Bucharest, Romania.
“Pertama yang kita harus lakukan adalah menyelidiki lebih dalam tentang proyek ilegal. Yang disembuyikan para peneliti ilmiah perusahaan 'Osrd' ini,” tutur Daisy yang kini fokus dengan beberapa kertas dokumen ditangannya tak lupa dengan kacamata yang bertengger di hidung mancungnya.
Daisy dan Louis kini berada disalah satu mansion yang letaknya di tengah hutan. Perjanjian temu membuat keduanya berada di mansion itu. Berbekal gps manual mereka akhirnya tiba di kediaman Benson sebagai teman timnya. “Proyek ini diberi nama-nama kode yang terkait dengan obat-obatan berbahaya itu. Dua proyek ini diberi nama Bluebird dan Artichoke,” sambung Daisy sambil menyerahkan kertas ke arah Benson dan Louis.
“Kenapa mereka memberi kode nama di proyek ini?” tanya Benson yang kini mengalihkan atensi dari dokumennya menatap Daisy.
Daisy mengerutkan dahinya, “Mungkin karena proyek ini ilegal dan bisa jadi terkait obat-obatan berbahaya seperti narkotika. Dan agar tidak diketahui para kepolisian maka mereka memberi nama kode-kode tersebut,” jelas Daisy dengan menatap keduanya.
“Bukankah kasus ini sempat terungkap?” tanya Louis dengan menyeruput salah satu kopi yang tersedia di meja bundar ruangan kerja Benson.
Benson menghela nafas pelan, “Hampir saja,” balas Benson. Ya hampir saja, hampir saja kasus ini terungkap.
“Apa para kepolisian tidak menindak lanjuti kasus ini?” tanya Daisy dengan mendudukan diri di kursinya. Ia mulai tertarik dengan kasus yang akan dia selesaikan.
Karena ini adalah misi yang sedikit susah untuk ditangani dan kemungkinan kasus ini bisa diungkap memerlukan waktu bisa sampai berbulan-bulan. Tak apa Daisy harus bersikap profesional, ia harus segera mengungkap kasus Mklutra ini . Desas-desus kasus yang menyebabkan kematian pada anak-anak dibawah umur.
“Awalnya kasus ini diselidiki para kepolisian sehingga membuat para media gempar. Tapi, para tikus itu memberi suap kepada jenderal kepolisian sehingga kasus ini tidak ditindak lanjuti,” jelas Benson yang mulai menjelaskan dengan perlahan.
“Suap? Apa berupa uang?” tanya Daisy dengan sudut matanya berkerut.
Mungkin bagi Daisy suap hanya berupa uang akan tetapi suap bukan hanya berupa uang saja bisa juga berubah jasa atau lainnya.
“Tidak mungkin para tikus itu menyuapnya dengan uang. Karena jenderal Vandic sendiri memiliki kekayaan berkali-kali lipat,” terang Benson sambil menyerahkan kertas dokumen miliknya. Di sana tertera data diri seorang jenderal kepolisian Romania.
“Tunggu! Aku rasa perusahaan 'osrd' tidak sendiri,” ucap Louis dengan menopang dagu. Daisy dan Benson mengalihkan atensinya kini menatapnya. “Mereka sangat rapi dalam menyembunyikan kasus ini. Dan aku rasa perusahaan 'Osrd' bekerja sama dengan seseorang atau perusahaan lain,” lanjut Louis.
Benson dan Daisy berpikir sejenak ucapan yang Louis lontarkan membuatnya semakin berpikir lebih dalam. Benar pasti ada dalang dibalik semua ini, dan perusahaan Osrd tidak mungkin berdiri sendiri tanpa ada kekuatan yang mendorongnya.
“Ben, ada berapa laboratorium yang masih aktif di sini?” tanya Daisy yang kini menatap Benson.
Benson mengangkat alisnya.“Hmm… Mungkin kurang lebih 20,” balas Benson yang kini mencoba menyenderkan punggungnya di kursi mencari kenyamanan di sana sedikit merilekskan otot-otot yang kaku didalam dirinya.
“Oke! Kita harus menyelidiki disetiap laboratorium,” celetuk Louis dengan penuh semangat sehingga matanya menyala.
“Tidak! Kita harus membagi tugas,” tolak Daisy dengan gelengan kepala. Entah apa yang dipikirkan Daisy sehingga ia menolak ucapan yang dilontarkan Louis.
