Home / Fantasi / QI ABADI : Kebangkitan Wu Xuan / Bab 2: Api yang Terbangun

Share

Bab 2: Api yang Terbangun

Author: Just B
last update Last Updated: 2025-06-20 18:02:38

Pagi menyapa Lembah Kabut Mati dengan kabut ungu yang mulai menipis. Burung-burung tak bernyanyi, dan udara seolah menahan napas.

Di tengah batu besar yang dikelilingi rumput liar, Wu Xuan membuka matanya perlahan. Dunia terlihat lebih tajam—warna dedaunan lebih hidup, suara desir angin lebih jelas, dan yang terpenting, tubuhnya terasa hangat… untuk pertama kalinya.

Ia duduk perlahan, merasakan aliran energi yang lembut namun dalam dari dalam dadanya. Qi ungu kehitaman mengalir dari meridian yang dulu mati.

“Ini… Qi?” gumamnya, hampir tak percaya.

Tingkat Kultivasi: Alam Dasar Qi – Tahap 1 (baru terbentuk)

Tangannya membentuk segel kultivasi dasar, dan aura ungu redup muncul di telapak tangannya. Qi itu terasa berbeda—dingin dan panas bergantian, seperti dua kutub kekuatan purba yang saling berdamai.

Tubuhnya yang semula penuh luka kini tampak segar, meridian yang tadinya kaku kini terasa hidup, dan pikirannya terasa lebih jernih.

Namun di balik semua itu, Wu Xuan tahu—ini bukanlah Qi biasa. Qi yang mengalir di dalam tubuhnya membawa “suara”. Bukan suara nyata, melainkan kesan, kehendak, sesuatu yang ia tidak bisa jelaskan sepenuhnya.

Ia menatap jimat naga hitam yang kini tergantung di lehernya dengan tali sutra kasar.

“Jimat ini… bukan benda biasa. Ini bukan artefak tingkat rendah. Ini seperti… hidup.”

Dengan cepat ia menyembunyikan jimat itu di balik pakaian dan bangkit dari tempatnya.

"Aku harus bicara dengan Mo Lao."

⋆⋆⋆

Sementara itu, di Aula Formasi Utama Sekte Langit Timur, seorang pria tua dengan jubah hijau membentangkan gulungan formasi. Ia adalah Han Yu, Tetua Keempat (Tingkat Kultivasi: Alam Jiwa Langit – Tahap 5), ahli deteksi Qi dan pengamat medan spiritual.

Ia terdiam lama menatap layar batu.

“Gelombang Qi purba… dari arah Lembah Kabut Mati. Tidak mungkin...”

Han Yu menggenggam liontin kristal dan mengirim transmisi suara ke para tetua.

“Temui aku di ruang pertemuan dalam dua jam. Sesuatu telah bangkit.”

⋆⋆⋆

Wu Xuan berlari melintasi halaman belakang menuju perpustakaan tua. Di dalam, Mo Lao duduk bersila di balik meja rendah, mengatur ulang kitab-kitab tua.

“Lao Shi,” kata Wu Xuan setengah terengah. “Tubuhku… berubah. Aku menemukan jimat ini.” Ia mengeluarkan jimat naga hitam.

Mo Lao mengangkat kepalanya, seolah dapat “melihat” energi dari benda itu meski matanya buta. Wajahnya berubah serius.

“Akhirnya… kau menemukannya.”

Wu Xuan menegang. “Apa maksudmu?”

Mo Lao berdiri perlahan dan menyentuh jimat itu. “Ini adalah Warisan Dewa Qi Abadi, peninggalan dari zaman sebelum sejarah dicatat. Jiwa naga suci terikat pada benda ini. Ia menunggu pewaris—seseorang yang bisa menampung Qi Kuno dalam tubuhnya.”

“Tapi tubuhku rusak. Meridianku mati.”

“Justru itu,” kata Mo Lao lirih. “Tubuh manusia biasa akan hancur jika bersentuhan langsung dengan Qi Kuno. Tapi kau… dilahirkan kosong, tanpa dinding, tanpa perlawanan. Karena itu, kau satu-satunya yang bisa menampung kehendaknya.”

Wu Xuan diam sejenak, lalu menatap gurunya dengan mata serius. “Apa maksudnya aku… Pewaris?”

Mo Lao menghela napas.

“Klan Iblis pernah mencoba mencuri jimat ini seribu tahun lalu. Tapi para tetua lama menyegelnya di Lembah Kabut Mati. Aku adalah satu dari lima penjaga terakhir yang tahu letaknya.”

Ia melangkah menuju rak paling dalam dan menarik sebuah kitab tipis bersampul kulit ungu tua. Di sampulnya terukir simbol naga melingkar.

“Kitab Warisan Qi Abadi. Jika kau sungguh Pewarisnya, kau harus mulai memahami jalan ini.”

Wu Xuan menerima kitab itu dengan dua tangan.

⋆⋆⋆

Malam itu, di ruang pertemuan rahasia Sekte Langit Timur, para tetua berkumpul.

