasti. Lima menit lagi mobil itu sampai di kantornya.

As, pulang dulu ya?!” sapa Dwi yang sudah naik di sadel sepeda motornya. Dwi ini meskipun cewek tetapi ia lebih suka menaiki sepeda motor gedhe. Tampangnya sendiri lebih mirip anggota vokalis band rocker dengan celana jins yang lututnya robek serta jaket kulit. Sudah benar-benar mirip rocker sejati. Apalagi selera musik Dwi memang semacam punk rock.

Iya, Wi. Sampai besok,” jawab Asri.

Tak berapa lama kemudian taksi yang dipesan pun datang. Mobilnya city car warna putih. Asri segera keluar menuju ke mobil tersebut, saat kaca mobil diturunkan dia terkejut.

Kamu? Kok?” Asri terbelalak melihat Aryanaga ada di kursi kemudi.

Bandi sedang ada urusan, jadinya aku yang menggantikan,” jawab Aryanga.

Asri melihat lagi ke aplikasi taksi onlinenya, di sana memang benar ada nama Bandi. Jadi Bandi yang dimaksud di aplikasi taksi online ini ada hubungannya sama Aryanaga?

Bandi pembantumu itu?”

Aryanaga mengangguk. “Kebetulan, yah?”

Asri menelan ludah.

Ayo, lekas naik. Sudah malam. Kau tak mungkin menemukan sopir taksi online seganteng aku jam segini,” ucap Aryanaga dengan narsisnya. Asri memutar bola matanya. Ia pun pasrah dan terpaksa masuk ke dalam mobil. Ia mengambil duduk di depan.

Mobil melaju dengan agak cepat. Maklum jalanan malam hari di Kota Malang cukup sepi. Asri jadi teringat tiap malam ia terkadang sering nongkrong dengan teman-temannya di salah satu penjual makanan di daerah Suhat. Meskipun malam hari, tetapi suasana di tempat tersebut hangat karena banyak orang-orang yang beramah tamah, ngobrol dan saling dekat satu sama lain. Untuk sementara Asri tak bsia melakukannya, walaupun ia ingin. Sebab, tempat kosnya lebih jauh dari biasanya.

Kau ingin makan dulu?” tanya Aryanaga kepada Asri yang melihat suasana di pinggir jalan.

Eh, tidak,” jawab Asri yang terkejut. “Sudah malam ntar jadi gemuk.”

Baiklah, langsung ke tempat kos kalau gitu,” jawab Aryanaga.

Asri keheranan dengan Aryanaga. Bagaimana cowok ini bisa punya rumah sebesar itu, juga punya pembantu yang pekerjaannya narik taksi online? Emang pekerjaan pembantunya apa? Terus terang dia belum bertemu dengan orang yang bernama Bandi. Namun, kalau dilihat dari foto yang ada di aplikasi taksi online, ia seperti bapak-bapak pada umumnya.

Kamu asalnya dari mana?” tanya Aryanaga.

Dari Jogja,” jawab Asri. “Kelihatan ya?”

Iya, biasanya kalau orang Malang menyapa orang seperti aku dengan boso walikan,” jawab Aryanaga. “Logatmu juga tidak biasa.”

Asri tersenyum. “Kamu juga bukan orang sini sepertinya.”

Memang, aku bukan orang Malang, tetapi aku dibesarkan di Malang,” kata Aryanaga.

Ngomong-ngomong, aku tak pernah melihatmu sebelumnya. Memangnya benar kata orang kalau kau kemarin mengambil cuti?”

Iya. Aku ada urusan sampai kemudian harus mengambil cuti.”

Mobil yang mereka tumpangi sudah sampai di jalanan mengarah ke Tidar. Tak banyak penerangan yang ada di sepanjang jalanan berpaving itu. Tidak banyak orang-orang yang kelihatan berlalu-lalang, hanya beberapa penjual nasi goreng ataupun penjual tahu tek keliling yang terlihat. Beberapa kelompok pemuda tampak nongkrong di pinggir jalan. Asri merasa heran dengan Aryanaga, kenapa kok membuka tempat kos di tempat yang sesepi ini.

Aku panggil kamu Arya saja boleh?” celetuk Asri tiba-tiba.

Iya, tak apa-apa,” jawab Aryanaga.