Daisy sudah merencanakan berbagai macam strategi untuk menguak kasus ini semalaman, ia tak mau bertindak ceroboh tanpa adanya strategi khusus yang ia rencanakan. Bagi Daisy dirinya harus lebih pintar daripada musuh, ia akan mengikuti alur yang dipermainkan musuh terlebih dahulu setelah itu giliran dia yang membalikan permainan itu.
“Aku akan mangorek lebih dalam di perusahaan Osrd mengenai kedua proyek ilegal ini. Kamu Louis bertugas untuk mencari tau diberbagai laboratorium, laboratorium mana yang bekerja sama dengan perusahaan Osrd. Dan Benson Kamu bertugas untuk mengorek langsung dari jenderal vandic, mencari tau apa yang para tikus itu beri sehingga jenderal Vandic bungkam.” Daisy mencoba menjelaskan dengan detail, jika ia sedang membahas tentang kasus-kasus yang akan ia selesaikan ia tidak mau adanya gurauan.
Jika sedang serius seperti ini Daisy sangat tegas, dan kalau ada salah satu orang yang bercanda gurau diwaktu yang sedang membahas kasus-kasus yang akan dia selesaikan, Daisy akan membungkam orang tersebut dengan kata-kata yang membuat orang tersebut diam tidak bisa berkutik. selain itu Daisy pandai dalam menganalisa jadi semua dari anggota divisi tak heran kalau Daisy menjadi bagian kepercayaan kepala direktur.
“Tunggu! Apa itu tidak berbahaya untukmu?” protes Louis pada Daisy, matanya melotot menandakan ketidak sukaan terhadap ucapan yang Daisy lontarkan. Karena perusahaan Osrd itu bukan perusahaan biasa melainkan perusahaan tersebut perusahaan yang sangat berbahaya.
“Louis… Kamu lupa aku ini siapa?”
“Hmm…Tapi-”
Daisy lebih dulu memotong ucapan Louis. “Tenanglah... Aku bisa jaga diri,” ucap Daisy ia menghela nafas pelan sesak kini melanda dirinya. Ia tak suka jika menyangkut pekerjaan ada orang yang melarangnya walaupun itu menyangkut keamanan dirinya, tapi menurut Daisy itu sangat kekanak-kanakan.
Justru ini pekerjaan dirinya bukan? Harus menerima konsekuensi dan menanggung sendiri akibatnya, karena ia telah melakukan kontrak perjanjian dengan perusahaan tersebut. Hidup atau mati ada ditangan pekerjaanya. Daisy tahu jika dia salah melangkah dia akan habis dilahap kawanan sang Kegelapan.
Benson yang melihat kedua orang di hadapannya memutar bola matanya malas, ada rasa tidak suka didalam dirinya.“Baiklah… Kita memulai tugas besok. Dan sekarang kalian menginaplah di sini karena hari sudah gelap tidak mungkin kalian sampai kota tepat waktu,” celetuk Benson sehingga membuat Daisy dan Louis berhenti berbicara kemudian menatapnya.
“Tidak! Kita harus pulang!” tolak Louis sehingga mendapat tatapan tajam dari Benson. Entah keduanya memiliki dendam apa, sehingga membuat situasi mereka tidak bersahabat.
“Hemm… Benar juga apa yang dikatakan Benson. Louis lebih baik kita menginap, daripada nanti kita tersesat dan ketemu binatang buas digelapnya hutan ini. Aku masih pengen hidup... Aku masih belum punya pacar belum menikah juga,” cerocos Daisy sehingga membuat kedua lelaki di hadapanya gemas sendiri.
Daisy yang membayangkan jika dia diterkam binatang buas, dagingnya dikoyak, dicabik, tubuhnya disantap para binatang buas sehingga membuatnya bergidik ngeri. Ucapan Daisy membuat Louis dan Benson saling pandang, kemudian mereka melihat Daisy yang sedang fokus pada imajinasinya hanya menggeleng.
“Hemm... Baiklah, kita akan menginap.” Louis pasrah jujur saja sebenernya ia tak mau berada di mansion ini apalagi harus seatap dengan lelaki sialan itu.
“Ada 3 kamar yang sudah dirapikan di mansion ini. Kamu Daisy, tempatilah di ruangan lantai atas pintu krem yang bergambar sayap. Dan kamu Louis tidurlah di kamar bawah di samping kamarku.”
Benson berbaik hati telah menyiapkan kamar untuk kedua temanya ia tahu bahwa mungkin temanya akan menginap. Karena ia memilih untuk membahas rencana penyelidikan ini dengan menyuruh Louis dan Daisy mengunjungi mansionya. Demi keamanan tentunya, dan hanya mansion inilah keberadaanya tidak bisa dilacak oleh siapapun.
