Home / Romansa / Diam-diam Menikahi Bos Besar / Bab 1. Tawaran Menikah Dari Pria Asing

Share

Diam-diam Menikahi Bos Besar
Diam-diam Menikahi Bos Besar
Author: Any Anthika

Bab 1. Tawaran Menikah Dari Pria Asing

Author: Any Anthika
last update Last Updated: 2025-04-28 23:08:59

Emily melihat jam di ponselnya dengan gelisah. Ini sudah menunjukkan pukul 10 siang. Dan dia sudah berdiri di biro urusan sipil ini selama dua jam lebih untuk mendaftarkan pernikahannya. Tetapi Reza, pria yang sudah membuat janji dengannya belum juga datang.

Beberapa kali dia menghubungi Reza, namun panggilannya tidak diangkat dan justru sekarang… nomor Reza tidak aktif.

Apa dia berubah pikiran?

Saat memikirkan kemungkinan itu, Emily menjadi khawatir.

“Nona Emily, bagaimana?” Seorang pengurus Biro menghampirinya dan kembali bertanya padanya.

Emily menarik nafas berat, kemudian dia menjawab dengan suara pelan, “Calon suamiku belum datang juga.”

Pengurus Biro terlihat khawatir, “Ini sudah siang dan antrian sangat panjang Minggu ini. Nona Emily, kami punya pendapat.”

Pengurus Biro terlihat ragu-ragu untuk menyampaikan pendapatnya, “Jika Nona Emily tidak bisa mendaftarkan pernikahan hari ini, Nona Emily bisa mendaftar kembali Minggu depan. Bagaimana?”

Emily mengerutkan keningnya.

Minggu depan?

Mana bisa seperti itu? Dia harus menikah minggu ini juga. Bahkan hari ini adalah kesempatan terakhirnya.

Dia sudah berulang kali melakukan kencan buta hanya untuk mendapatkan calon suami. Reza adalah satu-satunya pria yang bersedia menikah dengannya. Dan hari ini mereka telah membuat janji bertemu di sini untuk mendaftarkan pernikahan.

Setelah berpikir sejenak, Emily berkata dengan ragu-ragu, “Aku akan menyusul calon suamiku. Tunggu sebentar, Pak.”

Pengurus Biro mengangguk dengan tidak berdaya. “Baiklah. Kami akan menunggu.” Pengurus Biro kemudian kembali ke tempatnya.

Emily mengatupkan bibirnya, dia kemudian berbalik. Tapi baru saja dia sampai dia luar,

dia melihat sosok Reza berjalan dari arah parkiran.

Senyum Emily langsung berkembang.

“Reza, akhirnya kamu datang.”

Reza berjalan selangkah demi selangkah. Tepat ketika dia sampai di depan Emily, dia menatap Emily dengan tatapan suram. Kemudian dia berkata dengan dingin, “Aku datang untuk membatalkan janji kita.”

Kedua mata bening Emily terbuka lebar. Dia terkejut.

“Apa maksudmu?”

“Aku tidak mau menikahi pelacur murahan sepertimu!” Reza berkata dengan agak keras.

Belum sempat Emily bertanya apa yang terjadi, Reza merogoh ponsel dari saku celananya dan menunjukkan sesuatu padanya.

“Kalau bukan karena seseorang telah mengirim foto-foto ini padaku, mungkin aku sudah tertipu oleh perempuan sialan seperti kamu!”

Wajah Emily seketika memucat. Bibirnya bergetar dan tubuhnya gemetaran.

Dari mana Reza mendapatkan semua foto-foto itu?

Emily menggigit bibirnya. Lalu dengan suara bergetar dia berkata, “Aku bisa menjelaskannya–”

“Tidak perlu!” Reza langsung memotong ucapannya.

“Aku tidak butuh penjelasan apapun darimu. Kamu hanya ingin menipuku, kan? Perempuan sialan! Mulai detik ini kita putus. Jangan menghubungiku lagi!”

Setelah mengatakan itu, Reza langsung memutar tubuhnya dan pergi dari sana.

