Kelvin teringat pertama kali bertemu dengan Alika. Wajahnya teduh, senyumannya menenangkan dan gaya pakaiannya mirip dengan Emily. Saat itu dia hampir mengira jika Alika adalah Emily."Emily," Kelvin terpana, menatap wajah yang tersenyum itu dengan perasaan yang dipenuhi emosi."Kak Kelvin, ayo masuk. Di luar sangat dingin." Kelvin tersentak saat menyadari jika gadis itu ternyata bukan Emily. Tetapi tangan Alika sudah menarik tangannya dan membawanya masuk."Aku tahu kalau kamu akan datang malam ini. Aku sengaja menyambutmu." "Kamu siapa? Apa, Emily ada?" "Aku Alika. Adiknya. Mungkin kamu memang tidak mengenalku. Tapi aku sudah lama mengenalmu." "Kamu sudah mengenalku?""Iya. Bukan hanya itu. Tapi aku sangat mengagumimu. Sayang sekali, kak Emily tidak bersyukur, dia justru mengkhianati kak Kelvin yang begitu baik dan tampan."Kelvin belum memberi tanggapan, dia kembali menanyakan keberadaan Emily."Tidak perlu mencarinya lagi. Dia benar-benar tidak punya perasaan. Setelah melakuk
Felix menarik nafas, lalu memberi tawaran. "Begini saja. Kalau kamu masih ingin bekerja, bagaimana kalau pindah saja. Cari yang lebih dekat dari rumah. Atau kalau kamu mau, kamu bisa bekerja di perusahaanku. Jadi kita bisa berangkat dan pulang bareng." Emily tertegun sesaat. Lalu tiba-tiba dia menggeleng dengan cepat, "Tidak bisa. Ah, maksudku.. Aku tidak mempunyai keahlian lainnya selain reporter." Bagaimana dia bisa bekerja di perusahaan besar seperti Grup Lewis?Dia bahkan belum lulus kuliah.Selain itu..Itu adalah perusahaan milik suaminya sendiri. Yang belum diketahui oleh publik.Memikirkan kekerasan-kepalaan Emily, Felix tidak lagi bicara.Sepertinya bukan itu alasan Emily.Lebih tepatnya, Emily belum bersedia jika harus berada di dekatnya.Tidak mengapa.Felix akan melakukan secara pelan-pelan.Sampai Emily bisa membuka hatinya. Dan membiarkan dia masuk untuk menjadi satu-satunya sebagai penghuni disana."Aku akan mengambil makan untuk kita." Felix berdiri dan keluar kama
Felix?Kenapa dia bisa berada disini dan membawa pergi Emily? Bukan hanya itu! Cara Felix membawa pergi Erina, itu sudah menjelaskan jika diantara mereka ada sebuah hubungan khusus.Setelah memikirkan hal itu, Kelvin mengepalkan tangannya dengan erat.“Ternyata benar apa yang dikatakan Alika. Emily benar-benar ingin merayu Felix!”Cih..Dasar wanita murahan! Anak haram sampah!Sudut mata Kelvin menyempit dengan mulut yang tertutup rapat. Kuku-kukunya terasa menancap telapak tangannya sendiri. Dia masih berdiri menatap punggung Felix yang semakin jauh dan menghilang di ujung sana.Kemudian dia mengusap wajahnya dan kembali ke dalam cafe. Dia kembali duduk, dan masih memikirkan kejadian tadi. "Ternyata Felix seorang pria yang murahan. Bisa tergoda hanya dengan seorang Emily. Padahal Emily sudah berstatus istri orang!" Dalam pikirannya, Felix sudah menikah dan sekarang malah menjalin hubungan dengan wanita yang juga sudah menikah. Ini bukan suatu kebetulan, kan? Mereka pastí memili
Disisi lain, Felix mendengar dari Jefri asistennya dari Grup Widjaja jika hari ini Kelvin diminta Tuan pergi ke kota B untuk menemui seseorang.Awalnya Felix biasa saja, tetapi ketika dia teringat tentang Emily yang juga pergi ke Kota B, perasaannya menjadi tidak nyaman.Tidak biasanya Kelvin menjadi orang yang patuh seperti itu. Jangan-jangan, ini ada hubungannya dengan kepergiaan Emily ke kota itu. Apa Kelvin tahu jika Emily juga sedang pergi ke kota itu?Walau bagaiamanpun juga, Kelvin dan Emily pernah mempunyai hubungan. Memikirkan itu, tiba-tiba mata Felix menggelap.Dia segera memanggil Ken. "Kita berangkat ke kota B sekarang." —-Ini sudah hampir sore hari. Tim Emily telah selesai mewawancarai seorang Direktur dari Amerika, pemilik perusahaan baru yang sedang naik daun di negara ini.Wajah-wajah mereka terlihat lelah. Tapi semua terbayar dengan kesuksesan. Dengan semangat, mereka singgah di sebuah Cafe untuk beristirahat sebelum kembali ke hotel tempat mereka menginap nant
"Iya. Tapi mau bagaimana lagi. Kantor berita kami sedang banyak job. Ini adalah keberuntungan bagi kami. Jadi kami tidak bisa menyia-nyiakan kesempatan ini. Karena kota B jauh, kemungkinan kami akan menginap disana." Selesai bicara Emily langsung meraih tangan Felix dan menciumnya. "Aku berangkat duluan ya?”Felix tertegun sejenak, lalu dia mengulurkan tangannya untuk menahan pergelangan tangan Emily."Aku akan mengantarmu. Tunggu sebentar saja. Kamu bisa sarapan dulu sambil menunggu aku selesai mandi." "Tidak perlu. Aku sangat buru-buru." Emily menarik tangannya."Kalau begitu, biarkan Ken mengantarmu.""Tidak perlu, Felix. Aku sudah biasa sendiri. Jadi jangan khawatir, ya?”Mendengar ucapan Emily, seperti ada batu besar yang menimpa hatinya.'Sudah biasa sendiri? Tapi bukankah sekarang seharusnya kamu tidak sendiri lagi? Ada aku, Emily.'"Felix,." Emily memanggil Felix yang malah termenung."Ah iya .Baiklah. Hati-hati. Kalau sudah sampai disana, tolong beri aku kabar." Emily meng
