Putra Rahasia Tuan Daniswara

Putra Rahasia Tuan Daniswara

Oleh:  Zenny Arieffka  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
Belum ada penilaian
6Bab
461Dibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Diperkosa, dihamili, dan dicampakan, tak cukup sampai disana, Sarah juga dituduh sebagai perempuan murahan yang hobby menjajakan dirinya dan menggoda banyak pria. Belum lagi kenyataan bahwa ia harus berurusan dengan lelaki yang tak berhenti menyakiti hati dan pikirannya. Lelaki yang bernama Devon Daniswara. Ayah dari puteranya. Disisi lain, Devon sedang berusaha sekuat tenaga untuk mempertahankan aset keluarganya agar tetap berada dalam kuasanya. Pasalnya, untuk mempertahankan semua itu, ia harus memiliki anak untuk dijadikan sebagai penerus keluarga Daniswara. Berbagai macam cara Devon lakukan untuk mendapatkan seorang keturunan, tapi bagaikan sebuah kurtukan, semuanya nihil tak berhasil. Hingga kemudian, ia mendapati suatu fakta, bahwa ia sudah mendapatkan keturunan tersebut dari seorang perempuan yang dulu pernah ia campakan, perempuan yang bernama Sarah. Bagaimana kisah cinta keduanya?

