Share

Putri Kaca Keluarga Myosotis
Putri Kaca Keluarga Myosotis
Penulis: Dena99

Ketika Aku Membuka Mata 1

Kematian tidak akan terasa menakutkan ketika keputusan berada di depanmu.

****

Itu gelap. Hal pertama yang wanita itu lihat ketika dia membuka mata adalah kegelapan. Dia menoleh ke kiri dan kanan. Ada tirai yang menghalangi masuknya cahaya. Wanita itu bertanya-tanya dimana dirinya sekarang.

'Aku rasa aku belum mati.'

Pada saat itu, tirai yang mengelilinginya terbuka. Seorang pria asing dengan mata biru langit melihat terkejut ke arahnya. Mata berbentuk kucing yang memiliki warna biru langit itu terlihat sedikit berkabut. Ada lingkaran hitam dibawah matanya. Pria asing itu membuka dan menutup mulutnya berkali-kali seakan ingin berbicara banyak hal namun, yang bisa dia katakan hanya sebuah kalimat singkat yang membuat wanita itu dilanda kebingungan.

 "Tunggu sebentar."

'Tunggu? Apa yang harus aku tunggu?''

Itu serak, suara pria asing bermata biru langit itu terdengar serak. Wanita itu tidak tahu siapa pria asing itu dan mengapa dia memintanya untuk menunggu. Dia ingin bertanya tetapi suaranya tidak keluar. Bukan hanya suara tubuhnya juga tidak bisa digerakan.

Setelah mengatakan hal yang membingungkan pria asing itu pergi dengan terburu-buru. Begitu pria asing itu berbalik barulah dia sadar bahwa selain mata biru langit, pria asing itu juga memiliki rambut sebiru langit.

Tirai yang menutupi tempat tidur dibiarkan terbuka. Wanita itu melihat sekeliling dengan perasaan aneh. Pria asing yang belum pernah dia lihat dan kamar tidur mewah yang ditempati.

'Apa yang terjadi?'

Dia bingung. Wanita berambut perak itu ingat benar bahwa dia telah meminum racun untuk membunuh dirinya sendiri.

'Apa aku gagal?'

Wanita itu bisa menerima fakta bahwa dia telah gagal untuk yang kesekian kalinya, dia menerima bahwa mungkin saja tubuhnya menerima efek yang berat dari racun itu. Namun, tidak untuk berada di tempat asing dengan orang asing. Jika dia gagal dia bisa mencoba kembali, jika dia kesakitan maka rasa sakit itu akan hilang. Itu tidak masalah selama dia masih hidup. Dia bisa melakukannya lagi selama dia hidup dan berada di tempat yang dia kenal. Semua bahan, alat, buku, dan penelitiannya ada di laboratorium bawah tanah di rumahnya. Dia bisa melakukannya lagi jika semuanya ada ditempatnya. Tetapi, jika dia berada di tempat asing dengan orang asing apa yang harus dia lakukan. Apakah dia harus memulai lagi dari awal? Apa yang harus dia lakukan sekarang?

'Ah, sialan kapan aku bisa mati!'

Wanita itu berteriak secara internal.

Matanya secara tidak sengaja melihat ke arah cermin di samping ranjang. Pupil matanya gemetar. Yang dia lihat di cermin itu adalah seorang wanita berambut perak, berkulit putih pucat dan memiliki mata merah, yang menatap bingung kerahnya.

'Apa? Itu aku?'

Clek

Drap Drap Drap

Suara pintu terbuka dan langkah kaki yang mendekat membuat wanita itu waspada.

Dia melirik ke arah tiga orang yang datang.

Ada pria bermata biru langit yang tadi dia lihat, seorang pria berambut perak dengan mata biru laut di sampingnya dan satu orang berambut pirang di belakang kedua orang itu.

'Apa itu?'

Wanita itu berkedip beberapa kali. Dia melihat ke arah pria berambut pirang dengan tatapan bingung. Meskipun pria berambut pirang itu berada di belakang, dia cukup tinggi sehingga wanita itu masih bisa melihat rambut pirang dan telinga milik pria itu.

Telinganya panjang, lebar dan runcing pada ujungnya. Itu seperti telinga elf.

'Tenang, aku harus tenang.'

Dia tidak tahu siapa mereka, dimana dia berada atau apa yang telah terjadi. Tetapi itu bukan pertama kalinya dia berada di posisi seperti itu. Hal pertama yang harus dia lakukan dalam situasi seperti ini adalah menenangkan dirinya lebih dulu.. Dia tidak boleh panik. Dia harus tenang. Jika tidak, dia mungkin akan melakukan kesalahan yang membuat dirinya menderita.

"Periksa dia."

Pria berambut biru laut memberi perintah kepada pria berambut pirang panjang. Pria pirang itu mengangguk tanpa ekspresi. Dia melangkah maju.

"Permisi sebentar."

Pria berambut pirang itu mendekat. Dia tampan, tinggi dan berkulit putih. Pria berambut pirang panjang itu memeriksa denyut nadinya. Begitu pria itu ada didekatnya wanita itu telah yakin pada satu hal.

'Pria ini seorang Elf.'

Elf, makhluk fantasi yang hanya muncul dalam cerita-cerita fantasi kini ada dihadapannya. Dia persis seperti elf yang sering dideskripsikan dalam cerita.

'Dia Light Elf.'

Light elf merupakan Ras Elf yang mendapatkan kekuatan dari cahaya, mereka memiliki fisik yang tinggi, berkulit putih, berambut pirang. Dan satu hal yang membuat wanita itu yakin bahwa elf tampan yang ada di depannya berasal tadi ras Light Elf adalah tanda setengah lingkaran berwarna kuning yang berada di punggung tangan kirinya.

