Bab 7
Suruh Bibi Lerina MenemanikuLerina kini bisa bernapas lega setelah kepergian Tuan muda dan bosnya itu. Meski sedikit memaksa akhirnya bocah itu mau juga di ajak pulang, itupun dengan syarat dia harus ikut ke kantor besok.Han tidak punya pilihan lain dan terpaksa menyetujuinya.Lerina memasak mie instan untuk santap malamnya. Dia sudah sangat lapar tadi, namun menahan sampai ayah dan anak itu pulang. Sedang untuk memasak, butuh waktu yang lama dan perutnya sudah minta di isi.Lerina sudah menyelesaikan pekerjaan malamnya, dia akan beranjak tidur. Dia memang selalu mengatur waktunya sedemikian rupa agar bangun pagi tubuhnya selalu fit untuk beraktivitas.Di luar gedung apartemen, dua orang sedang menatap pada jendela yang menyala, dialah Selena Smith dan sahabatnya Marsya. Mereka berada di dalam mobil.Dia mencari informasi tentang Lerina, sepupu yang paling ia benci itu. Selena hanya tidak menyangka, wanita itu bisa menjadi sekretaris di Zoku Holding. Ternyata mereka melewatkan enam tahun ini tanpa tahu keadaan Lerina.Mereka berpikir dia tidak akan bisa bertahan hidup tanpa uang, tempat tinggal dan keluarga, namun ternyata pertemuan kemarin cukup menjelaskan kalau hidup Lerina baik-baik saja.Tidak hanya itu. Selena juga dapat informasi kalau Lerina memiliki apartemen yang di huninya sekarang, meskipun bukan apartemen mewah, tapi harganya juga tidak murah untuk gadis melarat seperti Lerina. Di tambah lagi ternyata Lerina adalah lulusan dari kampus terbaik di kota ini.Selena tidak percaya ini, dia tidak bisa menerimanya. Dia benci kalau gadis itu hidup lebih baik. Dia tidak akan senang kalau Lerina hidup bahagia."Mungkin saja dia menjual dirinya selama ini!" Marsya yang berada di samping Selena berucap."Kau benar, Marsya. Ini sangat mustahil memang. Heh, kenapa aku tidak berpikir kesitu. Dasar wanita murahan!" Selena menerawang. Bisa jadi apa yang dikatakan Marsya adalah benar. Memangnya dari mana lagi Lerina punya uang. Dia bekerja enam tahun ini pun belum bisa menabung untuk beli apartemen dan kuliah.Sudah di pastikan bahwa Lerina menjual dirinya untuk semua itu."Selanjutnya apa yang ingin kau lakukan Selena?" Marsya ingin tahu rencana sahabatnya ini."Menyakitinya, apa lagi?" Selena menggedikkan bahunya."Kau memang gila Selena!" umpat Marsya .Hahaha! "Aku memang gila kalau dia baik-baik saja, Marsya!". Mereka berdua pun tertawa.Mereka pun pergi meninggalkan tempat itu. Selena akan mengadukan hal ini pada ayahnya. Menurutnya Lerina tidak pantas hidup baik seperti sekarang ini.Lerina belum bisa terpejam, dia masih teringat selalu tentang Sean. Kemudian dia menangis. Lerina membayangkan seandainya putranya sedang bersamanya sudah pastilah se usia Sean sekarang.Lerina tiba-tiba merindukan sosok yang belum pernah di lihatnya itu, yang pernah menghuni rahimnya selama sembilan bulan lebih. Lerina beranjak, dia membuka laci di dalam lemari dia menyimpan sesuatu di situ. Dia kembali duduk dan memandangi foto usg putranya yang di curinya diam-diam waktu itu, hingga Lerina terlelap sambil memeluk foto usg itu.Pagi harinya seperti biasa, Lerina berangkat menggunakan angkutan umum. Demi menghemat pengeluaran, kalau pulang kerja