Benson harus bersikap menjadi tuan rumah yang berbaik hati mencoba memberi kenyamanan dan jamuan untuk tamunya.Mereka menuju kamarnya masing-masing Daisy yang telah memasuki kamar yang di tunjuk Benson ia menatap sekeliling ada rasa kagum karena kamar ini didominasi dengan warna kesukaanya. Kamar ini berdominasi dengan rose gold.
Apa Benson menyiapkan kamar ini untuknya? Ah tidak mungkin! Tapi bagaimana mungkin dia tahu warna kesukaan dirinya? Dari warna dinding, bahkan semua barang berwarna sama. Apa ini milik kekasihnya? Atau ini kamar milik adiknya? Atau keluarganya? Ya mungkin saja itu yang dipikiran Daisy.
Daisy menatap sekeliling kamar, matanya menangkap sebuah lemari besar tanpa ragu Daisy mendekati lemari itu lalu membukanya.
Wow!
Daisy memancarkan aura wanitanya ketika melihat pakaian bermerek terpampang dan terjejer dilemari itu, ia menggeleng takjub. Berbagai macam model ada di sana namun matanya menangkap satu kostum tidur kuda poni yang lucu dan menarik perhatianya.
Daisy ke sini tak berbekal apapun hanya membawa dokumen, lipstik namun bukan sembarang lipstik melainkan pistol dalam bentuk lipstik. Ponsel dan surat-surat dokumen penting ditasnya. Karena yang ia pikirkan hanya membahas pekerjaan, tidak terpikirkan untuk menginap.
Daisy mengambil kostum itu dan mencobanya ia melihat cermin sungguh ia baru pertama memakai pakaian seperti ini. Kostum itu nampak sangat pas ditubuhnya, Daisy terkikik geli melihat dirinya memakai pakaian seperti itu. Ia memikirkan kembali apa kekasih atau salah satu keluarga Benson memiliki tubuh yang sama seperti dirinya? Daisy tak mau berpikir lebih dalam sekarang ia akan keluar ingin bertemu Benson untuk meminta ijin telah memakai pakaiannya.
“Jangan harap kau bisa mendekatinya, karena itu mustahil untukmu!”
“Kenapa? Dia lebih mengenalku terlebih dahulu, kau hanya orang baru.”
Daisy mencari kesana kemari namun nihil keberadaan Benson tidak ia temukan, namun ia sayup-sayup mendengar suara orang berbincang. Seperti dari arah belakang mansion, lebih tepatnya area kolam. Matanya menyipit ketika melihat kedua orang yang sedang berdiri di dekat kolam. “Hei! Kalian ada di sini rupanya,” ucap Daisy membuat keduanya terkejut akan kedatanganya.
“Kalian sedang apa?” tanya Daisy dengan memicingkan matanya membuat kedua orang di hadapanya menatap dengan raut seolah menyembunyikan sesuatu.
“Kami hanya berbincang,” ujar Benson menatap Daisy dari atas sampai bawah kemudian mengerutkan dahinya.
Daisy yang tahu tatapan itu tertuju pada pakaian yang ia kenakan ia menggigit bibir bawahnya dengan menggaruk tengkuknya.“Hmm… Maaf Ben aku sebenarnya ingin minta ijin untuk meminjam pakaian. Dari tadi aku mencari keberadaanmu, dan rupanya kamu di sini." Daisy menggaruk tengkuknya yang tak gatal sama sekali karena lelaki itu menatapnya hanya diam tak bergeming sedikit pun.
Oh Tuhan Daisy sangat malu sekarang. “Apa aku terlihat aneh, memakai pakaian seperti ini?” Daisy tidak kuat menahan malu sungguh ia ingin berlari dari sana. Namun seketika ada tangan mengelus puncak kepalanya membuat ia mendongak menatap orang tersebut.
“Tidak, kamu sangat cocok dengan pakaian itu. Kamu terlihat seperti anak kecil, sangat lucu.” Louis yang menatap Daisy dengan tersenyum membuat pipi Daisy merona, sungguh baru kali ini Louis bersikap seperti ini.
Ada yang aneh dengan perilaku Louis akhir-akhir ini kemarin Louis menghubunginya beberapa kali hanya memastikan keadaan Daisy baik-baik saja atau tidak? Padahal Daisy sedang menikmati libur hanya berdiam diri dirumah yang tidak melakukan apa pun diluar ruangan.