Aduh, iya. Aku lupa fotokopi KTP.”

Tak apa-apa. Di dekat kampus Ma-Chung ada fotokopi kok. Besok pagi kau bisa pergi ke sana.”

Setelah itu hening. Percakapan mereka tak banyak. Mungkin karena Asri masih canggung. Dia juga bahkan jadi salah tingkah. Sesekali ia mencuri-curi pandang ke arah cowok yang memegang kemudi itu. Wajahnya menyenangkan untuk dilihat, tetapi juga ada kesan misterius.

Ngomong-ngomong, itu rumahmu sendiri?” tanya Asri.

Secara teknis iya, tetapi semuanya atas kekayaan orang tuaku. Sebenarnya bangunannya tidak seperti itu awalnya, kemudian aku renovasi sendiri, aku ubah di sana-sini sampai akhirnya seperti yang kamu lihat sekarang,” jelas Aryanaga.

Ooh,” ucap Asri dengan “Oh” panjangnya.

Sekarang yang jadi pertanyaan adalah kenapa kau memilih ngekos di tempatku? Jauh sekali. Tebakanku kau sedang ingin lari dari sesuatu,” tebak Aryanaga.

Asri tak menjawab. Dia lebih memilih diam.

Tak masalah kalau kau tak mau cerita. Aku sendiri juga tak mau mencampuri urusan orang lain. Setiap orang punya privasi.”

Tak ada bahasan yang berarti lagi setelah itu. Asri lebih memilih diam hingga mereka sampai. Pintu gerbang dibuka oleh orang yang disebut Bandi. Asri mengamati foto yang ada di aplikasi taksi onlinenya. Benar-benar mirip. Jadi memang benar, sopir taksi ini adalah Bandi, pembantunya Aryanaga. Mobil pun perlahan masuk ke halaman rumah.

Asri segera keluar dari mobil. “Makasih ya,” ucapnya seraya bergegas menuju ke kamar kosnya.

Jangan lupa kasih bintang yang banyak!” ucap Aryanaga.

Asri tersenyum simpul. Dia segera membuka pintu kamar lalu menguncinya. Bandi keheranan dengan kehadiran tuannya dan perempuan itu. Namun, ia tak bertanya.

Dia penghuni baru, kau belum melihatnya bukan?” kata Aryanaga.

Oh, iya. Jadi pangeran sudah langsung dapat penghuni baru? Padahal juga baru beberapa hari kita pasang pengumuman,” jawab Bandi.

Terima kasih, sudah membantuku.”

Tak masalah pangeran. Kira-kira yakin tempat ini jadi tempat kos putri?”

Kenapa tidak?”

Bandi mengerutkan dahi, entah tuannya yang tidak sadar akan pesona ketampanannya atau emang dia sengaja melakukannya. Kalau misalnya ini nanti jadi tempat kos putri, Bandi yang bakalan kerepotan menjaga tuannya dari godaan para cewek. Dan ia punya firasat tempat ini bakalan ramai.

Memangnya, pangeran ada alasan khusus kenapa membuka tempat kos?”

Aku kesepian, Bandi. Itu saja.” Aryanaga berjalan menuju ke teras rumah.

Bandi tertawa. Aryanaga menghentikan langkahnya lalu berbalik.

Ada yang lucu?” tanya Aryanaga.

Karena dia bukan?” ucap Bandi sambil menunjuk ke arah kamar kos Asri.

Maksudmu?”

Aku tahu selama ini pangeran mengikuti dia.”

Aryanaga mengangkat bahunya. “Buat apa aku mengikuti dia?”

Memangnya, selama ini pangeran ngapain pergi ke kampus selama setahun penuh? Secret admirer? Stalker? Atau ada alasan khusus?”

Aryanaga terkekeh. “Kata-katamu itu, kalau kata orang Malang keminggris.”

Aku tahu pangeran, kau sudah aku asuh sejak kecil. Jangan kira aku tak tahu. Kau suka kepadanya bukan?”

Aryanaga tak menjawab. Ia membuka pintu lalu masuk ke dalam rumah. Ada sesuatu yang disembunyikan pemuda itu. Namun, dasar Bandi. Ia memang lebih tahu tentang majikannya. Semuanya berawal dari suatu peristiwa yang membuat pemuda ini tertarik kepada Asri.

* * *

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status