Lihat lebih banyak
Putra Rahasia Tuan Daniswara Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
Tidak ada komentar
6 Bab
PROLOG
Aku mengikuti saja kemanapun langkah kaki itu berjalan. Telapak tangannya mencengkeram erat lenganku, menyeretku menaiki anak tangga demi anak tangga. Aku tidak tahu dia membawaku kemana, dan aku tak peduli. Aku berada pada titik dimana aku tak peduli jika ada yang ingin membunuhku saat ini. Ya, semuanya sudah hancur, apa lagi yang perlu kuperjuangkan?Kami akhirnya sampai di depan sebuah pintu. Dia membuka pintu kamar hotel tersebut, menggelandangku masuk, kemudian mendorongku hingga terjerembab ke atas ranjang. Aku melihat ekspresinya murka. Dia melonggarkan dasinya, menyisingkan kemejanya, kemudian berjalan dengan mata marah ke arahku.Sungguh, lelaki ini begitu berbeda dengan lelaki yang mencumbuku sepanjang malam saat itu. Ya, bukan dia, aku tahu bukan sosoknya.“Berani-beraninya kamu mendatangiku? Kamu mau membuatku malu? Hah?!” serunya keras.Aku mencoba mengendalikan diri agar tak terlihat terpengaruh atau terintimidasi dengan sikap kasarnya.“Aku hanya ingin memberitahukan se
Baca selengkapnya
CHAPTER 1
Lima tahun kemudian….Devon membanting berkas di hadapannya. Ini sudah yang ke sekian kalinya, dan percobaannya gagal. Padahal, batas waktu yang ditentukan sudah semakin dekat. Tapi hingga kini, ia belum juga mendapati seorang yang tepat, dan mampu mengandung benihnya.Semuanya berawal ketika Tiga tahun yang lalu, adik dan Ayahnya meninggal dalam sebuah kecelakaan. Sialnya, sebelum meninggal, Sang Ayah sudah menuliskan wasiat, bahwa sebelum usianya menginjak 37 tahun, ia sudah harus berkeluarga, minimal, ia harus memiliki istri dan seorang anak untuk meneruskan nama keluarga mereka, Daniswara. Karena jika tidak, maka seluruh aset keluarga Daniswara akan disumbangkan untuk beberapa yayasan tempat dimana ayahnya biasa menjadi donatur. Devon yang memang tidak memiliki keiginan untuk berkeluarga hanya bisa mengumpat habis-habisan. Ia menyesali, kenapa adiknya harus mati? Kenapa ayahnya harus meninggalkan wasiat sialan itu? Selama ini Devon merasa senang dengan kehidupannya yang bebas, ta
Baca selengkapnya
CHAPTER 2
Tanpa banyak bicara, Devon segera menyambar bibir ranum wanita itu, melumatnya dengan kasar, mencumbunya secara membabi buta. Sial! Gairah benar-benar sedang menyelimutinya. Membakar habis semua logikanya.“Dev, Dev.” Arman mulai memanggil nama Devon saat melihat atasannya itu tampak tak dapat mengendalikan dirinya. Arman akhirnya mendekat karena Devon tidak mengindahkan paanggilannya.“Tuan.” Ucap Arman sembari menghentikan aksi Devon dengan cara menepuk bahu lelaki itu.Devon menghentikan aksinya, melepaskan tautan bibirnya dari bibir Sarah, kemudian ia menolehkan kepalanya ke belakang, menatap Arman dengan tatapan membunuhnya.“Ada apa?”“Jangan di sini.” Arman mengingatkan. Jika Devon ingin bercinta dengan perempuan ini, maka Devon tidak bisa melakukannya di ruangan ini.Devon mendengus sebal. Ia tidak bisa melepaskan perempuan di hadapannya ini. tidak ketika gairahnya sudah memuncak hingga nyaris meledak.“Di belakang, ada kamar hotel yang disediakan oleh tempat ini. kamu bisa m
Baca selengkapnya
CHAPTER 3
Devon baru saja selesai rapat ketika jam makan siang telah tiba. Ia mengerutkan keningnya ketika mendapati Arman masuk ke dalam ruangannya. Biasanya, lelaki itu hanya akan masuk saat ia memanggil dan membutuhkannya. Jika lelaki itu masuk atas kemauannya sendiri maka pasti ada hal serius yang ingin dia bahas. “Kuharap apa yang kamu bahas adalah hal penting.” Ucapnya dengan nada angkuh. Memang, ia dan Arman cukup dekat. Lelaki itu adalah kaki tangannya, kepercayaannya. Tapi ada satu sisi dimana Devon ingin menekankan kalau lelaki itu adalah bawahannya yang tak bisa seenaknya keluar masuk apalagi pada Jam bebas seperti saat ini. “Tentang kemarin.” Jawab Arman. Devon mengangkat sebelah alisnya. Kemarin? Ah ya, kemarin mereka memang sedang membahas tentang wanita sialan bernama Sarah. Wanita yang ia curigai sebagai seorang yang sudah mengutuknya hingga sesial ini. “Tentang wanita itu?” tanya Devon kemudian. “Ya.” Kemudian Arman menyodorkan sebuah map yang sejak tadi ia bawa. “Jika
Baca selengkapnya
CHAPTER 4
Devon masih setia mengamati Sarah. Wanita itu tampak berjalan meninggalkan tempat kerjanya dengan membawa sekantung sampah. “Apa kita akan mengikutinya?” tanya Arman kemudian.“Kamu tahu dia mau kemana?” Devon bertanya balik tanpa melepaskan pandangannya dari bayangan Sarah yang semakin menjauhi tempat kerjanya.“Menurut catatan, sepulang kerja, dia akan menjemput anaknya di tempat penitipan anak.”“Apa? Jadi anak itu dititipkan di penitipan anak?”“Apa yang kamu harapkan? Berharap dia menyewa babysitter? Bahkan untuk makan sehari-hari saja dia pas-pasan.” “Brengsek!” Devon mengumpat pelan. Ia tidak marah karena ucapan Arman yang terang-terangan. Arman memang seperti itu. Ketika lelaki itu bersikap formal, maka ia akan bertindak begitu profesional, tapi ketika lelaki itu bersikap seperti ini terhadapnya, maka tandanya Arman sedang memposisikan diri sebagai temannya.“Jadi?” Arman bertanya lagi.“Langsung saja ke tempat anak itu.” Akhirnya Arman menuruti semua perintah dari Devon.**
Baca selengkapnya
CHAPTER 5
“Kamu tinggal di daerah ini?” tanya Arman saat ia sampai di daerah tempat tinggal Sarah. Bukan daerah elit, itu adalah tempat dimana orang miskin dan penjahat berkeliaran.Sarah tidak menjawab, ia berusaha keluar, tapi tidak bisa. Pintunya dikunci secara otomatis oleh Arman.“Kita belum menyelesaikan transaksi kita, Sarah.” Arman mengingatkan.“Aku tidak butuh uangmu.”Arman tertawa lebar. “Ayolah, tak ada yang gratis. Apalagi mengingat Devon yang tampak begitu puas. Katakan berapa nominalnya maka aku akan segera mentransfernya.”Sarah menatapnya dengan tatapan marah “Pergilah kalian ke neraka.” Geramnya setengah tak terdengar.“Apa?”“Saya mohon, saya hanya ingin keluar.”“Tidak bisa. Katakan saja berapa nominalnya, dan kamu bisa pergi dari sini.”“Saya nggak mau. Tolong saya ingin pulang, dan jangan ganggu saya lagi.”“Kamu yakin dengan keputusanmu? Devon akan membayarmu berapa saja. pikirkan lagi, dan sebut nominalnya.”“Saya nggak mau!” akhirnya Sarah berseru keras. “Biarkan saya
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status