Share

Bab 6

Dengan anggun, Delinda mengangkat cangkir kopinya lalu menengaknya sedikit. Setelah merasakan nikmatnya rasa kopi itu, Deolinda menyimpan kembali cangkirnya ke atas meja. Kemudian menatap Gibran yang berdiam diri di depannya

“Kau hanya melihatku minum?” Deolinda menyindir, tingkah laku Gibran yang hanya mematung seperti benda mati. Padahal dia sudah memesan minumannya juga

“Kau berurusan dengan wanita itu lagi?” Gibran malah bertanya. Hal itu membuat Deolinda mengerutkan alisnya

“Apa maksudmu?”

“Dia bekerja di perusahaanku. Jika kau ingin balas dendam, aku bisa melakukannya untukmu. Kau tidak harus mengambil Id Card karyawannya.”

Mendengar itu, Deolinda terkekeh pelan. Dia merasa aneh kenapa Gibran mengikut campuri urusannya. Padahal sejak dua tahun yang lalu, laki-laki itu tidak ingin tahu urusannya.

“Apa kau sedang menjadi bos yang baik untuknya?”

Deolinda bertanya seperti itu, sebenarnya memiliki tujuan untuk menyindir. Dia pikir, Gibran tidak perlu melakukan itu. Kecuali jika Gibran dan hubungan dengan wanita itu

“Aku tidak memiliki waktu lagi. bisa kah kau berikan itu padaku. Kau sudah membuat karyawanku menderita.”

Deolinda tersenyum sinis. Dia jelas tidak suka dengan apa yang dilakukan Gibran malam ini.

Kemudian, Deolinda membuka tas mahalnya. Dia mengeluarkan Id Card milik Binar. Lalu menyimpannya di atas meja

“Dengan ini, apa aku bisa membeli waktumu untuk besok? Aku tahu, kau pasti akan sibuk. Tapi aku benar-benar membutuhkanmu.”

Dengan cepat, Gibran mengambil Id Card itu. Lalu kemudian dia bangkit. Sebelum meranjakan kakinya dia berkata terlebih dahulu kepada Deolinda

“Beri aku jadwal, kapan aku harus pergi bersamamu besok.”

Setelah kepergian Gibran. Deolinda masih terdiam. Bibirnya tertarik sempurna. Dalam kepalanya berkecamuk pikiran tak habis pikirnya.

Meminta waktu Gibran saat ini akan sangatlah sulit untuknya. Deolinda tahu betul akan hal itu. Dan dia tidak menyangka jika dengan benda itu, Gibran menyanggupi untuk memberikannya waktu untuk besok malam

Dan dia juga berpikir. Sebenarnya apa yang sedang Gibran perjuangkan?

***

Setelah makan malam, dan membersihkan tubuhnya. Seperti biasa Binar akan membantu ibunya di toko rotinya.

Embun hanya memiliki satu karyawannya. Untuk jam-jam malam seperti ini. Toko akan ramai mungkin sampai sekitar pukul 10 malam. Dan tenaga Binar benar-benar sangat berguna.

Binar yang sedang bergulat dengan mesin pembuat jus buah, itu menoleh. Saat Raja –karyawaan toko rotinya memanggilnya

“Yang di dekat lemari es itu, ponselmu bukan?”

Binar menangguk. Dia memang menyimpan ponselnya disana

“Aku dengar, ponselmu berbunyi.”

Binar pikir, itu pasti sesuatu yang penting. Maka dari itu dia mengalihkan pekerjaannya kepada Raja dan menghampiri ponselnya

Dan benar, ponsel itu menunjukan sambungan telpon masuk. Dari nomor yang tidak dikenalinya. Tapi Binar tetap saja mengangkatnya

“Dimana kau, aku sudah mendapatkan Id Cardmu.” Saat telpon masuk itu, Gibran langsung bersuara

Binar sendiri sangat mengenali suara itu. Tapi agaknya dia tidak mempercayai itu

“Kau sedang tidak berbohong bukan?”

“Biar aku menunjukannya langsung padamu. Dimana kau?”