terpaksa harus naik taksi karena angkutan hanya sampai siang saja.Baru sampai di lobi sebuah teriakan memanggil namanya terdengar jelas. Lerina tentu tahu siapa pemilik suara itu."Bibi, tunggu aku!" teriak bibir mungil itu, siapa lagi kalau bukan Tuan muda Zoku yang imut dan menggemaskan. Dia sedang berlari ke arah Lerina.Lerina yang sudah membalik tubuhnya untuk melihat Sean pun tidak tahan melihat itu, rasanya dia ingin mencium bibir merah milik Sean.Sean meraih tangannya, lalu mereka melangkah masuk bersama. Sean meninggalkan Daddynya di belakang.Sean tidak beranjak dari tempat Lerina, meskipun daddy dan Kakek Peng sudah masuk keruangannya."Paman sudah mendapatkannya?" Han Zoku memerintahkan Peng untuk mengetahui latar belakang Lerina.Dia harus tahu bukan, mengingat putranya sangat nyaman dengan wanita itu. Dia harus waspada.Paman Peng mengeluarkan sesuatu dari dalam saku jasnya, dia kemudian meletakkannya di meja.Han Zoku mengambil kertas itu lalu membacanya. Dia menegakkan tubuhnya setelah membaca bagian atas isi kertas itu."Dia putri dari Peter Smith?" Keningnya mengernyit. Kalau Lerina putri pengusaha, lalu untuk apa dia bekerja di perusahaannya?"Yah, dia putri tunggal pasangan Peter dan Rose. Lima belas tahun yang lalu, meninggal karena kecelakaan mobil." Paman Peng memberi penjelasan."Bukannya perusahaan Smith masih berjalan dan ..." Han ingat, tentang kerja sama dengan perusahaan itu."Robin Smith mengambil alih perusahaan itu, sebagai wali dari Nona Lerina, namun sesuatu terjadi, ketika Nona Lerina baru menyelesaikan sekolahnya, Robin Smith mengusirnya, mereka mengambil alih semua harta kekayaan Peter Smith yang seharusnya menjadi milik Nona Lerina.""Sangat menarik!" Han menarik sudut bibirnya. Peng tahu pasti presdirnya ini memiliki rencana."Aku pikir, itu bukan ranah kita, Han. Nona Lerina saja tidak pernah mengungkit hal itu. Dia hidup dengan baik selama enam tahun dan menyelesaikan kuliahnya, meskipun sempat tertunda satu tahun." Peng tidak ingin Han melakukan sesuatu.Kemudian Han berpikir. Benar kata Paman Peng, namun dia terus kepikiran dengan Lerina."Paman Peng, panggil Lerina ke sini!""Baik!"Lerina masuk bersama Sean di sampingnya. Dia mulai membuka tabletnya, tugas seperti biasa membacakan agenda sang presdir hari ini."Pukul sepuluh akan ada pihak Perusahaan Smith yang datang kesini, Tuan. Selebihnya kosong." Lerina membungkuk sedikit. Dia kemudian undur diri.Sean tinggal di dalam bersama daddynya. Lerina jadi bisa mengerjakan tugasnya."Presdir, Robin Smith sudah tiba, mereka menunggu di ruang rapat!" Paman Peng baru saja menghubungi Han."Baiklah, tunggu lima menit!" Han mematikan sambungan telponnya."Sean, daddy akan ke bawah untuk menemui rekan, apa kau akan tinggal di sini?" Sean sedang bermain lego di sofa."Suruh Bibi Lerina menemaniku!" Dia menjawab, tanpa menoleh pada daddynya."Ok, daddy pergi sekarang!""Hmm!"Hanya deheman. Han mengangkat kedua bahunya. Sean memang mewarisi sifatnya, anak itu kadang terlalu cuek. Hanya dengan orang tertentu saja dia peduli.Lerina berdiri begitu Han mendekat padanya."Nona Smith, saya akan menemui perwakilan dari Perusahaan Smith!" Han memberitahu."Iya, Tuan! Apa