Beranda / Fantasi / QI ABADI : Kebangkitan Wu Xuan / Bab 4: Mata yang Mengintai

Share

Bab 4: Mata yang Mengintai

Penulis: Just B
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-20 18:05:30

Malam mulai turun di Sekte Langit Timur, namun tak seperti biasanya, langit di atas lembah belakang tampak gelap pekat, bahkan tanpa cahaya bintang. Awan tebal menutupi bulan. Di tempat itu—Lembah Kabut Mati—formasi segel yang telah lama tidak aktif mulai berdenyut samar.

Di dalam ruang meditasi pribadinya, Wu Xuan duduk bersila, kitab Warisan Qi Abadi terbuka di depannya. Pilar Jiwa Pencerah dalam tubuhnya telah stabil, dan Qi Kuno mengalir lebih lancar. Kini, ia mulai mempersiapkan pembentukan pilar kedua: Pilar Darah Pembersih.

Namun sebelum itu, ia harus menyempurnakan kontrol atas Qi Kuno-nya.

Tingkat Kultivasi Wu Xuan: Alam Dasar Qi – Tahap 2 (menuju Tahap 3)

Tingkat Alkemis: Perunggu – Pemula

Sementara Wu Xuan mendalami aliran Qi dalam tubuhnya, ia tidak menyadari bahwa bayangan gelap telah menyusup ke dalam wilayah sekte.

Di gerbang barat, penjaga malam bernama Hui Zheng (Alam Dasar Qi – Tahap 7) berdiri memeriksa ulang formasi pertahanan. Tapi tiba-tiba, matanya melebar. Sebuah sosok berbaju hitam menyelinap dari balik pepohonan—tanpa suara, tanpa hawa Qi yang terdeteksi.

Sebelum Hui Zheng bisa bersuara, cahaya merah gelap melintas. Tubuhnya membeku sejenak, lalu tumbang, napasnya terhenti.

Bayangan itu melangkah tenang ke arah dalam sekte.

Ia adalah Xie Lang (Tingkat Kultivasi: Alam Qi Murni – Tahap 8), salah satu pemburu warisan dari Klan Iblis, dikenal dengan teknik pembunuh bisu dan racun Qi.

Matanya merah menyala ketika menatap lembah dari kejauhan. “Aku bisa mencium Qi Kuno-nya. Pewaris itu… ada di sini.”

Di sisi lain, Mo Lao tiba-tiba membuka matanya di perpustakaan. Ia menggenggam tongkatnya erat. “Ada penyusup…”

Tak butuh waktu lama, ia mengirimkan sinyal darurat pada Bai Zhong. Sesaat kemudian, para tetua mulai bergerak.

Di ruang meditasi, Wu Xuan merasakan hawa asing mendekat. Ia segera menutup kitab, menggenggam jimat naga di dadanya, dan keluar.

Namun begitu ia melangkah ke koridor, hawa dingin menyeruak seperti kabut racun. Di ujung lorong berdiri Xie Lang, senyum tipis di wajahnya.

“Kau Wu Xuan, bukan? Pewaris Qi Abadi?”

Wu Xuan menyipitkan mata. “Siapa kau?”

Xie Lang tidak menjawab. Ia mengangkat tangan, dan puluhan benang Qi merah keluar dari jarinya. Aura racun yang menyengat mengisi udara.

Wu Xuan mundur selangkah, memanggil Qi Kuno-nya. Aura ungu kehitaman muncul di sekeliling tubuhnya, membentuk lapisan perisai.

Tingkat Kultivasi Wu Xuan: Alam Dasar Qi – Tahap 3 (terpicu oleh ancaman langsung)

“Aku tak tahu siapa kau, tapi kau tak akan mengambil ini dariku,” ujar Wu Xuan tegas, tangannya membentuk segel defensif dari Kitab Warisan.

Pertempuran pun pecah.

Benang-benang Qi racun meluncur bagaikan cambuk, namun Wu Xuan memutar tubuh, melepaskan gelombang aura naga yang mengguncang udara.

Meski kekuatan kultivasinya masih jauh di bawah, Qi Kuno miliknya mengganggu aliran teknik musuh.

Xie Lang mengernyit. “Qi-mu… menggerus racunku.”

Dengan gerakan cepat, ia membentuk formasi racun tingkat tinggi—formasi Tujuh Rantai Darah. Namun sebelum ia sempat menyempurnakannya…

Boom!

Pilar cahaya turun dari langit. Bai Zhong (Alam Jiwa Langit – Tahap 9) muncul dengan aura seperti gunung.

“Satu langkah lagi, dan jiwamu akan hancur, penyusup!”

Xie Lang melirik tajam, lalu tersenyum. “Kita akan bertemu lagi, Pewaris.”

