Hari ini adalah hari ketiga Nicky tidak masuk kantor. Beberapa hari yang lalu pria itu mengatakan kalau sedang terjadi sesuatu dengan keluarganya. Dan hal itu yang membuat Nicky tidak bisa meninggalkan urusan tersebut. Urusan apa itu Arisa tidak bertanya. Ia tidak mau terlihat sok peduli dengan urusan keluarga orang lain. Sekalipun dia adalah pacarnya sendiri. Arisa yakin pria itu pasti akan mengatakannya sendiri kalau memang perlu. Dan karena dia tidak mengatakan apapun, Arisa juga tidak ingin yang pertama menanyakannya. Dia tidak ingin menuntut.
Sama seperti dirinya yang tidak ingin di tuntut untuk berbagi cerita soal keluarganya. Menurutnya, urusan keluarganya adalah rahasianya sendiri. Tidak boleh di ketahui oleh siapapun yang tidak ada sangkut pautnya dengan dirinya.
Kecuali Daniel yang mau tidak mau harus mengetahui keadaan keluarganya karena pria itu adalah satu-satunya yang tau soal kondisi papanya.
Ia mendengus kesal. Lagi-lagi Daniel muncul memen
Setelah tujuannya untuk bertemu dengan Nicky batal, Arisa tidak langsung kembali ke kantor. Ia memutuskan untuk istirahat sejenak di warung pinggir jalan yang ia temukan tidak jauh dari rumah Nicky. Ia membeli minuman dingin dan dengan segera meneguknya sampai rasa hausnya hilang. Padahal seingatnya dirinya tidak terlalu mengeluarkan tenaga untuk berjalan ke tempat tersebut tapi rasa haus sudah menguasainya. Ia melirik jam di ponselnya. Kurang 30 menit jam 12 siang. Pantas saja perutnya sudah keroncongan. Tidak mau mengambil waktu lama, ia pun memutuskan untuk memesan taksi online dan meninggalkan area tersebut. Namun gerakannya seketika terhenti saat melihat sebuah mobil tiba-tiba berhenti pinggir jalan tepat di depan warung yang sedang ia tempati istirahat sejenak. "Arisa?" Gadis itu lebih terkejut karena pria yang sudah membuka kaca mobilnya itu justru menyebut namanya. Arisa mengernyit. Mencoba mengingat siapa pria asing di hadapannya saat ini
Daniel sudah membawa mobilnya keluar dari area parkiran rumahnya. Di sampingnya ada Arisa yang duduk dengan tenang dengan pandangan mengarah keluar jendela di sampingnya.Gadis itu menghela nafasnya pelan. Padahal dirinya sudah bersikeras menolak ajakan pria yang sedang serius mengemudi di sebelahnya itu, tapi tetap saja ia harus menerima tawaran tersebut karena orang tuanya yang juga tidak kalah bersikerasnya memaksa Arisa untuk ikut dengan Daniel. Alhasil berakhir lah dia di dalam mobil ini."Ngapain ke rumah?" Tanya Daniel yang mencoba membuka obrolan. Dia juga masih belum mendapatkan jawaban kenapa gadis itu bisa berada di rumahnya di waktu jam istirahat kerja."Gak sengaja ketemu Dante di jalan tadi." Jawab Arisa seadanya."Kamu kenal Dante?" Tanya Daniel lagi."Iya." Lagi-lagi Arisa hanya menjawab seadanya. Entah kenapa ia malas untuk berkomunikasi dengan pria di sebelahnya itu."Dimana?" Tanya Daniel lagi
Daniel sudah membawa mobilnya keluar dari area parkiran rumahnya. Di sampingnya ada Arisa yang duduk dengan tenang dengan pandangan mengarah keluar jendela di sampingnya.Gadis itu menghela nafasnya pelan. Padahal dirinya sudah bersikeras menolak ajakan pria yang sedang serius mengemudi di sebelahnya itu, tapi tetap saja ia harus menerima tawaran tersebut karena orang tuanya yang juga tidak kalah bersikerasnya memaksa Arisa untuk ikut dengan Daniel. Alhasil berakhir lah dia di dalam mobil ini."Ngapain ke rumah?" Tanya Daniel yang mencoba membuka obrolan. Dia juga masih belum mendapatkan jawaban kenapa gadis itu bisa berada di rumahnya di waktu jam istirahat kerja."Gak sengaja ketemu Dante di jalan tadi." Jawab Arisa seadanya."Kamu kenal Dante?" Tanya Daniel lagi."Iya." Lagi-lagi Arisa hanya menjawab seadanya. Entah kenapa ia malas untuk berkomunikasi dengan pria di sebelahnya itu."Dimana?" Tanya Daniel lagi
Daniel sudah membawa mobilnya keluar dari area parkiran rumahnya. Di sampingnya ada Arisa yang duduk dengan tenang dengan pandangan mengarah keluar jendela di sampingnya.Gadis itu menghela nafasnya pelan. Padahal dirinya sudah bersikeras menolak ajakan pria yang sedang serius mengemudi di sebelahnya itu, tapi tetap saja ia harus menerima tawaran tersebut karena orang tuanya yang juga tidak kalah bersikerasnya memaksa Arisa untuk ikut dengan Daniel. Alhasil berakhir lah dia di dalam mobil ini."Ngapain ke rumah?" Tanya Daniel yang mencoba membuka obrolan. Dia juga masih belum mendapatkan jawaban kenapa gadis itu bisa berada di rumahnya di waktu jam istirahat kerja."Gak sengaja ketemu Dante di jalan tadi." Jawab Arisa seadanya."Kamu kenal Dante?" Tanya Daniel lagi."Iya." Lagi-lagi Arisa hanya menjawab seadanya. Entah kenapa ia malas untuk berkomunikasi dengan pria di sebelahnya itu."Dimana?" Tanya Daniel lagi
