Home / Romansa / Putri Terbuang itu Istri Sah CEO / Bab 8 Misi Pacar Kontrak

Share

Bab 8 Misi Pacar Kontrak

Author: Cynta
last update Last Updated: 2025-08-20 15:15:59

“Lo, kenapa..? Gugup..?!” Raka memperhatikan ekspresi Aluna, tangan perempuan itu pun berkali-kali meremas ujung pakaiannya sendiri.

“Iyalah gugup, ketemu orang tua lo.. Gimana kalau akting gua gak bagus.. Gimana kalau orang tua lo gak suka gua dan lo tetep dijodohin, lo pasti bakal batalin kontrak sama gua, kan..?!” matanya menatap tajam penuh waspada ke arah Raka. 

 

“Lo kebanyakan nonton Drama..! Ayo masuk..!” Tangannya menggenggam lembut tangan Aluna.

Namun tak lama langkah Aluna terhenti tepat di depan gerbang besar yang menjulang kokoh. Matanya membelalak menatap bangunan mewah tampak depannya. Jantungnya berdegup lebih cepat dari biasanya.

“Rumah ini, gua jadi ingat Papa dan Mama pertama kali bawa gua masuk rumah mereka..” lirihnya sampai tak ada yang mendengarnya 

Raka berdiri di sampingnya, tubuh tegapnya seolah semakin membuat Aluna merasa kecil. Pria itu melirik sekilas, lalu dengan santai meraih tangan Aluna. “Jangan bengong. Pegang tangan gua.”

Aluna tersentak, segera dia menarik tangannya. “Hei! Lo pikir gue cewek apaan?”

Sudut bibir Raka terangkat tipis, ekspresi dinginnya tidak berubah. “Gua nggak peduli mau lo ngomel sepanjang jalan. Yang penting, kalau kita masuk, lo harus terlihat seperti pasangan sungguhan. Mengerti?”

Aluna menggertakkan giginya, wajahnya memerah. “Pasangan sungguhan? Modus, ya, lo?”

Raka mengabaikan protesnya. Pria itu menggenggam tangan Aluna, lalu menariknya masuk melewati pintu besar yang terbuka lebar.

Hati Aluna semakin berdebar. Tangannya dingin, meski genggaman Raka terasa hangat. ‘Kenapa harus deg-degan begini, sih? Ini cuma pura-pura!’

Tak lama, dua sosok muncul dari arah tangga. Seorang pria dengan wajah tegas, sorot mata tajam penuh wibawa, dan seorang wanita anggun dengan senyum tipis namun penuh penilaian.

“Papa, Mama…” Raka bersuara, nadanya formal. “Kenalkan, ini Aluna.”

Pak Dirga dan Bu Lestari berhenti di hadapan mereka. Tatapan keduanya langsung tertuju pada Aluna, menelusuri dari ujung rambut sampai ujung kaki. 

Aluna nyaris ingin kabur, tapi genggaman tangan Raka semakin erat. Ia melirik sekilas ke arah pria itu, menemukan tatapan tenang namun dingin yang seolah berkata tenang saja, aku ada di sini.

Pak Dirga mengangkat alisnya. “Ini… pacar kamu, Raka?” Suaranya dalam, penuh otoritas.

Raka menatap Papanya tanpa berkedip. “Ya. Dia pacarku.”

Bu Lestari tersenyum samar, meski matanya jelas sedang menilai. “Cantik. Tapi sepertinya… berbeda dengan tipe yang biasanya dekat denganmu, Raka.”

Aluna merasa wajahnya panas. Ia buru-buru membalas dengan nada ceplas-ceplos khas dirinya. “Ehm, Bu… kalau tipe yang biasanya deket sama Raka itu kayak boneka salon, mungkin saya emang beda. Tapi… paling nggak saya asli, bukan palsu.”

Raka hampir tersedak mendengar celetukan bar-bar itu. Ia cepat-cepat menegakkan tubuh, menutupi ekspresi yang nyaris pecah. “Aluna.” Suaranya tegas, sedikit menekan, agar gadis itu tidak kelewatan.

Namun Pak Dirga justru terangkat bibirnya tipis, seolah menahan tawa. Bu Lestari pun saling pandang dengan suaminya. Ada sesuatu di balik tatapan mereka, rasa penasaran bercampur keraguan.

“Baiklah,” ujar Pak Dirga akhirnya. “Kalau begitu, mari duduk. Kita bicara lebih jauh.”