Emily membeku. Pikirannya tiba-tiba kosong dan tubuhnya terasa lemas dan hampir roboh.

Bagaimana ini?

Jika dia tidak bisa menikah hari ini, maka ibunya akan marah besar padanya.

Dia benar-benar sudah tidak tahan lagi dan ingin semuanya segera berakhir. Satu-satunya jalan adalah dengan menikah.

Tapi… kenapa sangat sulit baginya untuk mendapatkan seorang suami?

Semua itu, karena foto tidak senonoh itu.

Siapa sebenarnya orang yang telah mengirim foto-foto itu kepada setiap pria yang berkencan buta dengannya?

Ketika dia sedang berada dalam kecemasan, tiba-tiba dia mendengar suara berat seseorang. “Halo Nona. Apa kamu mau menikah denganku?”

Emily terkejut dan langsung mengangkat wajahnya.

Dia melihat seorang pria bertubuh tinggi berdiri dihadapannya dan sedang menatapnya dengan serius.

Pria itu memakai kemeja polos lengan pendek dan celana jeans. Namun yang unik, Rambut pria itu berwarna Blonde dengan panjang melebihi bahu dan diikat sedikit kebelakang. Tampak seperti urakan tetapi rapi.

Sepatu yang dipakainya juga terlihat sederhana hingga pria itu memberi kesan pria biasa yang tanpa memiliki kelebihan apapun kecuali fitur wajahnya yang memang terlihat cukup tampan.

Emily tertegun beberapa detik, lalu dia bertanya dengan ragu,”Apa maksudmu?”

Pria itu terbatuk kecil, "Begini, aku tadi tidak sengaja mendengar pria itu berbicara denganmu. Dia membatalkan pernikahannya denganmu, kan?”

Wajah Emily memerah. Dia merasa sangat malu saat menyadari kalau pembicaraannya dengan Reza tadi didengar oleh pria ini.

“Aku…”

“Tidak perlu malu.” Pria itu memotong kata-kata Emily.

“Kebetulan aku datang kesini juga untuk membatalkan pernikahanku karena calon istriku tidak bisa datang. Sepertinya kita punya permasalahan yang sama. Bagaimana kalau, kita menikah saja?”

Emily mengernyitkan kedua alisnya dan kebingungan. Tapi belum sempat dia membuka mulut, pria itu kembali berkata, "Nona pasti sedang memerlukan pernikahan ini, kan? Aku juga sama. Bagaimana kalau kita bekerja sama. Kita akan mendapatkan keuntungan masing-masing."

Emily tercengang bukan main. "Bagaimana mungkin kamu tiba-tiba mengajakku menikah? Kita—"

"Belum saling kenal? Soal itu, kita bisa pikirkan nanti. Yang terpenting sekarang ini adalah kita bisa mendapatkan sertifikat pernikahan terlebih dulu. Kita bisa sama-sama mendapatkan keuntungan dari pernikahan ini."

Emily terdiam untuk beberapa detik. Saat dia ingin membuka mulutnya lagi, terdengar suara pria itu lagi.

"Jangan khawatir. Aku tidak akan menyusahkanmu dalam pernikahan kita nanti. Aku hanya perlu kamu tinggal bersamaku, itu saja sudah cukup."

Emily menunduk. Dia berpikir berulang kali.

Sudah beberapa kali dia gagal mendapatkan calon suami.

Padahal, hanya dengan menikah dia akan terlepas dari keluarga Juwanda dan ibunya akan menepati janji.

Tapi hari ini dia gagal lagi dan dia benar-benar sudah menyerah.

Lebih dari lima menit dia berpikir, kemudian dia mengangkat wajahnya untuk menatap pria yang masih menunggu jawabannya itu. Lalu dengan perlahan dia mengangguk.

"Baiklah, aku setuju."