“Gelombang Qi Kuno jelas berasal dari Lembah Kabut Mati,” kata Han Yu.

Tetua Bai Zhong (Tingkat Kultivasi: Alam Jiwa Langit – Tahap 9) diam sejenak. “Kita tak bisa gegabah. Jangan membuat publikasi. Kita awasi saja secara rahasia.”

Nyonya Feng (Tingkat Kultivasi: Alam Inti Roh – Tahap 9) menambahkan, “Kalau Klan Iblis tahu, mereka akan bergerak lebih cepat dari yang kita perkirakan.”

Bai Zhong menoleh. “Siapkan formasi pengawasan. Dan… periksa semua murid yang pernah terlihat dekat lembah itu.”

⋆⋆⋆

Di kamar kecilnya, Wu Xuan duduk bersila. Ia membuka Kitab Warisan dan mulai membaca simbol-simbol kuno. Anehnya, simbol-simbol itu terlihat jelas di matanya, seolah ia sudah pernah mempelajarinya.

Saat jimat naga di lehernya berdenyut, simbol-simbol itu bersinar dan berputar di udara. Tiga lingkaran cahaya muncul:

Pilar Jiwa Pencerah

Pilar Darah Pembersih

Pilar Naga Dalam

“Sebelum mencapai Alam Qi Murni, kau harus membangkitkan tiga pilar,” suara itu terdengar lagi di pikirannya.

Wu Xuan menggertakkan gigi, semangat menyala dalam dadanya.

“Baik. Aku akan bangkit, dan aku akan menembus langit.”

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Sabam Silalahi
cerita mulai menarik
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • QI ABADI : Kebangkitan Wu Xuan   BAB 145 — INTI KETIGA YANG TERBANGUN

    Suara dunia kembali pelan-pelan mengalir… seakan Dimensi Asal baru saja terjaga dari pingsan panjang. Cahaya putih dari titik kecil—Inti Ketiga—memanjang perlahan, melukis garis-garis tipis yang merambat di udara. Dan setiap garis itu seakan memerintahkan dunia untuk diam dan kembali rapi. Tapi ketenangan itu hanya bertahan setengah detik. Karena Ran Zhu mengamuk. “BUANG CAHAYA ITU DARI DUNIA INIIII!!!” Seluruh tubuhnya memanjang, berdenyut seperti sebuah kristal hidup yang retak di setiap sudutnya. Enam lingkaran hitam yang sebelumnya stabil kini berputar tak terkendali, menggerus udara hingga muncul spiral-spiral kecil yang menelan dinding dimensi. Wu Yao hanya sempat mengangkat lengan sebelum gelombang sintetis Ran Zhu menghantamnya. BOOOMMM!! Tubuh Wu Yao terpental ratusan meter, menghantam pilar energi yang pecah berantakan. Napasnya memburu. Dadanya terasa seperti dihantam besi cair. Tapi ia sadar satu hal: Ran Zhu panik. Dia takut. Karena dunia tidak memilihnya. Wu Y

  • QI ABADI : Kebangkitan Wu Xuan   BAB 144 — PUSAT INTI DIMENSI, DI MANA TAKDIR DILAHIRKAN

    Kabut hitam yang menggulung dari dasar Dimensi Asal terasa seperti lautan jiwa yang meratap—panas, berat, dan penuh bisikan-bisikan aneh yang menusuk telinga Wu Yao ketika ia menerobos masuk. Setiap langkahnya menimbulkan riak cahaya keperakan dari Qi Tanpa Bentuk yang berlapis-lapis mengitari tubuhnya, menjaga agar aura Ran Zhu tidak menyusup ke dalam meridian. Satu langkah… Dua langkah… Sampai akhirnya ia tiba di sebuah jalur panjang yang seolah terbuat dari retakan cahaya. Jalur itu membelah dimensi seperti parit melintang yang memaksa ruang bertekuk. Energinya menggema, mengancam memutus jiwa siapa pun yang tak berhak melintasinya. Di ujung jalur itulah Ran Zhu berdiri. Atau… sesuatu yang dulunya adalah Ran Zhu. Makhluk itu kini memancarkan cahaya biru pekat yang berdenyut seperti jantung kedua dunia. Tubuhnya memanjang, berlapis-lapis segmen energi sintetis yang berganti-ganti antara wujud manusia dan sesuatu yang lebih asing. Di belakangnya, enam lingkaran hitam berputar—i

  • QI ABADI : Kebangkitan Wu Xuan   BAB 143 — JEJAK TERAKHIR DI BALIK TIRAI KEABADIAN