Raka menundukkan kepala sedikit, lalu kembali menuntun Aluna. Gadis itu hanya bisa mengikuti Raka dengan cemas, berbisik pelan. “Lo gila, Ka. Gue hampir mati berdiri tadi.”

Raka menunduk sedikit, wajahnya mendekat di telinga Aluna. “Tenang. Gua kan udah bilang, gua nggak akan lepasin tangan lo.”

Aluna segera menghindari tatapannya, wajahnya sedikit menunduk, “Jangan liatin gua gitu..”

Sudut bibir Raka terangkat tipis, tapi matanya tetap dingin menusuk. “Kenapa..? Takut jatuh cinta..?!”

Aluna mendengus pelan, tapi jantungnya berdegup kencang. “Gaklah.. Mana mungkin gua cinta es balok..!” gumamnya dengan nada setengah kesal.

Rahang Raka langsung mengeras. Tangannya yang masih menggenggam jemari Aluna mengepal erat, seolah menahan sesuatu yang ingin diucapkannya. “Kamu—” suaranya tercekat. Ia tidak melanjutkan kata-katanya, tapi tatapan matanya semakin intens, menelusup dalam ke mata Aluna.

‘Mata itu… kenapa buat gua gelisah…’ batinnya menggeram.

Dari kejauhan, Pak Dirga dan Bu Lestari sudah duduk rapi di ruang keluarga. Pandangan mereka tidak lepas dari keduanya, seolah sedang menonton adegan yang jauh lebih menarik dari drama televisi.

Pak Dirga menyilangkan tangan di dada, lalu menoleh pada istrinya. “Gimana menurut Mama..?” suaranya rendah, penuh makna.

Bu Lestari menghela napas panjang, matanya masih menilai Aluna dari ujung kepala sampai ujung kaki. “Hmm… entahlah, Pa. Kalau dilihat sekilas dia terlalu blak-blakan, tapi… terkesan apa adanya. Dan juga… cantik.”

Pak Dirga mengangguk kecil, sorot matanya tajam, penuh perhitungan. “Aku juga berpikir begitu. Tapi heran juga… dimana Raka mengenalnya? Selama ini dia nggak pernah dekat dengan perempuan. Atau jangan-jangan…”

Bu Lestari langsung melirik tajam pada suaminya. “Apa yang Papa pikirkan..?”

Pak Dirga mendekat, suaranya nyaris berbisik. “Apa perempuan ini cuma disewa begitu saja oleh Raka, biar kita nggak jodohkan dia…?”

Keduanya kembali saling berpandangan, lalu mengalihkan perhatian pada Raka dan Aluna yang akhirnya melangkah mendekat. Raka terlihat santai, penuh wibawa, sementara Aluna justru terlihat kaku dengan tangan yang masih digenggam kuat.

Saat mereka sudah duduk berhadapan, Pak Dirga menatap putranya dengan mata penuh selidik. Raka tetap tenang, tubuh tegapnya sedikit condong ke arah Aluna. Sepasang kakinya dibiarkan bersandar santai, tapi satu tangannya dengan jelas menempel pada bahu gadis itu, seolah menandakan kepemilikan.

“Berapa lama kalian saling mengenal..?” Pertanyaan Pak Dirga meluncur begitu saja, namun tajam dan menekan.

“Satu bulan..” jawab Raka mantap, tanpa keraguan.

“Satu minggu..” jawab Aluna nyaris bersamaan.

Suasana mendadak hening. Raka dan Aluna saling menoleh, tatapan mereka bertubrukan penuh tanda tanya.

Pak Dirga mengangkat alis, matanya mengeras. “Kenapa jawabnya nggak sama..? Kamu dan Aluna beneran pacaran… atau hanya mau bohongin Papa dan Mama, Raka..?”

Tatapan itu membuat suasana semakin menegangkan. Udara seakan menekan, dan untuk pertama kalinya, sorot mata seorang CEO dingin seperti Raka tampak sedikit terguncang. Namun ia cepat menutupi dengan ekspresi tegas.

“Tentu aja beneran, Pa. Masa iya bohong..” Suaranya mantap, lalu tanpa ragu tangannya melingkar ke bahu Aluna, mendekatkan gadis itu padanya. Kepalanya sedikit menoleh, tatapan tajam namun penuh sinyal tersembunyi. “Iyakan, sayang..?”

Aluna nyaris tersedak, wajahnya merah padam. Namun dengan cepat ia memaksakan senyum dan mengangguk mantap beberapa kali. “I-iya dong..! Tentu saja..”