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (3)
goodnovel comment avatar
zheshanrafa
Seru... Aku suka
goodnovel comment avatar
anitasaja0086
Bab awal menarik.
goodnovel comment avatar
rendrapersik
Bab awal sudah menarik sekali...
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Diam-diam Menikahi Bos Besar   Bab 141. Akhirnya Hamil

    Mendengar suster menyebut nama Felix dengan panggilan Presdir Lewis, para pengunjung yang tengah menunggu di ruang tunggu langsung menoleh penuh terkejut.“Hah?! Dia Presdir Lewis? Pengusaha terkenal itu?”Baru sekarang mereka menyadari bahwa pria yang sejak tadi duduk bersama mereka ternyata adalah tokoh ternama pemilik Lewis Group.“Ya ampun! Berita itu ternyata benar! Presdir Lewis benar-benar mencintai istrinya. Sampai-sampai rela ikut antre demi menemani istrinya ke dokter kandungan!”“Dokter kandungan? Jadi… maksudnya…”“Hah! Apa ini artinya?”“Nyonya Lewis mungkin sedang mengandung!”Ruangan itu pun menjadi ramai oleh bisik-bisik kagum dan kegembiraan yang tak tersembunyikan.Seorang pria yang sempat bercakap dengan Felix tampak ternganga. Ia sama sekali tak menyangka, pria ramah yang diajaknya berbicara tadi adalah Presdir Lewis."Kalau tahu dia Felix Lewis, pasti tadi aku sudah minta selfie. Siapa tahu anak dalam kandungan istriku ikut tertular suksesnya!"Sementara itu, Feli

  • Diam-diam Menikahi Bos Besar   Bab 140. Sudah telat datang bulan

    "Tuan Felix Lewis tidak bisa melanjutkan rapat hari ini. Rapat akan ditunda beberapa hari. Istri Tuan sedang sakit dan Tuan Felix harus menemani ke rumah sakit. Kami mohon pengertiannya, silakan keluar sekarang," kata Ken dengan suara tenang.Tamu-tamu tampak kecewa, namun mereka tidak ada yang berani protes. Bagaimanapun juga, ini adalah urusan keluarga Tuan Felix. Selama ini, Felix dikenal sebagai suami yang sangat peduli pada istrinya.Mereka tidak menyalahkan Felix bahkan memuji betapa setianya dia pada Emily. Di tengah rapat penting sekalipun, Felix rela membatalkannya hanya untuk mengantar istrinya yang sakit.Ken yang melihat situasi itu langsung bergerak menuju ruang kerja Tuan Felix. Di sana, dia melihat Felix yang sedang memangku kepala Emily. Wajah Emily tampak pucat, matanya setengah terpejam sambil memijat pelipisnya."Ayo Tuan, kita berangkat sekarang," kata Ken, cepat dan cekatan."Baik." Felix menatap Emily, ingin menggendongnya, tapi Emily menahan."Aku masih bisa ber

  • Diam-diam Menikahi Bos Besar   Bab 139. Muntah

    Felix menghela napas panjang."Astaga... Kakek benar-benar serius ingin punya cicit rupanya," batinnya geli namun juga terharu.Ia tahu, semua ini dilakukan karena sang kakek sangat peduli dengan rumah tangganya—dan tentu saja, sangat menyayangi Emily.Felix membawa kotak itu ke dapur dan menemui Bibi Sun."Bibi, ini katanya Kakek. Dia bilang Bibi tahu apa ini dan harus apa."Bibi Sun hanya mengangguk tenang."Tuan Tua sudah mengabari saya tadi pagi. Saya akan siapkan ramuan ini malam ini juga."Felix tak banyak komentar dan segera naik ke kamar.---Saat malam tiba, Felix menuntun Emily ke ruang makan.Ia menarikkan kursi untuknya, kemudian mereka duduk menikmati makan malam bersama seperti biasa.Selesai makan, Bibi Sun datang dan meletakkan dua mangkuk yang masih mengepul hangat.Emily menatap mangkuknya heran. "Felix, ini apa?""Ramuan dari Kakek. Katanya ini bagus untuk kita."Emily mengangkat alis. "Ramuan bergizi?""Iya, dan kamu harus habiskan. Niat baik Kakek tak pantas kita

