Beranda / Fantasi / QI ABADI : Kebangkitan Wu Xuan / Bab 3: Warisan Dewa Kuno

Share

Bab 3: Warisan Dewa Kuno

Penulis: Just B
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-20 18:04:02

Langit malam menyelimuti Sekte Langit Timur dengan kabut tipis dan angin dingin yang berhembus dari pegunungan utara. Di dalam perpustakaan tua, Wu Xuan duduk bersila di hadapan Mo Lao. Di tangannya, Kitab Warisan Qi Abadi terbuka, halaman-halaman berganti dengan gerakan Qi yang halus.

Mo Lao berdiri perlahan dari kursinya. Suara tongkat kayunya mengetuk lantai kayu menciptakan gema tenang.

“Pilar Jiwa Pencerah, Pilar Darah Pembersih, dan Pilar Naga Dalam,” gumam Mo Lao. “Tiga pilar awal yang akan membentuk fondasi kultivasi unikmu sebagai Pewaris.”

Wu Xuan mengangguk perlahan. “Apa semua kultivator bisa menempuh jalur ini?”

“Tidak.” Mo Lao menggeleng pelan. “Jalur Qi Abadi hanya dapat ditempuh oleh mereka yang tubuhnya kosong dari aliran Qi biasa—mereka yang disebut sebagai ‘terkutuk’ oleh dunia.”

Ia melangkah mendekat, menepuk bahu Wu Xuan.

“Namun kutukanmu adalah berkah yang disalahpahami.”

Dalam meditasi mendalam malam itu, Wu Xuan menyalurkan Qi Kuno dari jimat naga ke meridiannya. Energi itu tidak mengalir seperti Qi biasa. Ia melingkar seperti naga, berputar dan berdesis, menghancurkan kotoran dalam tubuh Wu Xuan.

Seketika, Wu Xuan merasakan rasa sakit membakar di titik di bawah dadanya. Ia hampir berteriak, namun bertahan.

Ledakan cahaya samar menyebar dari dalam tubuhnya.

Pilar Jiwa Pencerah — Aktif

Tingkat Kultivasi: Alam Dasar Qi – Tahap 2

Dalam pikirannya, ia melihat seekor naga hitam terbang di langit kelam, dikelilingi matahari dan bulan yang terbelah dua.

“Satu pilar telah bangkit,” suara itu terdengar. “Tubuhmu kini dapat menampung tiga jenis Qi — Api Langit, Esensi Jiwa, dan Darah Kehendak. Tapi musuhmu… telah mencium aromanya.”

Sementara itu, jauh di ujung selatan Wilayah Timur, di reruntuhan kuil tua yang diliputi kabut darah, seseorang membuka mata.

Ia adalah Xie Lang (Tingkat Kultivasi: Alam Qi Murni – Tahap 8), pemburu warisan yang bekerja untuk Klan Iblis. Rambutnya panjang, matanya merah seperti bara api.

“Qi itu telah bangkit… dan dia ada di Sekte Langit Timur.”

Ia berdiri dari altar dan menatap langit malam. “Saatnya bergerak.”

Di Sekte Langit Timur, para tetua berkumpul kembali di aula dalam.

“Gelombang Qi aneh terdeteksi lagi dari arah barat lembah,” ujar Han Yu.

“Apakah kita benar-benar telah membangunkan sesuatu?” tanya Tetua Feng.

Bai Zhong mengangguk. “Jangan ragu. Kita akan awasi lembah itu. Dan kita… akan mulai melatih Wu Xuan secara pribadi.”

Keesokan harinya, Wu Xuan dipanggil ke ruang latihan tertutup milik Bai Zhong. Aula itu penuh dengan simbol formasi yang melayang di udara, masing-masing terbuat dari cahaya biru dan emas.

“Mulai sekarang, kau bukan murid luar lagi,” kata Bai Zhong (Alam Jiwa Langit – Tahap 9). “Kau akan mendapat pengajaran langsung dari tiga tetua utama.”

Wu Xuan menunduk hormat. “Terima kasih, Tetua.”

“Namun perlu kau tahu, banyak yang tidak senang.”

Dan benar saja, di halaman murid inti, Liang Chen (Alam Qi Murni – Tahap 4) mengamuk setelah mendengar kabar Wu Xuan kini mendapat perlindungan langsung dari Bai Zhong.

“Bagaimana bisa kutukan seperti dia dianggap sebagai harapan sekte?” geramnya.

Di belakangnya, seorang pemuda berambut biru mengangguk tenang. “Tenanglah, Liang Chen. Kita punya cara sendiri untuk membuatnya ‘gagal’ di Festival Gunung Xuan.”

Di ruang api bawah tanah, Mo Lao mulai memperkenalkan Wu Xuan pada dasar alkimia.

“Qi-mu unik. Ia bisa berbicara dengan tumbuhan spiritual,” kata Mo Lao sambil menunjukkan bunga Kupu Qi dan Akar Merah Tiga Tahun.

Wu Xuan menyentuh bunga itu. Qi dalam tubuhnya beresonansi. Tanaman itu bergetar ringan, mengeluarkan aroma manis yang menenangkan.