Pak Dirga menyipitkan mata, seolah masih belum puas. Bu Lestari hanya menatap lekat, ekspresinya sulit ditebak.

“Mmm… kalau gitu…” suara Pak Dirga tiba-tiba memecah keheningan, kali ini lebih tajam. “Kapan kalian menikah..?”

Pertanyaan itu meledak di udara, spontan membuat Raka dan Aluna berbatuk bersamaan.

“Uhuukkk.. uhuukkk.. uhuukkk..”

Mereka berdua saling pandang, sama-sama terperangah.

‘Menikah…?!’ gumam keduanya dalam hati, seolah tersambar petir di siang bolong.

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Putri Terbuang itu Istri Sah CEO   Bab 175 Godaan Raka

    ​Meskipun harus kembali ke kantor, langkah Aluna terasa ringan. Semua beban, dendam, dan rasa bersalah telah terselesaikan. Alvian menemukan kedamaian, dan Kayla menerima takdirnya. Sekarang, hanya ada Raka, dan masa depan yang akan mereka bangun bersama.​Di dalam mobil mewah Raka, suasana tegang yang menyelimuti mereka pagi tadi berganti menjadi kehangatan. Raka sesekali mencuri pandang, tersenyum bangga pada Aluna.​“Lo cantik sekali hari ini, Sayang. Rasanya pengen kunci pintu kantor dan lanjutin terapi relaksasi kita,” bisik Raka, tangannya diam-diam menyentuh lembut paha Aluna yang tertutup rok.​Aluna memukul tangan Raka dengan lembut. “Raka! Jangan mulai! Kita sudah janji untuk profesional. Ingat, gua sekretaris baru lo. Gua harus menunjukkan performa terbaik gua.”​“Hmm… Performa lo di ranjang semalam sudah yang terbaik, sayang. Dan gua suka sekali roleplay untuk Tuan CEO dari sekretaris pribadinya,” Raka menggoda, matanya berkilat penuh makna.​Wajah Aluna memerah, tetapi ia

  • Putri Terbuang itu Istri Sah CEO   Bab 174 Pengakuan dan akhir kebohongan

    ​Alvian menghentakkan tangan Kayla begitu keras sampai pelukan wanita itu akhirnya terlepas. “Kamu sendiri yang membuat aku membencimu, Kayla.. Sejak awal kamu tau kalau aku kembaran Aluna, kan?! Dan kamu memanfaatkan aku untuk menyakiti Aluna.. Ternyata kamu jahat Kayla..!” Alvian tampak kecewa pada Kayla, wanita yang selama ini jadi adik angkat yang selalu ia sayangi dan hampir membuatnya mencintainya ternyata begitu jahat. Kemudian Alvian menoleh ke Raka. “Raka… Aku sudah mengingat semuanya. Aku menyayangi Aluna, tapi bukan sebagai suami. Aku menyayanginya sebagai saudaraku, perasaan kami terhubung. Aku yang seharusnya di sisinya saat itu justru hampir menyakitinya, tapi sekarang ada kamu.. Kamu adalah orang yang tepat untuk melindungi Aluna, Raka. Sementara aku.. Aku hampir menghancurkan kehidupannya.” ​Aluna melepaskan pelukan Raka dan berjalan perlahan ke Alvian. ​“Tidak Alvian.. Kita saudara. Kita kembar. Aku memaafkanmu,” kata Aluna lembut. Ia memeluk Alvian erat. Alvian me

  • Putri Terbuang itu Istri Sah CEO   Bab 173 Luka yang mendalam

    ​Aluna berdiri di hadapan Kayla, tatapan matanya nanar, dipenuhi campuran kebencian dan rasa sakit mendalam. Ia tidak lagi melihat Kayla sebagai saudara tiri, melainkan sebagai racun yang harus segera ia basmi. ​PLAAKK ​Suara tamparan pertama itu memecah ketegangan di ruang mediasi. Semua orang tersentak. Raka segera bergerak maju, tetapi berhenti saat Aluna mengangkat tangan, mengisyaratkan bahwa ia bisa menghadapinya. ​“Itu tamparan untuk apa yang kamu lakukan padaku selama ini,” kata Aluna, matanya mulai berkaca-kaca, namun suaranya tegas. ​PLAAKK ​Tamparan kedua mendarat lebih keras. ​“Itu tamparan karena kamu memanfaatkan Alvian! Membuatnya membenciku, dan membuatnya seperti sekarang!” nada bicara Aluna naik satu oktaf, menunjukkan luapan emosi yang selama ini ia pendam. ​Kayla memegang pipinya yang memerah, matanya memancarkan api kemarahan. Ia tidak lagi peduli dengan petugas di sampingnya. ​“Itu belum cukup, Aluna! Lo sudah mengambil semuanya dari gua!” teriak

