Share

QI ABADI : Kebangkitan Wu Xuan
QI ABADI : Kebangkitan Wu Xuan
Penulis: Just B

Bab 1: Yang Dilecehkan

Penulis: Just B
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-20 18:00:35

Embun pagi masih menggantung di dedaunan saat suara pukulan keras menggema di pelataran latihan Sekte Langit Timur. Wu Xuan terhempas ke tanah berbatu, napasnya tertahan, dadanya terasa seperti dihantam batu besar. Di sekelilingnya, beberapa murid tertawa puas.

“Qi Dasar saja tidak bisa kau kuasai? Untuk apa kau di sini, Wu Xuan?” ejek seorang pemuda kekar bersenjata tombak pendek, mengenakan jubah murid inti berwarna perak. Ia adalah Liang Chen, murid inti dengan Tingkat Kultivasi: Alam Qi Murni – Tahap 3.

Liang Chen menghampiri dengan langkah santai, lalu menatap Wu Xuan dengan sinis. “Tubuhmu lemah, meridianmu rusak. Bahkan murid luar biasa bisa menyalurkan Qi lebih baik darimu. Pergi saja. Sekte ini bukan tempat bagi kutukan sepertimu.”

Wu Xuan menatap tanah. Tangannya bergetar, bukan karena takut, tapi karena amarah yang mendidih diam-diam. Rasa malu membakar dadanya, namun di dasar hatinya, ada sesuatu yang lebih kuat—tekad untuk tak menyerah.

Sekte Langit Timur adalah salah satu dari lima sekte besar di Wilayah Timur Benua Lingxuan, tempat para pendekar dan alkemis muda berlatih untuk mencapai keabadian melalui sembilan tingkat kultivasi:

1. Alam Dasar Qi

2. Alam Qi Murni

3. Alam Inti Roh

4. Alam Jiwa Langit

5. Alam Roh Dewa

6. Alam Bintang Abadi

7. Alam Surya Abadi

8. Alam Nirwana Agung

9. Alam Keabadian Sejati

Namun Wu Xuan, yang kini hampir berusia 16 tahun, bahkan belum mencapai Alam Dasar Qi – Tahap 1. Tubuhnya disebut memiliki "meridian mati" — jalur energi yang tidak bisa menyalurkan Qi seperti manusia normal.

Tak hanya dalam kultivasi, Wu Xuan juga tak pernah diizinkan mempelajari seni alkimia. Karena tidak bisa mengalirkan Qi, ia tidak diperbolehkan mendekati ruang api sekte maupun tungku alkimia.

Sistem alkemis sendiri dibagi dalam lima tingkat utama:

* Perunggu: Pemula – Mahir

* Perak: Pemula – Mahir

* Emas: Pemula – Mahir

* Kristal: Pemula – Mahir

* Naga Suci (tingkat legenda)

Wu Xuan bahkan tidak pernah lulus uji Alkemis Perunggu karena gagal mengaktifkan Qi dasar untuk menyalakan api tungku.

Namun ia tak pernah menyerah.

Ia tinggal di kamar kecil di belakang perpustakaan sekte, dirawat oleh satu-satunya orang yang tak pernah memandangnya hina — Mo Lao, penjaga perpustakaan yang buta tapi bijak. Mo Lao adalah mantan alkemis tingkat Perak – Mahir, kini pensiun setelah cedera di medan perang.

Di malam-malam sunyi, Wu Xuan kerap mendengarkan petuah Mo Lao.

“Yang paling kuat bukanlah yang paling cepat mencapai Alam Jiwa Langit, Xuan’er,” ujar Mo Lao pelan, “tetapi yang tidak pernah berhenti berjalan, meski tubuhnya luka dan jalannya gelap.”

Hari itu, usai sesi latihan, Wu Xuan tidak langsung pulang ke kamarnya. Ia berjalan sendirian menuju wilayah terlarang yang terletak di belakang sekte — Lembah Kabut Mati.

Kabut ungu kehitaman melayang-layang di sana. Wilayah ini telah lama dilarang karena mengandung Qi rusak yang tidak dapat diproses oleh manusia biasa. Namun, entah mengapa, Wu Xuan selalu merasa nyaman di sana. Bahkan luka-lukanya sembuh lebih cepat jika ia bermeditasi di lembah itu.

Ia duduk bersila di atas batu datar, menatap kabut yang bergulung pelan. Tangannya gemetar saat membentuk segel kultivasi dasar. Ia tahu, tidak masuk akal mencoba membentuk aliran Qi dengan meridian yang rusak. Tapi ia tak peduli.

“Aku akan memaksa jalan jika jalan itu tidak dibuka untukku,” gumamnya.

Namun tiba-tiba, bumi di bawahnya bergetar. Dari celah batu tua yang tertutup lumut, muncul cahaya keemasan yang redup.