Tanpa sadar dia memandangi Light Elf disampingnya tanpa berkedip. Hal itu membuat pria berambut biru langit memiliki ekspresi aneh di wajahnya. 

"Bagaimana dia?" 

Dia bertanya dengan dingin.

"Dia sudah lebih baik dari sebelumnya, tubuhnya mungkin masih sulit digerakkan. Dia juga tidak dapat berbicara. Namun, itu akan membaik seiring waktu."

Wanita berambut perak melirik pria berambut biru langit dengan perasaan aneh.

'Kenapa dia menatapku seperti itu?'

Mata kucing itu menatapnya dengan marah. Tatapan marah kepada seseorang yang telah mengganggunya ketika dia sedang bekerja.

"Kau bisa istirahat sekarang."

Pria berambut perak dengan mata biru laut mengangguk setuju dengan perkataan Light Elf.

"Kau juga sebaiknya istirahat, aku akan menjaganya."

Light Elf berkata pada pria berambut perak.

"Aku akan kembali setelah makan malam."

Pria berambut perak yang pertama menjawab. Light Elf mengangguk puas. Mata emasnya melihat kearah pria bermata biru langit yang seperti tidak setuju dengan ucapannya.

"Aku akan tetap disini."

Dia berjalan menuju sofa di depan tempat tidur. Light Elf yang mendengarnya cemberut namun tidak mengatakan apa-apa.

"Jika kau tidak mau aku buat pingsan sebaiknya kau berjalan sendiri ke kamarmu."

Suaranya tenang namun, tatapan tajam di mata biru laut itu tajam. Dia serius.

"Aku akan tidur disini."

Pria berambut biru lamgit menjawab dengan tenang. Tidak ada rasa takut atau ragu disuaranya. Dia duduk di sofa dengan tenang. Melihat hal itu pria berambut perang menjadi kesal. Dengan nada membentak dia berkata,"Kau mau mati."

"Tidak."

Kedua tangan pria perambut perak itu terkepal erat, tampaknya dia siap untuk memukul pria berambut biru.

"Kondisi nona Agnes sudah lebih baik dari sebelumnya. Jika kau tetap disini kau hanya akan mengganggu waktu istirahatnya."

Light Elf itu angkat bicara begitu merasakan udara yang semakin memanas diantara dua pria itu. Semua mata melihat kearah Agnes. Meskipun pria berambut biru berekspresi datar datar ada sorot mata sedih di matanya, itu juga berlaku untuk pria berambut perak.

'Mereka berdua sama saja.' Itulah yang dipikirkan oleh Light Elf begitu melihat wajah kedua orang itu. Dia menghela nafas dan mulai menjelaskan tentang kodisi tubuh wanita yang mereka panggil Agnes.

Sementara itu ditempat tidur. Seseorang sedang merasa terkejut.

'Agnes, Agnes Myosotis?'

"... Karena itu aku akan menjaganya bersama Kai. Jadi istirahatlah Aland." 

'Agens, Aland….'

Wanita itu melirik kearah Light Elf dengan perasaan tidak percaya.

'Orion?'

[Orion's Resurrection] novel fantasi yang terakhir wanita itu baca sebelum meminum racun untuk membunuh dirinya sendiri. Novel yang menceritakan tentang perjalanan tokoh utama, bernama Isaac. Dia adalah manusia yang tinggal di Hutan Kematian bersama dengan para Dark Elf yang dikenal sebagai ras yang memakai kekuatan kegelapan untuk bertahan hidup. Yang menjadi poin utama adalah kenyataan bahwa dia satu- satunya pewaris keluarga Euribia yang dikira telah mati oleh semua orang. Sebuah novel fantasi yang mengisahkan tentang kembalinya Isaac dan bangkitnya kekuatan baru di Kerajaan Asteracea. 

'Bagaimana aku bisa?'

Bagaimana bisa dia masuk kedalam novel?

'Terlebih lagi sebagai Agnes Myosotis.'

Agnes Myosotis yang dia tahu adalah seseorang yang mati di awal novel. Mengingat fakta itu membuatnya murung.

'Aku memang ingin mati, tetapi aku tidak ingin mati dengan rasa sakit.'

Di dalam novel diceritakan ada empat kekuatan yang menjadi pilar Kerajaan Asteracea. Keempatnya adalah keluarga Edelweis, Euribia, Clematis dan Myosotis. Mereka adalah keluarga yang ada dan bertugas untuk melindungi tanah Kerajaan Asteracea. Masing-masing dari keempat keluarga menguasai satu elemen alam. Para kepala keluarga biasanya disebut dengan Orion. Dan dua orang yang berada satu ruangan dengannya saat ini adalah calon Orion di masa depan. Sekarang dia terbangun didalam tubuh Agnes Myosotis yang dikenal sebagai putri kaca di Keluarga Myosotis. Lebih rinci lagi dia berada di tubuh tunangan dari Aland Clematis, teman tokoh utama dan merupakan penyebab kematian Agnes Myosotis.

'Tidak bisakah aku mati dengan damai.'

Wanita itu mulai menggerutu dalam hati.

Agnes Myosotis di dalam novel meninggal setelah berjuang melawan racun yang diberikan oleh Lily Clematis sepupu Aland. Dia mati dengan rasa sakit di musim dingin ketika dia berusia delapan belas tahun. Memikirkan hal itu saja telah membuat kepala Agnes dilanda rasa sakit. Kulit wajahnya yang putih pucat menjadi lebih pucat lagi.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status