  • Putri Terbuang itu Istri Sah CEO   Bab 172 Kenyataan tidak terduga

    Pintu kembali terbuka, Pak Wijaya masuk bersama Bu Lestari, orangtua Raka. Mereka tidak menyangka kalau Pak Wijaya sempat hadir saat ini.. Mereka berdua duduk di samping Pak Ardian dan Bu Tania. “Baik, karena semua sudah datang, saya akan mulai dengan Pak Aditya..” Tatapan Raka teruji pada pria pria paruh baya yang merupakan papa angkat Alvian, orang yang menemukan Alvian pertama kali. “Pak Aditya, apa anda yang menemukan Alvian saat itu..?” tanyanya dengan tatapan menyelidik. “Iya saya menemukan Alvian terdampar di tepi laut saat pagi, kondisinya sangat buruk.. Saya membawanya kerumah sakit, setelah dia sadar saya membawanya pulang. Tapi tidak lama saya harus keluar negeri jadi pemulihannya saya lanjutkan disana, karena Citra dan Kayla tinggal di sana..” Pak Aditya menjelaskan dengan tetap tenang. “Paa anda tau latar belakang Alvian?” Raka melanjutkan pertanyaan seperti sedang mengintrogasi. “Saya tidak tau, tapi karena saya punya anak perempuan, saya pikir akan Alvian

  • Putri Terbuang itu Istri Sah CEO   Bab 171 Ruang Mediasi Keluarga

    ​Ruang mediasi itu steril dan impersonal, dengan meja panjang di tengah dankursi-kursi yang ditempatkan berjauhan. Ini bukan ruang rekonsiliasi, melainkan arena pertarungan psikologis. ​Saat Raka memimpin Aluna masuk, semua mata tertuju pada mereka. ​Di satu sisi meja, duduk Pak Ardian dan Bu Tania. Wajah mereka memancarkan campuran kesedihan mendalam dan harapan. Bu Tania berdiri, air mata menetes melihat Aluna, putrinya yang selama ini hilang. Namun, tatapan tajam Raka mengisyaratkan bahwa ini bukan saatnya untuk emosi pribadi. ​Di sisi lain, duduk Bu Citra dan Pak Aditya. Bu Citra tampak lelah, matanya bengkak, tetapi masih menyiratkan kebencian. Ia memelototi Aluna, seolah Aluna adalah penyebab semua penderitaan putrinya. Pak Aditya tampak lebih netral, ia hanya menunduk, malu dan pasrah. ​Raka mengajak Aluna duduk tepat di tengah, di sampingnya, menguasai meja. Aluna langsung bersandar sedikit padanya, mencari kehangatan. ​“Selamat pagi. Terima kasih sudah hadir,” Raka m

  • Putri Terbuang itu Istri Sah CEO   Bab 170 Pertemuan yang meresahkan

    Sebelum menjawab pertanyaan Radit, Raka menoleh kearah Aluna, ​“Pak Ardian dan Bu Tania,” kata Raka, menyebut nama orang tua Aluna yang asli. “Mereka adalah orang tua Aluan dan Alvian. Mereka harus melihat Aluna dan Alvian menyelesaikan masalah mereka dan memastikan keduanya memang kembar dan minta mereka bawa foto kecil keduanya. Dan lo juga harus undang Bu Citra dan Pak Aditya, sebagai orang tua Kayla serta orang tua angkat Alvian.”​Radit terkejut. “Bu Citra dan Pak Aditya? Raka, bukannya itu akan semakin memperkeruh suasana?”​Raka menggeleng. “Gak. Ini penting. Bu Citra harus melihat kejahatan Kayla secara langsung, agar dia berhenti memohon kebebasan Kayla dan menerima kenyataan. Pak Aditya harus melihat sendiri, dan menjadi saksi tentang Alvian. Ini adalah pengadilan terakhir, Radit. Pengadilan keluarga, sebelum pengadilan negara.”​“Tapi, Raka, mereka semua dalam posisi yang sangat emosional. Terutama Bu Citra,” Radit memperingatkan.​“Gua tahu. Makanya, atur pengamanan ketat.

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status