"Emmm, Ken lepas, huh ...." Dorongan keras Shira berikan kepada mantan suaminya.
"Kalian berdua berbuat mesum?" Shira menggeleng cepat.
"Pak, ini ...."
"Kamu tau aturan di desa ini 'kan, Shira? Kalau ada yang berbuat mesum harus apa?" ujar lelaki paruh baya itu tegas.
"Pak, saya bisa jelasin," ujar Shira mengelap kasar bibirnya. "Ken, aku mohon jelaskan." Mata Shira berkaca, menatap Farrel yang masih setia membisu.
"Memang aturannya apa kalau berbuat mesum di sini?" tanya lelaki itu tanpa dosa.
"Ken Farrel!" Teriak Shira.
"Apa?" jawab lelaki itu santai.
"Kalian harus menikah."
"Menikah?" Dahi Farrel mengkerut. "Hanya karena berciuman harus menikah?"
"Ini pedesaan, aturan di sini begitu, sudah turun temurun." Jelasnya.
"Pak, sa
--"Gue pergi semalem si Shira sama Ken udah kawin, gila nggak tuh?!" Gibah pagi hari resmi dimulai."HAH, BENERAN?" Indah yang sedang ngemil hampir saja menyemburkan makanannya."Tadi pagi pas gue masuk rumah, begitu berdosanya lihat Ken telanjang dada dan si shira rambutnya basah," ujar Luna melebih-lebihkan, perempuan satu ini memang pantas disebut 'Ratu Gibah'. Padahal yang sebenarnya terjadi adalah Shira yang baru keluar dari kamar mandi karna rambut panjangnya terkena kecap yang tumpah di dapur dan Ken yang akan mengambil jam tangan di meja depan, kebiasaan lelaki itu memang tidak berubah, selalu menunda memakai baju jika sehabis mandi."Astafirullah, Shir, kamu?" Tatapan tajam Indah serasa ingin menghakimi."Lu kompor banget sih, Lun," ujar Shira kesal.
-"Kamu tau nggak, tempat apa yang akan aku kunjungi setelah sembuh?" Perempuan itu membuka pembicaraan.Bibir mungil itu mengerucut. "Oke, aku paham kalau kamu nggak suka diajak bicara pas nyetir.""Aku pengen banget ke pantai lagi, jalan di tepian terus nunggu ombak dateng, kamu inget nggak pas honeymoon dulu?" Tidak ada jawaban, lelaki di sampingnya tetap saja diam."Ah, itu es cream kesukaanku, kenapa nggak berhenti? Aku bukannya udah pesen kalau mau mampir?" perempuan itu terus saja berbicara.Decitan rem terdengar. "Mas!""Kamu kenapa berhenti mendadak? Gimana kalau tadi kepala aku kebentur?"
Shira membuka mata, jam masih menunjukan pukul lima pagi tapi matanya tidak bisa tertutup kembali, semalam saat lelaki itu berkata ingin memanfaatkannya, Shira tidak lagi bisa berbicara, lidahnya kelu, tubuhnya lemas, dan otaknya kosong. Lagi pula apa yang bisa perempuan itu harapkan dari lelaki yang sudah berkhianat? Cinta dan kesetiaan? Bodoh jika iya. Memilih bangkit, perempuan itu mengikat cepat rambut panjangnya."Sudah bangun?" Shira terperanjat, lelaki itu sudah berdiri di depan, semalam dengan tidak tau diri, Ken mengambil tempat tidur istrinya dan dengan bodoh Shira menurut begitu saja. "Kamu banyak berubah, Lashira mana pernah bangun sepagi ini? Hmm?"Perempuan itu tidak mengubris, memilih menjauh dari sang suami, tapi sebuah tarikan membuat tubuh Shira menabrak kasar dada Ken."Lepas!" Shira mendorong kasar lelakinya. "Kamu boleh membuatku menjadi milikmu kembali, ta