"Baiklah kalau begitu. Tetapi Anda juga perlu memikirkan tindakan untuk operasi pasien ketika telah sadar nanti.""Operasi?" Emily sangat terkejut dengan pernyataan Dokter.“Dokter, apa yang terjadi padanya?”"Pasien harus segera dioperasi karena mengalami gagal hati."Wajah Emily memucat. Gagal hati?Dan selama ini, putri dan suaminya tidak peduli?Ada apa ini sebenarnya?"Iya, Dokter. Lakukan apapun untuk kesembuhannya. Soal biaya, aku akan mengusahakannya. Tidak perlu khawatir. Aku pasti bisa mendapatkannya." Dokter mengangguk. Lalu Emily meminta izin untuk melihat keadaan Nyonya Mira. Emily diperbolehkan tetapi tidak boleh lebih dari lima menit.Emily memasuki ruangan dimana Nyonya Mira terbaring dengan selang alat bantu medis di beberapa bagian tubuhnya.Entah kenapa, setiap kali menatap wajah wanita itu, ada perasaan yang muncul di hatinya. Apalagi melihat kondisi Nyonya Mira saat ini, hati Emily terasa sangat sedih dan sakit.Emily tidak bisa menahan air matanya. Lalu mengu
Felix mengangguk. “Begitu banyak kantor berita dan televisi yang meminta wawancara, semua kami tolak. Aku meminta Ken menghubungi Financial Times dan hanya memilih Emily Juwanda untuk datang.”Emily tertegun mendengar penjelasan dari Felix.Ternyata seperti itu.Pantas saja. Bahkan sampai sekarang mereka masih bertanya-tanya, kenapa Financial Times yang hanya kantor berita kelas bawah bisa terpilih oleh Grup Lewis. Itu karena Felix.Dan begitu Financial Times menerbitkan berita tentang publikasi Presdir Lewis, Financial Times menjadi sorotan dunia.Namanya seketika melambung, dan beberapa undangan wawancara dari pebisnis kelas atas pun mulai berdatangan.“Maaf, aku benar-benar tidak tahu kalau alasannya seperti itu.”Felix mengusap wajah Emily dengan lembut. “Tidak apa-apa. Tidak perlu meminta maaf. Aku yang terlambat menjelaskannya padamu. Aku benar-benar khawatir kamu akan salah paham. Sekarang kamu sudah tahu semuanya, kamu juga sudah menjadi orang yang paling dekat denganku, aku
Tiba-tiba saja timbul perasaan curiga dalam hati Emily. Tanpa sadar dia mengikuti mereka dengan sembunyi-sembunyi.Dua pria di depannya itu memasuki sebuah ruangan. Jantung Emily berdebar saat dia berada tepat di depan pintu itu. Sesaat dia termenung . Setelah memikirkan jika Felix Widjaja bukanlah orang yang baik menurutnya, dan saat ini sekretaris suaminya justru bersama pria itu.Apa mereka sedang mengadakan pertemuan?Saat ini, semua orang juga tahu tentang persaingan kedua perusahaan besar itu. Grup Widjaja dan Grup Lewis. Mungkinkah Ken telah berkhianat?Diam-diam mendukung Grup Widjaja dibelakang suaminya!Memikirkan hal itu Emily tidak bisa menahan diri. Biar bagaimanapun juga, Felix Lewis adalah suaminya. Dia harus melakukan sesuatu untuk suaminya.Dia hanya ingin bertanya pada Ken. Walau bagaimanapun dia adalah istri bosnya, tidak salah kalau dia bertanya kan? Emily menarik nafas dalam-dalam kemudian membuka pintu tanpa mengetuknya terlebih dahulu.Begitu pintu terbuka
Tidak peduli gadis itu Emily atau bukan, yang jelas saat ini Felix menyukai Emily.Dia memang berhutang nyawa pada gadis kecil itu, tetapi dia hanya ingin Emily yang ada di sisinya.Perasaannya datang begitu besar dan tumbuh begitu cepat bahkan sejak pertemuan pertama mereka.Saat Felix bertanya apakah dirinya pernah datang ke hutan Hyde, Emily tidak bisa menahan diri untuk bertanya, “Ada apa dengan hutan itu?”Felix menggelengkan kepalanya, “Tidak ada apa-apa. Mungkin aku hanya salah lihat.”Felix memutar tubuh Emily dan memeluknya dari belakang. Dia menaruh kepalanya di bahu Emily.“Tidak peduli apapun, jangan khawatir Emily, mulai sekarang dan seterusnya, aku akan menjagamu. Aku akan membuatmu bahagia.”"Apa kamu percaya kalau aku menyukaimu?" Emily menoleh dan berkedip, "Itu terdengar bohong sekali. Mana mungkin kamu bisa menyukaiku hanya dalam sekali melihat." Felix mengeratkan pelukannya. "Kamu tidak mengerti soal perasaan. Mungkin karena kamu belum pernah jatuh cinta.”Peff.