Ia memukul dadanya, membakar Qi-nya sendiri, lalu menghilang dalam pusaran kabut hitam.

Setelah peristiwa itu, Sekte Langit Timur memberlakukan penjagaan tingkat tinggi. Wu Xuan dibawa ke ruang dalam untuk diperiksa oleh Nyonya Feng (Alam Inti Roh – Tahap 9), ahli pengobatan dan alkemis tingkat Emas – Mahir.

“Qi Kuno-mu berputar terlalu cepat untuk tubuh tahap awal. Tapi tak ada cedera besar. Kau pulih cepat,” ujarnya.

Wu Xuan bertanya, “Siapa dia tadi?”

Bai Zhong menjawab, “Pemburu warisan. Utusan dari Klan Iblis. Itu berarti… kita kehabisan waktu.”

Malam itu, Wu Xuan kembali bermeditasi. Meski hampir celaka, ia merasakan lonjakan kekuatan dalam tubuhnya. Qi Kuno-nya semakin bersinar.

Pilar kedua dalam tubuhnya—Pilar Darah Pembersih—bergetar.

“Jika dunia akan mengincarku… maka aku akan jadi lebih cepat dari mereka.”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Sabam Silalahi
mulai menarik
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • QI ABADI : Kebangkitan Wu Xuan   BAB 145 — INTI KETIGA YANG TERBANGUN

    Suara dunia kembali pelan-pelan mengalir… seakan Dimensi Asal baru saja terjaga dari pingsan panjang. Cahaya putih dari titik kecil—Inti Ketiga—memanjang perlahan, melukis garis-garis tipis yang merambat di udara. Dan setiap garis itu seakan memerintahkan dunia untuk diam dan kembali rapi. Tapi ketenangan itu hanya bertahan setengah detik. Karena Ran Zhu mengamuk. “BUANG CAHAYA ITU DARI DUNIA INIIII!!!” Seluruh tubuhnya memanjang, berdenyut seperti sebuah kristal hidup yang retak di setiap sudutnya. Enam lingkaran hitam yang sebelumnya stabil kini berputar tak terkendali, menggerus udara hingga muncul spiral-spiral kecil yang menelan dinding dimensi. Wu Yao hanya sempat mengangkat lengan sebelum gelombang sintetis Ran Zhu menghantamnya. BOOOMMM!! Tubuh Wu Yao terpental ratusan meter, menghantam pilar energi yang pecah berantakan. Napasnya memburu. Dadanya terasa seperti dihantam besi cair. Tapi ia sadar satu hal: Ran Zhu panik. Dia takut. Karena dunia tidak memilihnya. Wu Y

  • QI ABADI : Kebangkitan Wu Xuan   BAB 144 — PUSAT INTI DIMENSI, DI MANA TAKDIR DILAHIRKAN

    Kabut hitam yang menggulung dari dasar Dimensi Asal terasa seperti lautan jiwa yang meratap—panas, berat, dan penuh bisikan-bisikan aneh yang menusuk telinga Wu Yao ketika ia menerobos masuk. Setiap langkahnya menimbulkan riak cahaya keperakan dari Qi Tanpa Bentuk yang berlapis-lapis mengitari tubuhnya, menjaga agar aura Ran Zhu tidak menyusup ke dalam meridian. Satu langkah… Dua langkah… Sampai akhirnya ia tiba di sebuah jalur panjang yang seolah terbuat dari retakan cahaya. Jalur itu membelah dimensi seperti parit melintang yang memaksa ruang bertekuk. Energinya menggema, mengancam memutus jiwa siapa pun yang tak berhak melintasinya. Di ujung jalur itulah Ran Zhu berdiri. Atau… sesuatu yang dulunya adalah Ran Zhu. Makhluk itu kini memancarkan cahaya biru pekat yang berdenyut seperti jantung kedua dunia. Tubuhnya memanjang, berlapis-lapis segmen energi sintetis yang berganti-ganti antara wujud manusia dan sesuatu yang lebih asing. Di belakangnya, enam lingkaran hitam berputar—i

  • QI ABADI : Kebangkitan Wu Xuan   BAB 143 — JEJAK TERAKHIR DI BALIK TIRAI KEABADIAN

    Angin Qi yang tercemar sisa darah iblis mengalir pelan di antara tebing retak Dimensi Asal, membawa aroma yang pahit dan dingin seperti besi tua yang terendam air malam. Wu Yao berdiri mematung di puncak reruntuhan altar hitam, tubuhnya setengah terbungkus lapisan cahaya tipis dari Qi Tanpa Bentuk yang belum sepenuhnya stabil setelah pertarungan brutal di bab sebelumnya. Di kejauhan, suara dentuman bergulung dari balik kabut—dalam rentang sekejap, kabut itu terbelah oleh tombak energi yang memancar lurus ke langit. “Ran Zhu… kau benar-benar belum selesai menghancurkan dunia ini.” Wu Yao bergumam pelan, napasnya berat. Luka-luka kecil di sepanjang lengannya membentuk alur merah tua, dan meskipun energinya besar, ada getaran halus yang menandakan kekuatan jiwanya masih goyah. Tubuhnya nyaris roboh beberapa kali sejak runtuhnya Gerbang Spiral Qi di bab 142, tetapi kehendaknya menolak menyerah. Di bawah sana, tanah retak seperti jaring laba-laba hitam raksasa, membentang hingga ke hor

