หน้าหลัก / Urban / Putra Sang Presdir / Apa Bibi Tidur Sendirian?

แชร์

Apa Bibi Tidur Sendirian?

ผู้เขียน: Azitung
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2022-10-20 10:29:21

Bab 6

Apa Bibi Tidur Sendirian?

Makanan yang dibawa oleh Lerina telah habis tertuang, kemudian dia pergi kesudut tempat itu. Di situ ada kran kecil tempat untuk mencuci tangan juga mengisi wadah tampat air minum kucing. Lerina mengajak Sean untuk mencuci tangannya, setelah itu dia mengisi wadah tempat minum para kucing asuhannya itu.

Bermula saat dia menyeberang jalan dan ada seekor kucing yang tertabrak. Sejak saat itulah dia ingin menyediakan tempat tinggal untuk kucing yang tidak memiliki tuan. Dia masih kuliah waktu itu, Lerina menyisihkan sedikit demi sedikit uangnya lalu menyewa lapangan futsal yang sudah tidak digunakan lagi.

Dia menaruh kucingnya di situ, saat itu jumlahnya hanya lima ekor, kemudian seiring berjalannya waktu kucing itu bertambah, ada yang melahirkan dan banyak yang di antar oleh orang lain hingga kini kucing itu berjumlah kurang lebih seratus ekor.

Lerina senang melakukannya, melihat kucing itu tumbuh sehat, dan teratur dia bahagia. Ada kepuasan di dirinya dapat merawat mereka.

Pintu telah terkunci. Lerina mengambil paperbag tempat sayurannya tadi. Sean belum beranjak, dia setia di dekat Lerina.

"Sudah hampir gelap, Bibi pulang dulu ya!" ucap Lerina. Mereka berjalan menuju mobil Han Zoku. Pria itu tengah bersandar di badan mobil dan menatap keduanya.

"Bibi, apa aku boleh datang kesini lagi?" Dia menggenggam jari Lerina. Wajahnya mendongak keatas menatap wajah Lerina dengan tatapan penuh harap.

Lerina suka melihat kejernihan mata itu, mata bulat dengan bulu mata lentik juga pipi yang empuk seperti bak pau. Dia memang sangat mirip dengan Han. Mungkin Sean adalah versi kecil Han Zoku.

Lerina ragu menjawab, bukannya dia tidak mau, tapi rasanya Sean terlalu bagus untuk berada di antara kucingnya terlebih tempatnya yang seadanya.

Wajah itu berubah karena tidak ada jawaban dari Lerina. Han melihat itu, dia tahu putranya itu akan sedih bila ditolak.

"Tentu saja boleh, Sean bebas mengunjungi kucing-kucing itu kapanpun! Benar begitu bukan?" Han menatap Lerina menganggukkan sedikit kepalanya agar wanita itu meng-iyakan permintaan Sean.

"I-iya benar, tentu saja, Sean boleh ke sini lain kali," jawab Lerina lalu tersenyum meski kikuk.

Dia sebenarnya tidak nyaman dengan situasi ini. Ada perasaan canggung menyelimutinya. Rasanya sangat kontras, dia yang hanya orang biasa sedangkan Tuannya ini nyaris sempurna.

Sean tersenyum senang. "Baiklah, kerena Bibi mengizinkanku kesini, maka aku akan mengantar Bibi pulang!" Sean berkata senang sekali.

Lerina jadi serba salah. "Mmmm, tidak usah Tuan muda, rumah bibi sudah dekat dari sini. Bibi bisa berjalan kaki," tolak Lerina halus.

Sean tidak kehabisan akal. "Baiklah, aku ikut dengan Bibi berjalan kaki."

Lerina rasanya ingin tertawa, namun juga merasa tidak enak. Kenapa anak bosnya ini ingin ikut berjalan kaki dengannya?

"Bolehkan Bibi!" Matanya penuh pengharapan lagi.

Lerina tidak tahu harus menjawab apa. Apartemennya hanya berjarak tiga ratus meter lagi, tentu sangat tidak pantas seorang anak Ceo berjalan bersamanya di hari yang sudah mulai gelap ini.