saya harus ikut ke sana?" tanya Lerina sigap.Han menelisik wajahnya, tidak ada yang berbeda dari raut wajah itu ketika mendengar nama keluarga itu. Padahal ini adalah keluarga Smith. Han jadi penasaran."Tidak perlu, temani Sean di dalam!""Baik Tuan!" Lerina sedikit membungkuk.Han segera berlalu meninggalkan lantai atas gedung kantornya. Begitupun Lerina, dia lantas masuk menghampiri Tuan muda Zoku yang selalu mampu menghangatkan hatinya.Ending Malam itu Lucia tertidur di sofa sedangkan Sean masih terjaga di dekat box kedua bayinya. Sean menoleh pada istrinya yang tampak kedinginan, ia pun berdiri dan menutupkan jasnya di tubuh Lucia.Malam itu Sean tidak tidur, ia fokus menjaga keduanya, mengabaikan rasa lelah yang mendera tubuhnya juga membiarkan Lucia terlelap, karena besok Sean harus ke perusahaan. Setidaknya istrinya istirahat dengan cukup. "Selamat pagi Tuan!" Seorang suster datang memeriksa keadaan si kembar."Pagi!" balas Sean.Suster tersebut menyentuh kulit Vin dan Van, "Sudah tidak demam, sebentar lagi dokter akan datang memeriksa." Suster tersebut keluar lagi.Sean melihat istrinya yang masih tertidur, dia melihat jam yang sudah menunjuk pukul tujuh. Sean akan tinggal sampai Lucia bangun, setidaknya di rapat kemarin dia sudah memperingatkan para staff untuk melapor padanya atas kebijakan Rain yang mungkin akan berpotensi merugikan perusahaan.Sean menunggu hingga satu jam kemudian Lucia bangun. Se
Vin Dan Van Demam Bibir Rain menyeringai saat menuruni anak tangga, ia sempat mendengar pembicaraan Sean dan Lucia. Entah apa maksudnya, keributan pasangan suami istri itu seolah menjadi hiburan baginya. Ke esokan paginya, Lucia masih mendiamkan Sean, ia hanya fokus kepada bayi kembarnya. Sean memaklumi hal itu, dia yang salah karena belakangan ini sering pulang terlambat. Wajar saja Lucia pasti lelah menjaga dua bayinya meski Vin dan Van bukan termasuk bayi yang rewel. Sean tetap membantu Lucia mengurus Vin dan Van sebelum berangkat ke perusahaan . Dia sengaja datang sedikit siang hari ini. "Aku pergi!" pamitnya pada Lucia yang hanya di balas dengan deheman, "aku janji akan pulang lebih awal," katanya seraya tersenyum, namun lagi-lagi Lucia hanya diam. Sean melangkah meninggalkan kamar dan ketiga makhluk pengisi hatinya. Di perusahaan baru saja di adakan rapat yang di pimpin oleh Rain. Padahal rapat itu di rencanakan oleh Sean kemarin, namun Rain mengganti jadwalnya atas
Ada Apa Dengan Rain? "Sana, pergi dari sini! Dasar mesum!" Alyona mengusir Dario yang sudah lancang memeluknya tadi."Nona, aku bisa jelaskan," kata Dario seraya mundur kebelakang, karena Alyona mengusirnya dengan sapu, "Aku sempat mengira anda laki-laki," ucap Dario mengklarifikasi."Alyona, tidak perlu pakai sapu, dia pasti pergi," kata Rivera pada putrinya. Alyona sangat kasar terhadap orang yang ia benci."Mom, pria mesum seperti ini memang pantas di kasari." Gadis itu tidak paduli, ia terus mengacungkan sapu ke arah Dario yang sudah keluar dari pintu utama. Dia sudah seperti tersangka."Sana, tidak ada yang sudi mempekerjakan orang mesum sepertimu!" ucap Alyona seraya memelototi Dario. Dia masih berpikir kalau pria yang berasal dari Milan Itu adalah pekerja di rumah kakek besar. "Siapa yang mesum?" Sean yang baru saja turun sempat mendengar ucapan adik sepupunya itu. Ia mengeryitkan dahi saat melihat Alyona menghardik temannya dengan gagang sapu. "Kakak, kebetulan sekal