  • QI ABADI : Kebangkitan Wu Xuan   BAB 142 — NAFAS TERAKHIR ARSITEK AWAL

    Rongga Keheningan berubah wujud menjadi pusaran gelap raksasa, seperti lubang luka di tengah dunia. Cahaya merah dari Inti Distorsi memercik liar, membuat dimensi Spiral Qi tampak seperti kain tipis yang siap robek kapan saja. Suara gemuruh tanpa arah mengguncang landasan energi tempat Wu Yao berdiri, sementara di kejauhan Yue Shan, Kai Luan, dan Arielle masih berusaha menstabilkan pijakan mereka. Wu Yao menatap lurus ke arah Arsitek Awal, yang kini memasuki wujud ketiga—lebih padat, lebih menyerupai manifes rencana, dengan garis-garis berlapis seperti diagram hidup. Di setiap lapisan tubuhnya, simbol bercahaya muncul dan hilang, seolah ia terus menulis ulang eksistensinya sendiri. Tapi untuk pertama kalinya… ia terlihat menghadapi hambatan. Rantai Qi Tanpa Bentuk yang diciptakan Wu Yao tak lagi “menembus” tubuh Arsitek Awal seperti sebelumnya. Kali ini, rantai itu menggenggam—mencengkeram, memberi wujud pada sesuatu yang seharusnya tak tersentuh. Arsitek Awal menatapnya dengan ke

  • QI ABADI : Kebangkitan Wu Xuan   BAB 141 — Arsitek Awal Menatap Turunnya Cahaya

    Gerbang Cahaya berdenyut seperti mata raksasa yang baru terbangun dari tidur puluhan ribu tahun. Cahaya keemasan menyembur keluar, namun ada aura asing yang menyelip di sela-sela sinarnya—sebuah getaran dingin yang tidak berasal dari warisan Wu Xuan, bukan juga dari Bayangan Tanpa Nama. Ran Zhu menelan ludah. “Ini… bukan aura Wu Xuan.” Elder Qian Rong mundur beberapa langkah begitu mendeteksi denyut berikutnya. “Tidak. Ini jauh lebih tua.” Wu Yao tidak berhenti. Meski wajahnya tampak serius, langkahnya tetap mantap memasuki aliran cahaya. Pedang Tanpa Bentuk tergenggam ringan di tangan kanannya, seperti sinar paling bersih dalam dunia yang sedang berubah. Ketika telapak kakinya menyentuh permukaan cahaya itu— Dunia membeku. Semua suara hilang. Semua gerakan terhenti. Semua napas berhenti di tengah udara. Hanya Wu Yao yang tetap bisa bergerak. Dan di hadapannya, seakan terlahir dari kedalaman cahaya itu, muncul sebuah siluet tinggi—tegak, penuh wibawa, dan benar-benar asing

  • QI ABADI : Kebangkitan Wu Xuan   BAB 140 — Pertarungan yang Mengguncang Gerbang Cahaya

    Cahaya dari Gerbang Cahaya—yang sejak tadi berputar bagai roda takdir—mulai meluas seakan menyambut kebangkitan seseorang yang seharusnya sudah hilang dari permukaan dunia. Sinar-sinar putih keemasan merambat ke dinding-dinding spiral, melewati retakan dimensi, mengisi celah-celah yang tadinya dipenuhi kehampaan. Wu Yao berdiri tegak, napasnya masih memburu, tapi aura yang memancar dari tubuhnya bukan lagi aura seorang pemuda yang baru sukses menembus alam tinggi. Kini, ia adalah sebuah pusat gravitasi bagi Qi Tanpa Bentuk. Bayangan Tanpa Nama, meski tanpa wajah, tampak “mengerut”—seolah bentuknya tengah merespons ancaman. Ran Zhu, yang berhasil kembali bangkit sambil menahan sakit di dada, mengamati keduanya dengan mata yang mulai kehilangan sinisnya. “Jadi dia benar-benar… mewarisi warisan itu.” Elder Jian Mu menelan ludah. “Warisan Wu Xuan. Yang seharusnya tidak pernah bangkit di generasi ini.” Elder Qian Rong mengangguk gemetar. “Dunia akan berubah… jika dia menang.” Dan dun

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status