  • Diam-diam Menikahi Bos Besar   Bab 138. Titik Lemah

    "Itu semua karena keinginan Felix sendiri yang ingin membalas budi padaku. Tapi kenyataannya? Dia justru mengirim Ibuku ke luar negeri—ke tempat yang sangat menyedihkan dan mustahil untuk kembali! Aku sangat membencinya, dan istrinya pun tak kalah kubenci. Aku ingin membuat hidup mereka berakhir tragis. Aku ingin mereka menyesal telah bermain-main denganku."Adreno tertawa pelan, nada sinis menyertai senyumannya. "Sekarang aku mengerti. Kamu membenci Emily karena Kelvin mencintainya, bukan?"Alika mengangguk tanpa ragu. "Ya, Paman benar. Aku sangat sakit hati karena hal itu.""Jadi, apa pun caranya, aku ingin Emily jatuh. Kehancurannya adalah kepuasanku."Awalnya Adreno mengira akan sulit melawan Felix, apalagi setelah Emily menolak tawaran kerja samanya. Ia tidak menyangka akan muncul Alika—gadis yang tiba-tiba menawarkan diri menjadi sekutu.Adreno menatap Alika lebih dalam. "Lalu, apa rencanamu? Jangan anggap remeh, Felix bukan lawan yang mudah ditaklukkan."Senyuman sinis tersungg

  • Diam-diam Menikahi Bos Besar   Bab 137. Bekerjasama

    "Felix tidak pernah benar-benar mencintaimu! Kalau nanti kamu disingkirkan, jangan pernah berharap aku akan membantumu. Sekali kamu menolak tawaranku, kamu tidak akan mendapatkannya untuk kedua kalinya."Emily tersenyum kecil."Tak apa, Paman. Sekalipun hidupku menjadi sulit, aku tidak akan pernah menyusahkan orang seperti Anda."Adreno mencibir, “Kamu benar-benar keras kepala.”Emily berdiri tanpa ekspresi. “Aku hanya melakukan apa yang harus aku lakukan—menjaga rumah tanggaku. Aku permisi, Paman.”Tanpa memberi waktu lebih, Emily melangkah keluar dari ruangan, membiarkan Adreno menatap punggungnya yang menjauh.Sambil menyesap sisa wine-nya, Adreno bergumam pelan, "Wanita itu terlalu sulit untuk dipengaruhi. Pendiriannya kuat. Dia berbeda… jauh berbeda dengan Alika."Andreno menghela napas berat. Ia telah lama menyimpan dendam pada Felix. Dulu ia merasa ayah Felix adalah penghalang utama baginya untuk menguasai seluruh kekayaan keluarga Widjaja. Kini, bangkitnya Felix justru menjadi

  • Diam-diam Menikahi Bos Besar   Bab 136. Tawaran kerja sama

    Perlahan ia kembali duduk.Melihat Emily mengambil tempat duduknya lagi, Adreno segera bicara lebih dalam.“Saat kalian menikah, aku tahu itu bukan kebetulan. Maaf kalau aku terdengar lancang, tapi aku tahu pernikahan kalian dibangun atas dasar kesepakatan. Felix saat itu hanya ingin membuat ayahku tenang. Kakekmu sangat khawatir karena trauma masa lalu Felix, dan tekanan itu membuatnya buru-buru menikah. Dan kamu... kamu saat itu hanya karena desakan ibumu.”Emily menahan napas. Kalimat itu seperti serangan yang dilapisi kehalusan. Ia tahu memang begitulah awal mereka bertemu. Tapi hubungan mereka sudah jauh melampaui awal yang rumit itu.Adreno melanjutkan, “Tapi kamu cukup cerdas, Emily. Dari semua pilihan, kamu menjadi yang paling bertahan di sisi Felix. Aku salut. Tapi percayalah, tidak semua orang di keluarga ini menyukai perubahan besar yang terjadi sejak kamu hadir…”Deg! Jantung Emily berdetak keras mendengar perkataan Adreno barusan. Bagaimana bisa pria itu tahu semua detail

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status