Mobil Daniel memasuki area parkiran pembesuk dan segera memarkirkan kendaraannya di parkiran yang kosong. Hari ini ia tidak memarkirkan kendaraannya di bagian pegawai karena sekarang dirinya tidak sedang bertugas. Ia melihat sekitar dan seperti biasa, rumah sakit tempatnya bekerja selalu penuh oleh pengunjung entah itu yang hanya ingn menjenguk pasien yang sakit, sekedar mengambil resep dokter, atau konsultasi dengan dokter pribadinya. "Turun?" Tawar Daniel setelah mematikan mesin mobil dan membuka central locknya. Arisa yang sempat melamun segera tersadar dengan suara Daniel. "Ah? Oh, kayaknya gak usah deh. Aku nunggu di mobil aja." Tolak Arisa. Lagipula apa yang akan dia lakukan kalau dirinya ikut dengan Daniel. "Ikut aja. Gak lama, kok." Tawar Daniel lagi setelah melepas kuncinya. Mau tidak mau Arisa harus mengiyakan tawaran pria tersebut karena kunci mobil sudah ada di genggamannya dan juga pria itu sudah memilih untuk turun lebih dulu. Sela
Daniel dan Arisa sudah kembali ke mobil sejak 5 menit yang lalu. Namun sejak itu keduanya tidak ada yang melakukan apapun. Daniel bahkan hanya duduk di kursi pengemudi tanpa berniat untuk menyalakan mobil. Dan Arisa juga sepertinya enggan bertanya alasan Daniel belum menyalakan mobilnya. Ia lebih memilih untuk diam dan sibuk dengan pikiran-pikiran yang bermunculan di kepalanya. Sementara Daniel tampak bingung dengan reaksi Arisa yang kembali menjadi cuek. Seolah kembali mencoba membuat jarak diantara mereka."Ri....""Kalau udah selesai kamu bisa jalan sekarang. Aku kayaknya gak enak badan." Ucap Arisa berbeda sepersekian detik dengan Daniel. Gadis itu bahkan tidak berbalik menatapnya saat berbicara dan lebih memilih fokus dengan apa yang ada di hadapannya.Mulut Daniel seketika tertutup rapat. Semua yang baru saja ingin ia katakan dan jelaskan pada Arisa terhenti tepat saat Arisa bersuara. Membuatnya memilih mengurungkan niatnya dan mengikuti ucapan gadis
"Kayaknya aku nyesel sudah mengabaikan pernyataan kamu yang dulu." Daniel bersuara sambil menatap lembut tepat dimata Arisa. Seolah memberitahu kalau yang ia katakan barusan adalah benar. Dan pernyataan Daniel membuat Arisa mengerjap. Otaknya masih berusaha mencerna setiap kata yang baru saja di katakan Daniel. Ia menatap mata pria dihadapannya itu, mencari kebohongan yang mungkin saja tersembunyi di dalam mata tersebut. Namun ia hanya mendapat sorot mata lembut dan penuh kejujuran. "Ka..." "Tenang aja. Aku gak niat buat ngerebut kamu kok." Jelas Daniel dengan kegugupan yang tiba-tiba memenuhi dirinya. Padahal sebelumnya ia merasa sangat percaya diri untuk mengatakan isi hatinya. Pria itu lalu menjauhkan tangannya dari kepala Arisa dan mengalihkan pandangannya kearah lain. "cuma kayaknya aku harus ngomong jujur sama kamu. Tapi tenang aja, aku benar-benar gak ada maksud untuk nikung bos kamu. Apalagi kayaknya kamu udah suka sama bos kamu. Iya kan?"
Arisa berdiri di pinggir jalan depan gedung kantornya. Menunggu ojek online yang baru saja ia pesan untuk kembali ke rumahnya sambil memperhatikan lalu lalang kendaraan di depannya. Sesekali satu dua mobil berjalan perlahan karena pengendara motor yang ugal-ugalan. Gadis itu lalu melirik ke atas kepalanya sambil tersenyum. Untung ada pohon jadi setidaknya dia bisa berteduh dari panas matahari sore yang kadang sangat menyengat dikulit kalau terkena cahayanya.Sore ini dirinya terpaksa harus pulang sendirian karena Nicky masih ada kerjaan di luar dan tidak membutuhkan bantuannya.Baru saja dirinya ingin mengambil earphone di dalam tasnya, sebuah klakson motor mengalihkan perhatiannya."Ibu Arisa?" Tanya pengendara motor yang menggunakan helm dan jaket hijau tersebut.Arisa buru-buru menutup tasnya dan berjalan mendekati pengendara tersebut. "Iya Pak." Serunya sambil meraih helm yang baru saja disodorkan oleh pria tersebut. Dan tanpa pikir