Tidak terasa sudah 3 bulan sejak Nicky dan Arisa menjalin hubungan dan selama itu pula masih belum ada yang mengetahui hubungan mereka di kantor kecuali Maya. Arisa selalu berusaha bersikap biasa saja di depan Nicky saat mereka sedang rapat agar tidak ada yang menyadari tentang hubungannya dengan Nicky. Walaupun mungkin saja tidak akan ada yang peduli kalau karyawan di perusahaan tersebut jadi tau hubungan mereka. Tapi Arisa selalu menganggap kalau urusan pribadinya tidak perlu di ketahui oleh orang banyak. Termasuk tentang hubungannya dengan Nicky.
Dan dirinya juga menyadari, selama 3 bulan ini Daniel betul-betul menghilang dari kehidupannya setelah meninggalkan pernyataan yang sempat membuat Arisa hampir goyah. Tapi iapun memutuskan untuk tidak terlalu peduli karena dirinya tidak merasa rugi. Dan itu berkat Nicky.
Saat ini di kantor sedang mengadakan acara untuk merayakan hari jadi perusahaan itu yang ke-5. Jadi sejak beberapa hari yang lalu semua karyawan suda
Arisa memandangi punggung Nicky yang sedang berjalan didepannya. Acara di kantornya telah berakhir sejam yang lalu, dan gilirannya untuk pulang lebih akhir bersama dengan Maya yang sibuk menyusun susunan rapat yang akan dilakukan Nicky 2 hari kedepan. Tapi, wanita itu sudah pulang 10 menit yang lalu dan berakhirlah Nicky dan Arisa yang pulang belakangan. Sejak mendengar percakapan Nicky dan tamunya yang bersama Maria itu, Arisa terus kepikiran. Bahkan saat akan saling tukar hadiah, Arisa sempat melamun karena tidak bisa mengabaikan rasa penasarannya tentang hubungan Nicky dengan Maria. Dan sampai mereka pulang saat ini, Arisa belum juga mempertanyakan rasa penasarannya. Tanpa terasa mereka sudah tiba diparkiran mobil dengan keadaan yang hanya saling diam. Membuat Arisa sedikit merasa canggung. "Kamu sakit? Kok diem mulu dari tadi?" Tanya Nicky menyadari keanehan dari sikap Arisa. Arisa yang semula hanya memperhatikan jalan, segera be
Arisa baru selesai membersihkan diri dan wajahnya. Ingatannya kembali pada saat di mobil beberapa jam yang lalu. Lagi-lagi dirinya hampir kelepasan. Walau sebenarnya bisa saja Nicky memaksanya untuk melakukan yang sempat dirinya bayangkan akan terjadi. Beruntung dia segera sadar dan kembali menghindar.Tapi ia sedikit penasaran, apakah mereka benar akan melakukan hal 'itu' di dalam mobil kalau dirinya tidak menolak? Gadis itu memejamkan mata, mengutuk dirinya yang terlalu bodoh.Baru saja ia akan beristirahat ketika dering ponselnya menginterupsi kegiatannya. Ia segera meraih barang yang sedang ia isi daya tersebut, melepaskan sambungan kabelnya dan segera menempelkannya di telinga kiri setelah menekan layar hijau pada ponselnya."Halo?" Tanyanya pelan pada si penelpon yang belum ia ketahui namanya tersebut karena layarnya hanya menampilkan nomor baru yang tidak ia kenali."Ris, gue Dante." Sahut disebelah dengan nada ceria. Membuat Aris
Setelah acara makan siang dan makan-makan lainnya, semuanya kembali sibuk dengan diri mereka masing-masing. Dan Arisa juga memutuskan untuk menepi ke ruang tamu setelah dirinya membantu pama Daniel cuci piring.Ia belum ingin pulang karena merasa tidak enak. Masa sudah di undang makan langsung pulang. Itu bukan etika yang baik dalam bertamu. Apalagi dirinya tidak punya janji apapun dengan siapapun. Nicky? Dia cuma mengatakan ada urusan penting di rumah seseorang tanpa memberitahukan nama. Walaupun bisa saja dia mengatakan nama Dante, tapi entah kenapa dirinya lebih memilih tidak mengatakannya. Toh Nicky juga tidak bertanya lebih jauh.Ketika dirinya berniat memainkan ponselnya, kursi disebelahnya bergerak, membuatnya segera berbalik dan mendapati Daniel yang sudah duduk di sebelahnya dengan 2 gelas minuman dingin yang baru saja ia letakkan di atas meja."Makasih." Hanya itu yang bisa diucapkan Arisa. Entah kenapa, tidak bertemu dengan Daniel selama 2
