Share

Putra Rahasia Tuan Daniswara
Putra Rahasia Tuan Daniswara
Penulis: Zenny Arieffka

PROLOG

Aku mengikuti saja kemanapun langkah kaki itu berjalan. Telapak tangannya mencengkeram erat lenganku, menyeretku menaiki anak tangga demi anak tangga. Aku tidak tahu dia membawaku kemana, dan aku tak peduli. Aku berada pada titik dimana aku tak peduli jika ada yang ingin membunuhku saat ini. Ya, semuanya sudah hancur, apa lagi yang perlu kuperjuangkan?

Kami akhirnya sampai di depan sebuah pintu. Dia membuka pintu kamar hotel tersebut, menggelandangku masuk, kemudian mendorongku hingga terjerembab ke atas ranjang. Aku melihat ekspresinya murka. Dia melonggarkan dasinya, menyisingkan kemejanya, kemudian berjalan dengan mata marah ke arahku.

Sungguh, lelaki ini begitu berbeda dengan lelaki yang mencumbuku sepanjang malam saat itu. Ya, bukan dia, aku tahu bukan sosoknya.

“Berani-beraninya kamu mendatangiku? Kamu mau membuatku malu? Hah?!” serunya keras.

Aku mencoba mengendalikan diri agar tak terlihat terpengaruh atau terintimidasi dengan sikap kasarnya.

“Aku hanya ingin memberitahukan sebuah kebenaran untukmu.”

“Kebenaran?! Dengar, tak ada kebenaran yang keluar dari mulut wanita murahan sepertimu!” serunya sembari mencengkeram rahangku.

“Aku berkata jujur, ini memang anakmu.”

Tamparan kerasnya mendarat di pipiku. Membuat wajahku terlempar ke samping. Tangisku terhenti seketika. Aku tidak percaya jika dia sepengecut ini. Jika dia tidak ingin mengakui bayi yang kukandung, maka dia hanya perlu menagatakannya. Tak perlu memperlakukanku dengan begitu kasar seperti saat ini.

Dia kembali mencengkeram rahangku, kemudian mendongkakkan wajahku ke arahnya seketika. “Katakan, berapa yang kamu inginkan agar kamu bisa tutup mulut dan melupakan malam sialan itu.”

Aku menggelengkan kepala.

Aku memang orang miskin, hidupku memang susah, tapi aku cukup memiliki harga diri, karena aku bukan perempuan bayaran. 

Baiklah, kuakui, pekerjaanku memang bukan pekerjaan orang baik. Aku adalah seorang perempuan pendamping di sebuah rumah karaoke. Tugasku adalah mendampingi tamu bernyanyi atau bahkan minum. Dan disanalah aku bertemu dengan lelaki ini, kemudian, malam itu akhirnya terjadi.

Tapi demi Tuhan! Hanya dia yang pernah menyentuhku. Apakah dia tidak merasakannya malam itu? Atau, apakah dia terlalu mabuk untuk merasakannya?

“Asal kamu tahu, kamu tidak memiliki bukti apapun untuk menunjukku sebagai ayahnya.”

“Kamu memang ayahnya, itu sudah mutlak.”

“Tidak akan ada yang percaya sama kamu! Dan aku bisa menuntutmu dengan pencemaran nama baik.”

“Tolong. Ini memang anak kamu.”

Dia menghempaskan aku hingga aku tersungkur di atas ranjang. Dia bangkit, menjauh, kemudian mengusap wajahnya dengan kasar.

“Dasar pelacur!” serunya keras. “Katakan. Katakan berapa yang kamu mau?!”

“Aku tidak mau uang.” Ya, bukan uang yang kuinginkan. Tapi aku ingin pertanggung jawaban.

“Lalu kamu mau apa? Kamu ingin aku menikahimu? Yang benar saja! Asal kamu tahu, meskipun hanya ada kamu satu-satunya wanita di dunia ini, aku tak akan pernah mau menikah denganmu.”

Ya, sungguh, dia memang angkuh dan sombong, tapi aku bisa apa? Aku memang bukan siapa-siapa dibandingkan dengan dirinya. Dia adalah pengusaha, milyader muda. Sedangkan aku? Ya Tuhan! Bahkan seujung kukupun aku tak ada apa-apanya dibandingkan dirinya.

Aku memilih bangkit, kemudian berkata “Aku tidak menginginkan apapun, aku hanya ingin melakukan apa yang menurutku benar, yaitu memberitahumu tentang semua ini. Jika kamu menolak untuk mengakui, maka tidak masalah, aku bisa menjaga diriku dan juga anakku sendiri. aku tidak menginginkan apapun.”

Sembari menguatkan diri, aku memilih pergi meninggalkan dia. Ya, aku harus pergi, tak ada gunanya lagi aku di sini.

“Tunggu!” suaranya menghentikan langkahku. Tak lama kurasakan dia mendekatiku. “Kuharap, dengan ini, kamu nggak akan kembali lagi apalagi menceritakan hal yang tidak-tidak tentangku.” Ucapnya sembari memeberiku sebuah cek.

Aku menggelengkan kepala. “Aku nggak mau.”

“Anggap saja ini sebagai tip malam itu.”

Ya Tuhan! Dia benar-benar menginjak-injak harga diriku. Aku bukan pelacur, sungguh, aku bukan pelacur, dan aku tidak menginginkan uangnya. Secepat kilat aku memilih pergi meninggalkannya tanpa sedikitpun melirik ke arah cek tersebut.

Pergilah Sarah… pergilah… kamu bisa hidup sendiri, dengan bayimu, dan tanpa ada lelaki ini di antara kalian…. Pergilah, berbahagialah…

-TBC-

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status