Penasaran, Wu Xuan menggali dengan tangannya hingga menemukan benda keras — sebuah jimat hitam legam, berbentuk bulat lonjong seperti mata naga, dengan pola ukiran naga dan huruf kuno yang tak dikenalnya.

Begitu jimat itu disentuh, hawa di sekitar berubah. Kabut tersedot masuk ke dalam tubuh Wu Xuan, dan Qi aneh menyerbu meridiannya. Panas dan dingin bertabrakan dalam tubuhnya, seperti badai yang membelah isi dirinya dari dalam.

"Aaaaagh!"

Tubuhnya melengkung, napas tercekat. Tapi sesuatu dalam dirinya… menyatu. Meridian yang tadinya mati, kini berdenyut perlahan. Untuk pertama kalinya dalam hidupnya, Qi mengalir—bukan Qi biasa, melainkan Qi Kuno dengan warna ungu kehitaman.

Di tengah rasa sakit itu, sebuah suara menggema di dalam kesadarannya.

“Pewaris… akhirnya kau datang…”

Kesadarannya memudar. Dunia perlahan menghitam.

Malam itu, tubuh Wu Xuan terbaring diam di tengah kabut. Tapi untuk pertama kalinya, dalam sejarah kultivasi yang panjang dan berdarah, sebuah warisan kuno yang telah lama hilang… kembali berdenyut.

Dan dari seorang murid yang dianggap hina, akan lahir api yang kelak membakar langit.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Sabam Silalahi
cerita pun dimulai.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • QI ABADI : Kebangkitan Wu Xuan   BAB 145 — INTI KETIGA YANG TERBANGUN

    Suara dunia kembali pelan-pelan mengalir… seakan Dimensi Asal baru saja terjaga dari pingsan panjang. Cahaya putih dari titik kecil—Inti Ketiga—memanjang perlahan, melukis garis-garis tipis yang merambat di udara. Dan setiap garis itu seakan memerintahkan dunia untuk diam dan kembali rapi. Tapi ketenangan itu hanya bertahan setengah detik. Karena Ran Zhu mengamuk. “BUANG CAHAYA ITU DARI DUNIA INIIII!!!” Seluruh tubuhnya memanjang, berdenyut seperti sebuah kristal hidup yang retak di setiap sudutnya. Enam lingkaran hitam yang sebelumnya stabil kini berputar tak terkendali, menggerus udara hingga muncul spiral-spiral kecil yang menelan dinding dimensi. Wu Yao hanya sempat mengangkat lengan sebelum gelombang sintetis Ran Zhu menghantamnya. BOOOMMM!! Tubuh Wu Yao terpental ratusan meter, menghantam pilar energi yang pecah berantakan. Napasnya memburu. Dadanya terasa seperti dihantam besi cair. Tapi ia sadar satu hal: Ran Zhu panik. Dia takut. Karena dunia tidak memilihnya. Wu Y

  • QI ABADI : Kebangkitan Wu Xuan   BAB 144 — PUSAT INTI DIMENSI, DI MANA TAKDIR DILAHIRKAN

    Kabut hitam yang menggulung dari dasar Dimensi Asal terasa seperti lautan jiwa yang meratap—panas, berat, dan penuh bisikan-bisikan aneh yang menusuk telinga Wu Yao ketika ia menerobos masuk. Setiap langkahnya menimbulkan riak cahaya keperakan dari Qi Tanpa Bentuk yang berlapis-lapis mengitari tubuhnya, menjaga agar aura Ran Zhu tidak menyusup ke dalam meridian. Satu langkah… Dua langkah… Sampai akhirnya ia tiba di sebuah jalur panjang yang seolah terbuat dari retakan cahaya. Jalur itu membelah dimensi seperti parit melintang yang memaksa ruang bertekuk. Energinya menggema, mengancam memutus jiwa siapa pun yang tak berhak melintasinya. Di ujung jalur itulah Ran Zhu berdiri. Atau… sesuatu yang dulunya adalah Ran Zhu. Makhluk itu kini memancarkan cahaya biru pekat yang berdenyut seperti jantung kedua dunia. Tubuhnya memanjang, berlapis-lapis segmen energi sintetis yang berganti-ganti antara wujud manusia dan sesuatu yang lebih asing. Di belakangnya, enam lingkaran hitam berputar—i

  • QI ABADI : Kebangkitan Wu Xuan   BAB 143 — JEJAK TERAKHIR DI BALIK TIRAI KEABADIAN