Lerina menatap Han Zoku. Dia ingin bertanya, namun tidak ada keberanian. Han juga menatapnya.

"Jinli, Kau bisa mengikuti kami dari belakang!" Han Zoku menerintahkan supirnya. Lerina paham, itu artinya Han Zoku juga akan ikut berjalan kaki dengannya.

Tidak ada pilihan untuk menolak, akhirnya Larina pun mengangguk setuju.

"Sebelum terlalu malam, mari kita berangkat!" Han Zoku mengagetkan Lerina yang masih sibuk dengan pikirannya.

"I-iya, ayo!"

Sean tidak melepas tautan jemari Lerina, dia sangat senang dengan situasi ini. Sesekali ia melompat riang, mereka tertawa. Di belakang mereka Han Zoku diam-diam tersenyum menyaksikan itu.

Dia memperhatikan Lerina. Gadis ini cantik dan penyayang. Tidak pernah ada yang cocok dengan putranya selama ini, tapi bersama Lerina Sean merasa bahagia.

Tidak terasa mereka telah tiba di bangunan tinggi bertingkat lima. Hunian sederhana bagi masyarakat kelas menengah kebawah.

Lerina membeli apartemennya disini, tepat di lantai tiga bangunan ini. Lerina berbalik dan mensejajarkan tubuhnya dengan Sean.

"Tuan muda, terima kasih sudah mengantar bibi pulang! Sampai jumpa lain kali!" Lerina mengucapkan terimakasih dan selamat jumpa.

"Bibi, apa kami tidak di izinkan masuk?"

Astaga! Kelas atas seperti mereka, Lerina tidak percaya diri. Rumahnya terlalu sempit dan tidak pantas untuk mereka.

"Bibi! Daddy belum minum tehnya hari ini," ucap Sean.

Han terkejut mendengarnya. Apa-apaan anaknya ini? Tapi dia tidak menegur, dia membiarkan putranya itu melakukan apapun.

"B-baiklah," ucap Lerina tersenyum sedikit memaksa. Dia memimpin jalan. "Liftnya sedang bermasalah, tidak apa kan kalau naik tangga?" Lerina merasa sungkan.

"Tidak apa-apa Bibi. Naik tangga juga membuat kaki kita sehatkan?" Sean si anak pintar ini selalu punya jawaban.

Mereka pun menaiki anak tangga. Sean begitu bersemangat. Lerina selalu memegang tangannya.

Lerina segera membuka pintu dan mempersilahkan mereka masuk. "Silahkan masuk, Tuan! Maaf ini mungkin terlalu sederhana!" Lerina masih merasa tidak enak.

Han dan Sean pun melangkah masuk. Lerina segera ke dapur untuk membuat teh. Han menatap sekeliling. Apartemen ini memang kecil, namun sangat rapi. Ruang tamunya juga kecil, tapi Lerina menatanya dengan sangat baik.

"Silahkan diminum!" Lerina datang dengan membawa dua cangkir teh, juga biskuit yang dibelinya tadi.

"Apa Bibi tidur sendirian?"

"Iya!"

"Bibi tidak takut?"

Hahaha! "Tidak, Bibi sudah terbiasa sendirian," jawab Lerina, merasa lucu dengan pertanyaan anak lima tahun itu.

Sean mendengkus kesal. Ekspresinya itu membuat Lerina mengernyit pun dengan Han, kenapa putranya tampak kecewa. Apa ada yang salah dengan jawabannya?

"Hei, kenapa, Son?" Han akhirnya bertanya.

"Daddy, aku berharap Bibi Lerina ketakutan tidur sendirian, supaya aku bisa menemaninya di sini."

Mata Lerina membola. Anak kecil ini sungguh-sungguh ingin menjaganya, namun sedetik kemudian dia tertawa.

Han pun tidak menyangka dengan jawaban putranya. Dia melihat putranya itu begitu tertarik dengan sekretarisnya itu. Hal yang jarang pun terjadi bibirnya melengkung membentuk sebuah senyuman.

Lerina menatapnya, dan terpaku melihat senyum itu, namun sesaat dia tersadar dan menundukkan wajahnya ke bawah. Tidak pantas ia memperlihatkan kekagumannya pada pemilik perusahaan tempatnya bekerja.

อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป
ความคิดเห็น (5)
goodnovel comment avatar
Simah Sitepu
tidak sabar menunggu Shelena jadi gembel yg merebut bukan miliknya,anak yatim piatu dibuang,ada tabur tueinya.
goodnovel comment avatar
Raudah May Putri
cerita ny seru tp syg harus beli koin lagi
goodnovel comment avatar
Ibrahim Din
sayang semua
ดูความคิดเห็นทั้งหมด

บทล่าสุด

  • Putra Sang Presdir   Ending

    Ending Malam itu Lucia tertidur di sofa sedangkan Sean masih terjaga di dekat box kedua bayinya. Sean menoleh pada istrinya yang tampak kedinginan, ia pun berdiri dan menutupkan jasnya di tubuh Lucia.Malam itu Sean tidak tidur, ia fokus menjaga keduanya, mengabaikan rasa lelah yang mendera tubuhnya juga membiarkan Lucia terlelap, karena besok Sean harus ke perusahaan. Setidaknya istrinya istirahat dengan cukup. "Selamat pagi Tuan!" Seorang suster datang memeriksa keadaan si kembar."Pagi!" balas Sean.Suster tersebut menyentuh kulit Vin dan Van, "Sudah tidak demam, sebentar lagi dokter akan datang memeriksa." Suster tersebut keluar lagi.Sean melihat istrinya yang masih tertidur, dia melihat jam yang sudah menunjuk pukul tujuh. Sean akan tinggal sampai Lucia bangun, setidaknya di rapat kemarin dia sudah memperingatkan para staff untuk melapor padanya atas kebijakan Rain yang mungkin akan berpotensi merugikan perusahaan.Sean menunggu hingga satu jam kemudian Lucia bangun. Se

  • Putra Sang Presdir   Vin Dan Van Demam

    Vin Dan Van Demam Bibir Rain menyeringai saat menuruni anak tangga, ia sempat mendengar pembicaraan Sean dan Lucia. Entah apa maksudnya, keributan pasangan suami istri itu seolah menjadi hiburan baginya. Ke esokan paginya, Lucia masih mendiamkan Sean, ia hanya fokus kepada bayi kembarnya. Sean memaklumi hal itu, dia yang salah karena belakangan ini sering pulang terlambat. Wajar saja Lucia pasti lelah menjaga dua bayinya meski Vin dan Van bukan termasuk bayi yang rewel. Sean tetap membantu Lucia mengurus Vin dan Van sebelum berangkat ke perusahaan . Dia sengaja datang sedikit siang hari ini. "Aku pergi!" pamitnya pada Lucia yang hanya di balas dengan deheman, "aku janji akan pulang lebih awal," katanya seraya tersenyum, namun lagi-lagi Lucia hanya diam. Sean melangkah meninggalkan kamar dan ketiga makhluk pengisi hatinya. Di perusahaan baru saja di adakan rapat yang di pimpin oleh Rain. Padahal rapat itu di rencanakan oleh Sean kemarin, namun Rain mengganti jadwalnya atas

  • Putra Sang Presdir   Ada Apa Dengan Rain?

    Ada Apa Dengan Rain? "Sana, pergi dari sini! Dasar mesum!" Alyona mengusir Dario yang sudah lancang memeluknya tadi."Nona, aku bisa jelaskan," kata Dario seraya mundur kebelakang, karena Alyona mengusirnya dengan sapu, "Aku sempat mengira anda laki-laki," ucap Dario mengklarifikasi."Alyona, tidak perlu pakai sapu, dia pasti pergi," kata Rivera pada putrinya. Alyona sangat kasar terhadap orang yang ia benci."Mom, pria mesum seperti ini memang pantas di kasari." Gadis itu tidak paduli, ia terus mengacungkan sapu ke arah Dario yang sudah keluar dari pintu utama. Dia sudah seperti tersangka."Sana, tidak ada yang sudi mempekerjakan orang mesum sepertimu!" ucap Alyona seraya memelototi Dario. Dia masih berpikir kalau pria yang berasal dari Milan Itu adalah pekerja di rumah kakek besar. "Siapa yang mesum?" Sean yang baru saja turun sempat mendengar ucapan adik sepupunya itu. Ia mengeryitkan dahi saat melihat Alyona menghardik temannya dengan gagang sapu. "Kakak, kebetulan sekal