    Angin Qi yang tercemar sisa darah iblis mengalir pelan di antara tebing retak Dimensi Asal, membawa aroma yang pahit dan dingin seperti besi tua yang terendam air malam. Wu Yao berdiri mematung di puncak reruntuhan altar hitam, tubuhnya setengah terbungkus lapisan cahaya tipis dari Qi Tanpa Bentuk yang belum sepenuhnya stabil setelah pertarungan brutal di bab sebelumnya. Di kejauhan, suara dentuman bergulung dari balik kabut—dalam rentang sekejap, kabut itu terbelah oleh tombak energi yang memancar lurus ke langit. “Ran Zhu… kau benar-benar belum selesai menghancurkan dunia ini.” Wu Yao bergumam pelan, napasnya berat. Luka-luka kecil di sepanjang lengannya membentuk alur merah tua, dan meskipun energinya besar, ada getaran halus yang menandakan kekuatan jiwanya masih goyah. Tubuhnya nyaris roboh beberapa kali sejak runtuhnya Gerbang Spiral Qi di bab 142, tetapi kehendaknya menolak menyerah. Di bawah sana, tanah retak seperti jaring laba-laba hitam raksasa, membentang hingga ke hor

  • QI ABADI : Kebangkitan Wu Xuan   BAB 142 — NAFAS TERAKHIR ARSITEK AWAL

    Rongga Keheningan berubah wujud menjadi pusaran gelap raksasa, seperti lubang luka di tengah dunia. Cahaya merah dari Inti Distorsi memercik liar, membuat dimensi Spiral Qi tampak seperti kain tipis yang siap robek kapan saja. Suara gemuruh tanpa arah mengguncang landasan energi tempat Wu Yao berdiri, sementara di kejauhan Yue Shan, Kai Luan, dan Arielle masih berusaha menstabilkan pijakan mereka. Wu Yao menatap lurus ke arah Arsitek Awal, yang kini memasuki wujud ketiga—lebih padat, lebih menyerupai manifes rencana, dengan garis-garis berlapis seperti diagram hidup. Di setiap lapisan tubuhnya, simbol bercahaya muncul dan hilang, seolah ia terus menulis ulang eksistensinya sendiri. Tapi untuk pertama kalinya… ia terlihat menghadapi hambatan. Rantai Qi Tanpa Bentuk yang diciptakan Wu Yao tak lagi “menembus” tubuh Arsitek Awal seperti sebelumnya. Kali ini, rantai itu menggenggam—mencengkeram, memberi wujud pada sesuatu yang seharusnya tak tersentuh. Arsitek Awal menatapnya dengan ke

  • QI ABADI : Kebangkitan Wu Xuan   BAB 141 — Arsitek Awal Menatap Turunnya Cahaya

    Gerbang Cahaya berdenyut seperti mata raksasa yang baru terbangun dari tidur puluhan ribu tahun. Cahaya keemasan menyembur keluar, namun ada aura asing yang menyelip di sela-sela sinarnya—sebuah getaran dingin yang tidak berasal dari warisan Wu Xuan, bukan juga dari Bayangan Tanpa Nama. Ran Zhu menelan ludah. “Ini… bukan aura Wu Xuan.” Elder Qian Rong mundur beberapa langkah begitu mendeteksi denyut berikutnya. “Tidak. Ini jauh lebih tua.” Wu Yao tidak berhenti. Meski wajahnya tampak serius, langkahnya tetap mantap memasuki aliran cahaya. Pedang Tanpa Bentuk tergenggam ringan di tangan kanannya, seperti sinar paling bersih dalam dunia yang sedang berubah. Ketika telapak kakinya menyentuh permukaan cahaya itu— Dunia membeku. Semua suara hilang. Semua gerakan terhenti. Semua napas berhenti di tengah udara. Hanya Wu Yao yang tetap bisa bergerak. Dan di hadapannya, seakan terlahir dari kedalaman cahaya itu, muncul sebuah siluet tinggi—tegak, penuh wibawa, dan benar-benar asing

  • QI ABADI : Kebangkitan Wu Xuan   BAB 140 — Pertarungan yang Mengguncang Gerbang Cahaya

    Cahaya dari Gerbang Cahaya—yang sejak tadi berputar bagai roda takdir—mulai meluas seakan menyambut kebangkitan seseorang yang seharusnya sudah hilang dari permukaan dunia. Sinar-sinar putih keemasan merambat ke dinding-dinding spiral, melewati retakan dimensi, mengisi celah-celah yang tadinya dipenuhi kehampaan. Wu Yao berdiri tegak, napasnya masih memburu, tapi aura yang memancar dari tubuhnya bukan lagi aura seorang pemuda yang baru sukses menembus alam tinggi. Kini, ia adalah sebuah pusat gravitasi bagi Qi Tanpa Bentuk. Bayangan Tanpa Nama, meski tanpa wajah, tampak “mengerut”—seolah bentuknya tengah merespons ancaman. Ran Zhu, yang berhasil kembali bangkit sambil menahan sakit di dada, mengamati keduanya dengan mata yang mulai kehilangan sinisnya. “Jadi dia benar-benar… mewarisi warisan itu.” Elder Jian Mu menelan ludah. “Warisan Wu Xuan. Yang seharusnya tidak pernah bangkit di generasi ini.” Elder Qian Rong mengangguk gemetar. “Dunia akan berubah… jika dia menang.” Dan dun

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status