    Angin Qi yang tercemar sisa darah iblis mengalir pelan di antara tebing retak Dimensi Asal, membawa aroma yang pahit dan dingin seperti besi tua yang terendam air malam. Wu Yao berdiri mematung di puncak reruntuhan altar hitam, tubuhnya setengah terbungkus lapisan cahaya tipis dari Qi Tanpa Bentuk yang belum sepenuhnya stabil setelah pertarungan brutal di bab sebelumnya. Di kejauhan, suara dentuman bergulung dari balik kabut—dalam rentang sekejap, kabut itu terbelah oleh tombak energi yang memancar lurus ke langit. “Ran Zhu… kau benar-benar belum selesai menghancurkan dunia ini.” Wu Yao bergumam pelan, napasnya berat. Luka-luka kecil di sepanjang lengannya membentuk alur merah tua, dan meskipun energinya besar, ada getaran halus yang menandakan kekuatan jiwanya masih goyah. Tubuhnya nyaris roboh beberapa kali sejak runtuhnya Gerbang Spiral Qi di bab 142, tetapi kehendaknya menolak menyerah. Di bawah sana, tanah retak seperti jaring laba-laba hitam raksasa, membentang hingga ke hor

  • QI ABADI : Kebangkitan Wu Xuan   BAB 142 — NAFAS TERAKHIR ARSITEK AWAL

    Rongga Keheningan berubah wujud menjadi pusaran gelap raksasa, seperti lubang luka di tengah dunia. Cahaya merah dari Inti Distorsi memercik liar, membuat dimensi Spiral Qi tampak seperti kain tipis yang siap robek kapan saja. Suara gemuruh tanpa arah mengguncang landasan energi tempat Wu Yao berdiri, sementara di kejauhan Yue Shan, Kai Luan, dan Arielle masih berusaha menstabilkan pijakan mereka. Wu Yao menatap lurus ke arah Arsitek Awal, yang kini memasuki wujud ketiga—lebih padat, lebih menyerupai manifes rencana, dengan garis-garis berlapis seperti diagram hidup. Di setiap lapisan tubuhnya, simbol bercahaya muncul dan hilang, seolah ia terus menulis ulang eksistensinya sendiri. Tapi untuk pertama kalinya… ia terlihat menghadapi hambatan. Rantai Qi Tanpa Bentuk yang diciptakan Wu Yao tak lagi “menembus” tubuh Arsitek Awal seperti sebelumnya. Kali ini, rantai itu menggenggam—mencengkeram, memberi wujud pada sesuatu yang seharusnya tak tersentuh. Arsitek Awal menatapnya dengan ke

  • QI ABADI : Kebangkitan Wu Xuan   BAB 141 — Arsitek Awal Menatap Turunnya Cahaya

    Gerbang Cahaya berdenyut seperti mata raksasa yang baru terbangun dari tidur puluhan ribu tahun. Cahaya keemasan menyembur keluar, namun ada aura asing yang menyelip di sela-sela sinarnya—sebuah getaran dingin yang tidak berasal dari warisan Wu Xuan, bukan juga dari Bayangan Tanpa Nama. Ran Zhu menelan ludah. “Ini… bukan aura Wu Xuan.” Elder Qian Rong mundur beberapa langkah begitu mendeteksi denyut berikutnya. “Tidak. Ini jauh lebih tua.” Wu Yao tidak berhenti. Meski wajahnya tampak serius, langkahnya tetap mantap memasuki aliran cahaya. Pedang Tanpa Bentuk tergenggam ringan di tangan kanannya, seperti sinar paling bersih dalam dunia yang sedang berubah. Ketika telapak kakinya menyentuh permukaan cahaya itu— Dunia membeku. Semua suara hilang. Semua gerakan terhenti. Semua napas berhenti di tengah udara. Hanya Wu Yao yang tetap bisa bergerak. Dan di hadapannya, seakan terlahir dari kedalaman cahaya itu, muncul sebuah siluet tinggi—tegak, penuh wibawa, dan benar-benar asing

  • QI ABADI : Kebangkitan Wu Xuan   BAB 140 — Pertarungan yang Mengguncang Gerbang Cahaya

    Cahaya dari Gerbang Cahaya—yang sejak tadi berputar bagai roda takdir—mulai meluas seakan menyambut kebangkitan seseorang yang seharusnya sudah hilang dari permukaan dunia. Sinar-sinar putih keemasan merambat ke dinding-dinding spiral, melewati retakan dimensi, mengisi celah-celah yang tadinya dipenuhi kehampaan. Wu Yao berdiri tegak, napasnya masih memburu, tapi aura yang memancar dari tubuhnya bukan lagi aura seorang pemuda yang baru sukses menembus alam tinggi. Kini, ia adalah sebuah pusat gravitasi bagi Qi Tanpa Bentuk. Bayangan Tanpa Nama, meski tanpa wajah, tampak “mengerut”—seolah bentuknya tengah merespons ancaman. Ran Zhu, yang berhasil kembali bangkit sambil menahan sakit di dada, mengamati keduanya dengan mata yang mulai kehilangan sinisnya. “Jadi dia benar-benar… mewarisi warisan itu.” Elder Jian Mu menelan ludah. “Warisan Wu Xuan. Yang seharusnya tidak pernah bangkit di generasi ini.” Elder Qian Rong mengangguk gemetar. “Dunia akan berubah… jika dia menang.” Dan dun

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status