Sudah seminggu lebih sejak ulang tahun perusahaan Nicky dan pria itu tampak sibuk dengan pekerjaannya. Semenjak perayaan hari jadi ke 5 perusahaannya, beberapa orang dari perusahaan lain menghubunginya untuk membangun relasi atau sekedar membeli saham perusahaan tersebut karena banyaknya informasi yang muncul tentang baiknya kinerja perusahaan yang bekerja di bidang distribusi makanan tersebut. Banyak juga yang mulai berlomba-lomba untuk menjadi reseller perusahaan tersebut.Dan semenjak kejadian tersebut, dirinya jadi lebih jarang bertemu dengan Arisa. Beberapa kali dirinya harus menemui tamu yang ingin membahas soal kerjasama antar perusahaan. Dan tentu saja tidak bisa ia tolak karena hal itu menyangkut masa depan perusahaannya. Dan Arisa hanya muncul saat dia harus membawakan minuman untuk tamunya.Kali ini Nicky sedang duduk di dalam kantornya dengan seorang pria yang sibuk membaca berkas kerjasama mereka."Sepertinya ada beberapa poi
Daniel sudah kembali menjalankan mobilnya setelah mengambil sample obat di tempat yang ia maksud. Tidak begitu lama karena Arisa tidak perlu ikut turun kali ini. Daniel benar-benar hanya turun untuk mengambil sample obat dan segera kembali ke mobil setelah mendapatkan barang tersebut.Pria itu kini membawa mobilnya memasuki area jalan raya yang cukup padat kendaraan. Sementara Arisa menyibukkan dirinya dengan bermain diponselnya. Tidak memedulikan Daniel yang juga termakan pada fokusnya ke jalan raya.Tidak ada yang bersuara selama 5 menit terakhir kecuali suara dari radio yang di setel, membuat Arisa gemas sendiri. "Habis ini kamu mau kemana?" Tanya Arisa berusaha tidak terdengar kepo."Kamu maunya kemana?" Tanya Daniel balik."Kok malah nanya aku?""Ya iya, kamu maunya kemana? Mumpung kita masih diluar." Tawar Daniel lagi membuat Arisa berfikir sejenak."Aku belum kepikiran mau kemana sih. Oh, kamu sempet gak kalau
Suara ketukan pintu rumah Arisa membuat gadis itu buru-buru keluar setelah dirinya baru saja selesai mandi. Ia bahkan belum sempat memakai baju dan hanya mengenakan handuk yang menutupi bagian badannya.Saat membuka pintu, dirinya terkejut saat melihat Nicky yang sudah berdiri dengan senyuman yang tidak bisa Arisa tebak."Loh, Nick. Ngapain kesini?" Tanya Arisa bingung dan sedikit gugup.Mendapat pemandangan asing dihadapannya membuat Nicky hanya bisa menatap Arisa tanpa berkedip."Nick!" Panggil Arisa saat mendapati Nicky yang tidak bergeming dihadapannya. Membuat dirinya semakin gugup."Ah, ooh. Gak. Aku cuma kangen sama kamu." Jelas Nicky dengan suara yang terdengar rendah dan serak ditelinga Arisa."Kalau gitu bentar ya. Saya pakai baju dulu." Kata gadis itu dan langsung meninggalkan Nicky yang tanpa ia sadari sudah mengikuti dirinya setelah menutup pintu rumah gadis tersebut."Ris!" Panggilan Nicky membuat
Sudah seminggu lebih Arisa memutuskan tidak masuk kerja. Bayangan kejadian yang ia alami terakhir kali dengan Nicky masih membekas dikepalanya. Rasa takut dan benci muncul bersamaan saat mengingat wajah Nicky yang dengan seenaknya mempermainkannya. Meskipun tidak sempat bermain lebih jauh, tapi Arisa ingin menangis kalau mengingat kejadian itu.Maya sudah menghubunginya untuk menanyakan kehadirannya beberapa hari yang lalu. Tapi Arisa hanya beralasan kalau dirinya ada urusan mendadak dan tidak sempat mengabari orang dikantornya karena ponselnya tertinggal. Ia tidak mungkin mengatakan kalau bosnya baru saja berbuat cabul pada dirinya. Maya pasti tidak percaya padanya apalagi gadis itu baru bekerja disana.Beruntung Daniel berbaik hati mendatanginya setiap hari meskipun pria itu sedang sibuk. Karena kalau bukan karena Daniel, mungkin saat ini ia sudah tidak dibumi karena memilih jalan pintas dengan bunuh diri."Kamu butuh ke psikiater, gak?" Tanya Daniel beberapa
Kini Daniel dan Arisa berakhir diatas ranjang dikamar gadis itu. Keduanya bahkan sudah sama-sama polos tanpa balutan kain yang menutupi tubuh mereka. Daniel yang berada diatas tubuh Arisa tampak fokus memainkan kedua bagian tubuh menonjol Arisa dengan bibirnya. Sesekali menyesap benda tersebut membuat sang empunya hanya bisa menggeliat karena sensasi aneh baru ia rasakan. Salah satu tangannya tidak ia biarkan menganggur karena saat ini ia sudah memainkan bagian bawah Arisa dengan jarinya. Memainkan jarinya didalam sana dan membuat Arisa merasakan sebuah gelombang yang membuatnya meledakkan sesuatu didalam sana. Daniel mengecup perut Arisa lalu kemudian mensejajarkan tubuhnya hingga kedua pasang mata mereka akhirnya bertemu. Raut wajah Arisa yang tampak pasrah menikmati perlakuan Daniel membuat pria itu tersenyum. Lalu sebelah tangannya menuntun miliknya untuk bertemu dengan milik Arisa dan memainkan benda itu sebelum memasukkannya. Seketika perasaan takut dan gugup memenuhi dirinya