“Luar biasa…” gumam Mo Lao. “Kau bahkan belum belajar teknik dasar penyatuan esensi, tapi tumbuhan sudah merespons.”

“Kau layak memulai uji dasar Alkemis.”

Hari itu, di hadapan Hua Ranyi (Alkemis Emas – Tingkat Menengah, Kultivasi: Alam Inti Roh – Tahap 5), Wu Xuan duduk di depan tungku alkimia.

Ia diberi bahan dasar: Akar Hitam Qi, Daun Perisai, dan Cairan Giok.

“Tunjukkan padaku,” kata Hua Ranyi.

Dengan tenang, Wu Xuan menyalakan api spiritual pertamanya—menggunakan Qi Kuno sebagai bahan bakar. Api ungu kehitaman menyala halus, stabil, tidak liar.

Tangannya bergerak perlahan. Ia menggabungkan bahan satu demi satu. Esensi mereka ditarik dengan lembut, lalu dipadatkan dalam inti tungku.

Setelah dua jam penuh konsentrasi…

“Piiing!”

Tungku terbuka. Sebuah pil bundar berwarna perak muda terjatuh ke nampan logam.

Hua Ranyi terdiam. Ia mengangkat pil itu, mengamatinya dengan serius.

“Pil Pembersih Meridian—kelas tinggi. Kualitas 86/100. Untuk percobaan pertama, ini… luar biasa.”

Ia meletakkan pil itu dan menatap Wu Xuan dalam.

“Dengan ini, aku mengakui kau sebagai Alkemis Perunggu – Pemula.”

Wu Xuan menunduk. Namun di dalam dadanya, Qi-nya berputar semakin cepat. Ia merasa… jalan yang selama ini tertutup mulai membuka sedikit demi sedikit.

“Aku akan melangkah ke atas. Entah langit mengizinkan atau tidak.”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • QI ABADI : Kebangkitan Wu Xuan   BAB 145 — INTI KETIGA YANG TERBANGUN

    Suara dunia kembali pelan-pelan mengalir… seakan Dimensi Asal baru saja terjaga dari pingsan panjang. Cahaya putih dari titik kecil—Inti Ketiga—memanjang perlahan, melukis garis-garis tipis yang merambat di udara. Dan setiap garis itu seakan memerintahkan dunia untuk diam dan kembali rapi. Tapi ketenangan itu hanya bertahan setengah detik. Karena Ran Zhu mengamuk. “BUANG CAHAYA ITU DARI DUNIA INIIII!!!” Seluruh tubuhnya memanjang, berdenyut seperti sebuah kristal hidup yang retak di setiap sudutnya. Enam lingkaran hitam yang sebelumnya stabil kini berputar tak terkendali, menggerus udara hingga muncul spiral-spiral kecil yang menelan dinding dimensi. Wu Yao hanya sempat mengangkat lengan sebelum gelombang sintetis Ran Zhu menghantamnya. BOOOMMM!! Tubuh Wu Yao terpental ratusan meter, menghantam pilar energi yang pecah berantakan. Napasnya memburu. Dadanya terasa seperti dihantam besi cair. Tapi ia sadar satu hal: Ran Zhu panik. Dia takut. Karena dunia tidak memilihnya. Wu Y

  • QI ABADI : Kebangkitan Wu Xuan   BAB 144 — PUSAT INTI DIMENSI, DI MANA TAKDIR DILAHIRKAN

    Kabut hitam yang menggulung dari dasar Dimensi Asal terasa seperti lautan jiwa yang meratap—panas, berat, dan penuh bisikan-bisikan aneh yang menusuk telinga Wu Yao ketika ia menerobos masuk. Setiap langkahnya menimbulkan riak cahaya keperakan dari Qi Tanpa Bentuk yang berlapis-lapis mengitari tubuhnya, menjaga agar aura Ran Zhu tidak menyusup ke dalam meridian. Satu langkah… Dua langkah… Sampai akhirnya ia tiba di sebuah jalur panjang yang seolah terbuat dari retakan cahaya. Jalur itu membelah dimensi seperti parit melintang yang memaksa ruang bertekuk. Energinya menggema, mengancam memutus jiwa siapa pun yang tak berhak melintasinya. Di ujung jalur itulah Ran Zhu berdiri. Atau… sesuatu yang dulunya adalah Ran Zhu. Makhluk itu kini memancarkan cahaya biru pekat yang berdenyut seperti jantung kedua dunia. Tubuhnya memanjang, berlapis-lapis segmen energi sintetis yang berganti-ganti antara wujud manusia dan sesuatu yang lebih asing. Di belakangnya, enam lingkaran hitam berputar—i

  • QI ABADI : Kebangkitan Wu Xuan   BAB 143 — JEJAK TERAKHIR DI BALIK TIRAI KEABADIAN