"Kamu gila?" Sebuah tamparan mendarat mulus di pipi Farrel."Tapi itu kenyataannya, aku dan Shira sudah menikah." Lelaki itu berkata tanpa ragu."Apa kurangnya Sandra? Dia cantik, baik, kaya dan pastinya sempurna!" Saut wanita paruh baya itu membuat tawa Farrel menggema."Baik?" Ulang Farrel tidak percaya. "Wanita selingkuh dan diceraikan suaminya itu baik di mata Mama?"Nuria terpingkal. "Apa bedanya sama kamu yang juga selingkuh dan diceraikan?""Papa tidak peduli! Kamu tidak boleh menikah dengan anak pembohong itu!" Potong Aji marah."Aku dan Shira sudah menikah, restu kalian tidak perlu." Ketika lelaki itu akan keluar sebuah tarikan dan pukulan kembali Farrel dapatkan."Papa!" Teriak Nuria histeris."Anak ini benar-benar kurang ajar jika dibiarkan!""Farrel, tidak bisa kah kamu menuruti kata Papa sekali saja?!" Mata Nuria b
"Hujan deres banget ini, Shira balik bareng gue aja sih ya?" Luna mengamati tetesan air yang jatuh dari jendela."Bukannya mau dijemput calon misua?" Kerutan di dahi Shira muncul."Ya nggak apa lah nanti anter lu dulu.""Mau bonceng tiga gitu?" Saut Indah dari dapur."Itulah, puyeng gue juga." Luna menggaruk kasar rambutnya."Udahlah gue balik sendiri juga berani.""Masalahnya kalo ujan kaga ada bus." Luna menyentil dahi sahabatnya."Naik taksi lah." Dengan sombong perempuan itu menyibak kucir kudanya."Duit aman?" Bukan pertanyaan ini lebih mirip ledekan.Shira menghembuskan napas kesal. "Ken punya utang ke gue belum dibalikin, kesel.""Nggak dikasih duit bulanan?" tanya Indah heran."Auk lah males.""Shir, gue merasa aneh banget sih sama lu, bukanya cinta lu sama Farrel itu nggak ad
Perempuan itu berjalan perlahan, menutup pintu hati-hati karena takut seseorang terbangun karena dirinya."HalloIbu....""........""Shira udah dapet uangnya, besok pagi langsung Shira transfer."".......""Enggak, Bu, Shira nggak mau Shania marah.""........""Tapi, Bu....""Ibu, hallo, Bu...."Shira menggerang ketika telfon dimatikan sepihak, tidak, dirinya tidak boleh pulang kampung! Shania akan sangat murka jika tau kepulangannya."Belum tidur?" Jika tidak secepat kilat Shira menangkap ponsel semi buluknya itu sudah bisa dipastikan benda pipih berwarna putih di tangannya sudah terkapar di lantai."Kenapa?" Walau kesal Shira tetap saja bertanya, menatap garang wajah sang suami."Buat
Plak...Suara tamparan menyambut kedatangan keduanya."Shania, apa yang kamu lakukan?!"Tarikan kasar perempuan muda itu dapatkan."Setelah membunuh keponakanku, kalian berdua masih berani datang?" Matanya berkaca, tubuhnya merontai dari pelukan sang ibu."Kalian masuk dulu," ujar perempuan paruh baya itu masih memeluk erat anak bungsunya."Tapi, Bu....""Shira, masuklah, Nak Farrel juga." Lelaki paruh baya itu ikut berbicara.Shira terpaksa menurut, tetesan air mata mulai memenuhi pipi, tubuhnya lemas luar biasa. Perempuan itu tidak pernah menyangka kejadian beberapa tahun silam menimbulkan luka sedalam ini untuk ad
Perempuan itu menyesap minumannya dengan sebelah tangan yang terus men-scrolllayar ponsel. "Hmmm, cantik.""Lalu?" Lelaki itu menekan suaranya."Bagus mana yah, ini atau ini...." Dahinya mengkerut, mengamati benda berbentuk persegi yang berada di tangan."Sandra!""Apa sih, berisik." Lirikan tidak suka perempuan itu berikan."Lalu bagaimana?" Farrel berkata penuh penekanan, emosinya sudah berada di ujung."Terserah kamu." Selalu seperti itu, hal yang membuat Farrel ingin sekali berteriak."Kenapa selalu aku? Kamu tidak pernah mencari cara!" Napas Farrel naik-turun menghadapi wanita licik di depannya.Sandra mengalihkan pandangan dari layar ponsel. "Siapa yang butuh? Aku atau kamu?""Kamu ingin menjadi istri keduaku?" Lelaki itu menantang."Aku?No problem, aku cuma butuh uang,&