  • Putra Sang Presdir   Sudah Pelayan Mesum Lagi

    Sudah Pelayan Mesum Lagi Berita duka baru saja datang dari Dellwood. Kakek Zoku dinyatakan meninggal dunia pagi ini. Pria yang paling banyak berjasa untuk keluarga mereka yang selalu memastikan keluarganya hidup dengan baik dan layak.Masing-masing keluarga sudah di hubungi oleh Ben sang asisten. Termasuk Han yang masih ada di Kota Milan. Kesedihan merayapi hati setiap jiwa yang terikat dengannya. Mendengar hal itu, Sean langsung mendatangi dokter untuk menanyakan perihal putranya yang akan melakukan perjalanan udara.Pesawat pribadi menjadi pilihan mereka, sore nanti mereka akan terbang dari Milan menuju Minnesota, di lanjut dengan perjalanan darat kurang lebih dua jam lagi.Keluarga Zoku di liputi duka mendalam akibat kepergian sesepuh mereka, Zoku.Banyak para pelayat yang datang, terutama dikalangan pengusaha bahkan ada yang dari luar negeri.Mereka bergantian memberikan salam penghormatan, mencium untuk yang terakhir kalinya. Sampai saatnya Kakek Zoku di antar ke per

  • Putra Sang Presdir   Nasib Pernikahan Luisa

    Nasib Pernikahan Luisa Ludwig di vonis penjara selama dua puluh tahun atas percobaan pembunuhan juga kasus penculikan Lucia dulu.Dia memohon untuk di ampuni dan di keluarkan dari dalam penjara."Valdez, aku mohon keluarkan aku dari sini!" pintanya saat sidang kasusnya baru saja selesai.Valdez hari itu hadir bersama pengacaranya. "Kau tidak malu memintaku untuk mengeluarkanmu, ingat kesalahanmu Lud, hampir dua puluh tahun Kau pisahkan aku dari putriku. Sedangkan aku memperlakukanmu layaknya keluarga, di mana hati nuranimu?" Masih ada emosi di hati Valdez terhadap orang yang pernah sangat dipercayainya itu.Kini dengan mudahnya Ludwig meminta untuk di keluarkan dari penjara. "Val, aku punya alasan untuk itu," sela Ludwig seraya memikirkan alaaannya. "Karena Kau mencintai istriku sampai saat ini bukan?" potong Valdez hingga membuat Ludwig membulatkan matanya.Dia terhenyak mendengar jawaban Valdez, jadi dia tahu tentang perasaannya, "Kau salah, Val," sangkalnya, "It-itu tid

  • Putra Sang Presdir   Luisa Lari!

    Luisa Lari! Balon-balon yang di dominasi warna biru tampak menempel di beberapa tempat, termasuk tangga hingga ke ujung, juga di dekat sofa dan di beberapa dinding, di tambah sedikit bunga hingga menambah keindahan ruangan tersebut. Di tengah ruangan itu terdapat karpet yang terhubung ke ayunan si kembar, juga beberapa foto mungil mereka tak lupa di tempelkan di sisi ayunan.Lucia akan di sulap secantik mungkin. Sebagai orang yang sangat berpengalaman, Luisa yang akan mendandani kembarannya itu agar terlihat semakin cantik saat menyambut dua keponakannya.Meski masih ada rasa canggung, keduanya tampak cocok. Mereka berdua sama-sama memiliki hati yang baik. Meski hidup bergelimang harta tak membuat Luisa sombong. Ia bahkan berencana membagi warisannya untuk Lucia nantinya."Lucia, aku tidak bisa mengungkapkan rasa bahagia ini karena menemukanmu," kata Luisa setelah selesai merias wajah kembarannya tersebut.Lucia mengulas senyum menanggapinya. "Maaf untuk hidupmu selama

บทอื่นๆ
สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status