ログインSaat Andini membuka mata, seberkas cahaya matahari hangat menembus jendela dan jatuh di pipinya. Tirai putih di sekitar tempat tidur bergoyang pelan ditiup angin. sesuatu yang jelas tidak mungkin ada di dalam perpustakaan lembah.Dia sempat linglung beberapa saat. Tatapannya yang kosong perlahan menjadi fokus dan ingatan pun membanjiri pikirannya. Dia teringat saat akhirnya menemukan cara untuk menetralkan racun Sembilan Putaran Pemutus Jiwa, dan juga momen ketika Bilal menerobos masuk ke perpustakaan.Jadi ... dia benar-benar berhasil?Dia bangkit duduk dan menatap telapak tangannya. Titik hitam yang selama ini menandai racun di tubuhnya telah hilang tanpa jejak.Sudah sembuh. Benar-benar sembuh!Rasa gembira yang meluap hampir membuat dadanya bergetar. Andini melompat turun dari ranjang dan segera berjalan cepat menuju ruang kerja Bilal. Dia mengetuk pintu pelan, dan dari dalam terdengar suara Bilal yang dalam dan tenang, "Masuk."Andini membuka pintu dan melangkah masuk, lalu meliha
Bilal berdiri di tangga batu di depan perpustakaan lembah, kedua tangannya bersedekap di belakang punggung. Jubah hitamnya tertiup angin senja, menyingkap sedikit sulaman halus berbentuk ramuan obat di bagian dalam.Dia menatap langit yang mulai gelap, melihat sisa cahaya jingga terakhir yang perlahan ditelan malam."Guru, sekarang sudah lewat pukul delapan," kata Bahlil pelan sambil membawa lampu kaca berwarna hijau kebiruan. Cahaya lampu memantulkan bayangan bergetar di wajahnya yang tenang dan tampan. "Andini ... dia ...."Bilal tidak menjawab.Dia tahu apa yang ingin dikatakan Bahlil. Malam ini adalah malam purnama dan juga waktu terakhir racun Sembilan Putaran Pemutus Jiwa akan kambuh di tubuh Andini. Jika Andini belum menemukan penawarnya malam ini, maka ketika fajar tiba, dia hanya akan menjadi mayat.Melihat Bilal yang tetap diam, Bahlil mulai gelisah. "Guru, muridmu sangat berbakat! Meskipun dia belum bisa memecahkan racun itu sekarang, seharusnya dia nggak perlu mati seperti
Dalam sekejap, darah di seluruh tubuh Surya terasa mendidih.Jika hanya Rangga yang hilang, mungkin masalahnya belum terlalu besar. Namun Pasukan Harimau adalah pasukan yang dia bentuk sendiri. Di setiap kota, dia menempatkan dua orang agar saling menjaga dan melindungi.Sekarang mereka semua hilang kontak secara bersamaan. Berarti hanya ada satu kemungkinan. Kaisar Negara Tarbo dan Keluarga Gutawa telah bergerak. Sekuat apa pun Rangga dan Pasukan Harimau, mereka tetap tidak mungkin menandingi kekuatan satu negara.Menyadari hal itu, Surya tak bisa menahan diri untuk menatap Bahlil. "Bagaimana Lembah Raja Obat bisa tahu?"Surat rahasia itu ditulis oleh Enes, dikirim dengan kecepatan sehari menuju kediaman Pangeran Surya, lalu diteruskan oleh Gatot kepadanya. Belum sempat dibuka.Namun, Bahlil sudah menyiapkan begitu banyak obat untuknya. Jelas dia sudah tahu sesuatu terlebih dulu. Bahlil hanya tersenyum samar. "Kemampuan Lembah Raja Obat jauh lebih besar daripada yang dibayangkan Pange
Jadi, obat ini pasti tidak akan merenggut nyawanya!Memikirkan hal itu, Andini pun melangkah maju, lalu mengangkat mangkuk obat dan meneguknya sampai habis. Cairan obat yang hangat mengalir ke tenggorokan. Rasanya pahit dan menyengat, tetapi dia tetap berusaha mencari sedikit saja sensasi berbeda di balik kepahitan itu.Namun tiba-tiba, tenggorokannya terasa terbakar hebat. Sesaat kemudian, dia merasa sulit bernapas. Dalam kepanikan, dia berusaha membuka mulut lebar-lebar untuk menghirup udara, tapi tak sedikit pun oksigen bisa masuk ke paru-parunya.Rasa sesak itu menelannya bulat-bulat, membuat pandangannya gelap hingga akhirnya dia kehilangan kesadaran. Ketika tersadar lagi, langit di luar sudah gelap.Andini tidak tahu berapa lama dia pingsan. Menatap mangkuk obat kosong di atas meja, yang tersisa hanyalah rasa lega karena masih hidup.Sesuai dugaannya, Bilal memang tidak akan membunuhnya, melainkan hanya akan memberinya pelajaran. Dia memberikan petunjuk, tetapi tidak akan langsun
"Racun?" seru Bahlil dengan ekspresi terkejut, lalu mengambil mangkuk ramuan itu dengan tidak percaya dan menciumnya perlahan-lahan. Di antara aroma ramuan penyembuh yang kuat itu, dia akhirnya mencium aroma aneh yang samar-samar. Aroma itu terasa segar dan dingin, tetapi ada sedikit aroma amis yang manis."Rumput arwah?" seru Bahlil dengan terkejut. Dia sudah mengikuti Bilal sejak kecil, sehingga dia mengenal berbagai rumput dan racun. Namun tak disangka, kali ini justru Andini yang mengenali isi ramuan itu terlebih dahulu.Rumput arwah adalah racun mematikan. Begitu masuk ke tubuh dan menyentuh darah, nyawa orang yang meminumnya akan langsung melayang sebelum sempat menarik napas untuk kedua kalinya. Namun, Bahlil tidak mengerti mengapa Guru memberikan ramuan racun seperti rumput arwah ini kepada Andini."Pasti ada yang salah, aku akan menanyakan langsung pada Guru."Setelah mengatakan itu, Bahlil hendak membawa mangkuk ramuan itu pergi.Namun, Andini menahan tangan Bahlil. "Tinggalk
"Andini nggak apa-apa," kata Bahlil yang akhirnya membuka mulut. Dia berbeda dengan Bilal yang selalu berbicara setengah-setengah. Tidak membuat orang mati kehabisan napas, tetapi bisa membuat orang mati penasaran.Namun, Surya tidak percaya, jeritan mengenaskan tadi jelas bukan pura-pura. Jika bukan karena rasa sakit yang luar biasa, mana mungkin seseorang bisa menjerit begitu sedih."Minggir," teriak Surya dengan nada dingin.Bahlil menghela napas dengan pasrah. "Andini terkena Sembilan Putaran Pemutus Jiwa, racun itu akan kambuh setiap malam bulan purnama. Setelah sembilan kali kambuh, nyawanya baru akan melayang. Sekarang dia sedang berada di Paviliun Pustaka untuk mencari penawar racun itu.""Jadi, meskipun kamu menerobos masuk ke Lembah Raja Obat, kamu juga nggak akan bisa membawanya pergi. Kamu justru akan menunda waktunya menemukan penawar."Surya tahu Bahlil berkata jujur. Mengingat ucapan Bilal tadi siang, dia pun tanpa sadar menggenggam pedangnya dengan erat. "Kenapa kalian