Binar terdiam cukup lama. Pikirannya berkecamuk antara percaya dan tidak percaya. Dan dia bimbang antara mengizinkan Gibran bertemu dengannya atau tidak.

“Cepat katakan, dimana aku harus bertemu denganmu?”

Suara Gibran di sebrang telpon membuyarkan lamunannya. Dan Binar tanpa ragu menyebutkan alamat toko kue ibunya. Tidak ada pilihan lain, dia sendiri sebenarnya sangat penasaran apakah perkataan Gibran benar apa tidak.

***

Sekitar 30 menit, Gibran sampai di toko roti ibunya. Gibran datang hanya menggunakan setelan kerjanya tanpa jas. Hanya menampilkan kemaja putihnya saja yang sengaja ia lipat sampai menyentuh sikut.

Kancing bagian teratasnya juga tidak ia kancingkan. Berbeda dengan penampilannya sebagai presdir perusahaan. tampilan Gibran seperti laki-laki muda yang selalu mengedepankan wanita.

“Siapa kau sebenarnya?” Binar malah bertanya. Dia menjadi penasaran tentang jati diri laki-laki itu. Dia teringat tentang perjanjiannya tadi siang.

Jika saat ini Gibran berhasil mendapatkan Id Cardnya dari Deolinda. Itu berarti perkataan Gibran yang menyebutkan jika dirinya adalah tunangannya Deolinda adalah benar.

Tapi yang membuat Binar bertanya-tanya adalah. Dengan tampilan Gibran yang seperti itu, mana mungkin dia bisa menyandang sebagai tunangannya Deolinda. Kecuali memang Gibran adalah seorang yang memiliki nama besar sama seperti Deolinda.

Hal itu membuat Binar berpikir, apakah laki-laki yang ada di depannya ini adalah seseorang dari keluarga konglomerat.

Bukan malah menjawab, Gibran memberikan Id Card itu kepada pemiliknya. Binar tertegun sesaat. Jika Gibran tidak berbohong dengan ucapannya

Dengan adanya Gibran menyerahkan Id card itu. Secara tidak langsung Gibran menjawab pertanyaan Binar.

“Aku seseorang yang membantumu, mendapatkan Id Card karyawanmu yang diambil Deolinda.”

“Ya, terima kasih untuk ini. Aku akan mentraktirmu makan sebagai balasannya,” kata Binar, seraya memasukan Id Card miliknya ke dalam saku celananya

“Aku akan menunggu traktiranmu.” Setelah mengatakan itu, Gibran bangkit dari duduknya dan bersiap untuk pergi

Binar pun lantas ikut bangkit, dan langsung memperkenalkan dirinya “Aku Binar Anatari, bekerja di Moon Light, sebagai staf Divisi Pemasaran.”

“Aku tahu.” dengan Binar tidak memperkenalkan dirinya juga, Gibran sudah  mengetahui siapa wanita itu. Gibran tahu setelah melihat Id Cardnya.

“Aku sudah memperkenalkan diriku, secara jelas. kau juga harus memperkenalkan dirimu secara jelas juga.”

“Bukankah aku kemari, dan membawa Id Cardmu itu sudah menjelaskan siapa aku?”

Setelah mengatakan itu, Gibran pergi. Meninggalakan segala kalimat tanya untuk Binar.

Apa yang dikatakan Gibran, seharusnya bisa membuat Binar tahu. Tapi tampaknya Binar masih berada dijalan yang buntu untuk memahami jati diri Gibran.

Seharusnya dengan adanya Gibran datang kemari dan membawa Id Card itu, Binar menjadi tahu jika Gibran adalah tunangannya Deolinda, seperti apa yang ditaruhkan dalam perjanjiannya tadi siang diatap gedung perusahaan.

Dalam kebingungan itu, Binar merasakan jika ponselnya bergetar, tanpa pesan masuk. Lantas Binar pun membukanya. Dan tertegun saat mendapati pesan dari Gibran

“Jika kau ingin tahu siapa aku dengan jelas. Datang ke lobby utama perusahaan, besok pukul sembilan pagi.”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status