    Angin Qi yang tercemar sisa darah iblis mengalir pelan di antara tebing retak Dimensi Asal, membawa aroma yang pahit dan dingin seperti besi tua yang terendam air malam. Wu Yao berdiri mematung di puncak reruntuhan altar hitam, tubuhnya setengah terbungkus lapisan cahaya tipis dari Qi Tanpa Bentuk yang belum sepenuhnya stabil setelah pertarungan brutal di bab sebelumnya. Di kejauhan, suara dentuman bergulung dari balik kabut—dalam rentang sekejap, kabut itu terbelah oleh tombak energi yang memancar lurus ke langit. “Ran Zhu… kau benar-benar belum selesai menghancurkan dunia ini.” Wu Yao bergumam pelan, napasnya berat. Luka-luka kecil di sepanjang lengannya membentuk alur merah tua, dan meskipun energinya besar, ada getaran halus yang menandakan kekuatan jiwanya masih goyah. Tubuhnya nyaris roboh beberapa kali sejak runtuhnya Gerbang Spiral Qi di bab 142, tetapi kehendaknya menolak menyerah. Di bawah sana, tanah retak seperti jaring laba-laba hitam raksasa, membentang hingga ke hor

  • QI ABADI : Kebangkitan Wu Xuan   BAB 142 — NAFAS TERAKHIR ARSITEK AWAL

    Rongga Keheningan berubah wujud menjadi pusaran gelap raksasa, seperti lubang luka di tengah dunia. Cahaya merah dari Inti Distorsi memercik liar, membuat dimensi Spiral Qi tampak seperti kain tipis yang siap robek kapan saja. Suara gemuruh tanpa arah mengguncang landasan energi tempat Wu Yao berdiri, sementara di kejauhan Yue Shan, Kai Luan, dan Arielle masih berusaha menstabilkan pijakan mereka. Wu Yao menatap lurus ke arah Arsitek Awal, yang kini memasuki wujud ketiga—lebih padat, lebih menyerupai manifes rencana, dengan garis-garis berlapis seperti diagram hidup. Di setiap lapisan tubuhnya, simbol bercahaya muncul dan hilang, seolah ia terus menulis ulang eksistensinya sendiri. Tapi untuk pertama kalinya… ia terlihat menghadapi hambatan. Rantai Qi Tanpa Bentuk yang diciptakan Wu Yao tak lagi “menembus” tubuh Arsitek Awal seperti sebelumnya. Kali ini, rantai itu menggenggam—mencengkeram, memberi wujud pada sesuatu yang seharusnya tak tersentuh. Arsitek Awal menatapnya dengan ke

  • QI ABADI : Kebangkitan Wu Xuan   BAB 141 — Arsitek Awal Menatap Turunnya Cahaya

    Gerbang Cahaya berdenyut seperti mata raksasa yang baru terbangun dari tidur puluhan ribu tahun. Cahaya keemasan menyembur keluar, namun ada aura asing yang menyelip di sela-sela sinarnya—sebuah getaran dingin yang tidak berasal dari warisan Wu Xuan, bukan juga dari Bayangan Tanpa Nama. Ran Zhu menelan ludah. “Ini… bukan aura Wu Xuan.” Elder Qian Rong mundur beberapa langkah begitu mendeteksi denyut berikutnya. “Tidak. Ini jauh lebih tua.” Wu Yao tidak berhenti. Meski wajahnya tampak serius, langkahnya tetap mantap memasuki aliran cahaya. Pedang Tanpa Bentuk tergenggam ringan di tangan kanannya, seperti sinar paling bersih dalam dunia yang sedang berubah. Ketika telapak kakinya menyentuh permukaan cahaya itu— Dunia membeku. Semua suara hilang. Semua gerakan terhenti. Semua napas berhenti di tengah udara. Hanya Wu Yao yang tetap bisa bergerak. Dan di hadapannya, seakan terlahir dari kedalaman cahaya itu, muncul sebuah siluet tinggi—tegak, penuh wibawa, dan benar-benar asing

  • QI ABADI : Kebangkitan Wu Xuan   BAB 140 — Pertarungan yang Mengguncang Gerbang Cahaya

    Cahaya dari Gerbang Cahaya—yang sejak tadi berputar bagai roda takdir—mulai meluas seakan menyambut kebangkitan seseorang yang seharusnya sudah hilang dari permukaan dunia. Sinar-sinar putih keemasan merambat ke dinding-dinding spiral, melewati retakan dimensi, mengisi celah-celah yang tadinya dipenuhi kehampaan. Wu Yao berdiri tegak, napasnya masih memburu, tapi aura yang memancar dari tubuhnya bukan lagi aura seorang pemuda yang baru sukses menembus alam tinggi. Kini, ia adalah sebuah pusat gravitasi bagi Qi Tanpa Bentuk. Bayangan Tanpa Nama, meski tanpa wajah, tampak “mengerut”—seolah bentuknya tengah merespons ancaman. Ran Zhu, yang berhasil kembali bangkit sambil menahan sakit di dada, mengamati keduanya dengan mata yang mulai kehilangan sinisnya. “Jadi dia benar-benar… mewarisi warisan itu.” Elder Jian Mu menelan ludah. “Warisan Wu Xuan. Yang seharusnya tidak pernah bangkit di generasi ini.” Elder Qian Rong mengangguk gemetar. “Dunia akan berubah… jika dia menang.” Dan dun

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status