Sudah Pelayan Mesum Lagi Berita duka baru saja datang dari Dellwood. Kakek Zoku dinyatakan meninggal dunia pagi ini. Pria yang paling banyak berjasa untuk keluarga mereka yang selalu memastikan keluarganya hidup dengan baik dan layak.Masing-masing keluarga sudah di hubungi oleh Ben sang asisten. Termasuk Han yang masih ada di Kota Milan. Kesedihan merayapi hati setiap jiwa yang terikat dengannya. Mendengar hal itu, Sean langsung mendatangi dokter untuk menanyakan perihal putranya yang akan melakukan perjalanan udara.Pesawat pribadi menjadi pilihan mereka, sore nanti mereka akan terbang dari Milan menuju Minnesota, di lanjut dengan perjalanan darat kurang lebih dua jam lagi.Keluarga Zoku di liputi duka mendalam akibat kepergian sesepuh mereka, Zoku.Banyak para pelayat yang datang, terutama dikalangan pengusaha bahkan ada yang dari luar negeri.Mereka bergantian memberikan salam penghormatan, mencium untuk yang terakhir kalinya. Sampai saatnya Kakek Zoku di antar ke per
Nasib Pernikahan Luisa Ludwig di vonis penjara selama dua puluh tahun atas percobaan pembunuhan juga kasus penculikan Lucia dulu.Dia memohon untuk di ampuni dan di keluarkan dari dalam penjara."Valdez, aku mohon keluarkan aku dari sini!" pintanya saat sidang kasusnya baru saja selesai.Valdez hari itu hadir bersama pengacaranya. "Kau tidak malu memintaku untuk mengeluarkanmu, ingat kesalahanmu Lud, hampir dua puluh tahun Kau pisahkan aku dari putriku. Sedangkan aku memperlakukanmu layaknya keluarga, di mana hati nuranimu?" Masih ada emosi di hati Valdez terhadap orang yang pernah sangat dipercayainya itu.Kini dengan mudahnya Ludwig meminta untuk di keluarkan dari penjara. "Val, aku punya alasan untuk itu," sela Ludwig seraya memikirkan alaaannya. "Karena Kau mencintai istriku sampai saat ini bukan?" potong Valdez hingga membuat Ludwig membulatkan matanya.Dia terhenyak mendengar jawaban Valdez, jadi dia tahu tentang perasaannya, "Kau salah, Val," sangkalnya, "It-itu tid
Luisa Lari! Balon-balon yang di dominasi warna biru tampak menempel di beberapa tempat, termasuk tangga hingga ke ujung, juga di dekat sofa dan di beberapa dinding, di tambah sedikit bunga hingga menambah keindahan ruangan tersebut. Di tengah ruangan itu terdapat karpet yang terhubung ke ayunan si kembar, juga beberapa foto mungil mereka tak lupa di tempelkan di sisi ayunan.Lucia akan di sulap secantik mungkin. Sebagai orang yang sangat berpengalaman, Luisa yang akan mendandani kembarannya itu agar terlihat semakin cantik saat menyambut dua keponakannya.Meski masih ada rasa canggung, keduanya tampak cocok. Mereka berdua sama-sama memiliki hati yang baik. Meski hidup bergelimang harta tak membuat Luisa sombong. Ia bahkan berencana membagi warisannya untuk Lucia nantinya."Lucia, aku tidak bisa mengungkapkan rasa bahagia ini karena menemukanmu," kata Luisa setelah selesai merias wajah kembarannya tersebut.Lucia mengulas senyum menanggapinya. "Maaf untuk hidupmu selama