“Tidak masalah, kalo kamu suka ambil saja.”
“Eh?”
“Bukankah ini milik kekasihmu?” tanya Daisy yang kini menatap Benson untuk mencari penjelasan kepada lelaki itu.
Benar bukan? Daisy tak mungkin mengambil barang orang lain tanpa persetujuan pemiliknya, walaupun kostum ini sangat lucu. Tapi Daisy tak mau meminta, mungkin nanti ia akan membeli.
“Ah… iy-iya itu milik kekasihku, tapi kita sudah lama berpisah.”
Daisy melebarkan matanya dengan menutup mulutnya tak percaya. “Maaf! Aku seharusnya tidak berbicara seperti itu,” lirih Daisy ia sungguh tidak enak pada Benson Karena telah menyinggung perasaanya.
Tapi jika dilihat dari raut wajah Benson ia seolah baik-baik saja setelah putus dari kekasihnya. Apakah lelaki seperti itu? Mereka akan bersikap bodo amat setelah memutuskan hubungan?
Seumur-umur Daisy ia tak pernah menjalin hubungan dengan lelaki mana pun, dia tak sempat untuk berpacaran bagaimana tidak kalau sisa remaja Daisy hanya bertugas dan bertugas.
Tapi Daisy selalu mendapat surat cinta setiap harinya, setiap pagi di ruangan kantornya terdapat tumpukan bunga dan surat yang memenuhi mejanya. Sehingga Daisy sangat muak dengan bunga-bunga bahkan setiap melihat bunga ia selalu bersin-bersin walaupun dia tak mempunyai riwayat alergi terhadap Bunga.
“Jangan merasa bersalah, aku tahu mungkin kau akan bertanya seperti itu. Jadi tidak masalah,” sahut Benson dengan senyuman tipis dan menghedikan bahunya.
Daisy mengangguk, “Hmm… Baiklah aku akan pergi untuk tidur selamat malam.” Daisy pamit undur diri yang dibalas anggukan dari kedua lelaki itu.
Kini Daisy terduduk di kursi pinggiran jendela kamarnya membuka jendela membiarkan angin malam menyentuh seluruh kulit wajahnya.
Ia menimang-nimang untuk tidur cepat karena ia takut jika mimpi itu memasuki alam bawah sadarnya kembali. Tapi sialnya rasa kantuk mengalahkan semuanya dengan terpaksa ia melangkah ke arah ranjangnya untuk tidur dan membiarkan jendelanya terbuka begitu saja.
Merebahkan tubuhnya, menarik selimut ke atas dada, tak lupa untuk berdoa agar dia bisa tidur nyenyak tanpa gangguan. Ia mulai menghitung anak domba dan tanpa disangka Daisy pun akhirnya terlelap.
Satu jam Daisy tertidur kini ia mulai bergerak gelisah. Daisy mencari sesuatu yang ingin dia peluk dengan mata masih terpejam, diraba seluruh ranjangnya ia tak menemukan keberadaan guling membuatnya frustasi.
Namun tiba-tiba seseorang menarik tanganya untuk melingkarkan ke perut orang itu. Daisy terpenjat dalam tidurnya, tapi aroma mint menengankanya membuat ia melanjutkan tidurnya. Daisy mencari kenyamanan memeluk orang itu dengan erat kepalanya ia masukan ke celuk leher orang itu. Sungguh nyaman sekali pikir Daisy membuat dirinya terlelap tanpa memikirkan siapa orang yang dipeluknya saat ini.
Lelaki dengan stelan jas itu hanya diam menatap setumpuk kertas di mejanya, matanya terus bergerak mengikuti rangkaian tulisan di kertas tersebut."Tuan, kenapa kau hanya tidak membawanya kembali saja ke sini? Kenapa tuan justru menghapus semua ingatannya tentang istana ini?" Lelaki itu menutup kertas yang ia baca, melepaskan kacamata yang bertengger di hidup mancungnya seraya memijit tulang hidup dengan memejamkan matanya."Situasi Moonstone sedang tidak baik, saya tak mau jika dia kenapa-kenapa bila berada di sini." Helaan nafas panjang terdengar, lelaki itu juga sangat menginginkan wanitanya terus bersama di sampingnya."Apa tuan tidak takut bila salah satu dari mereka mengetahui keberadaannya?"Lelaki itu diam, namun dibalik rautnya menyimpan banyak sekali rahasia. "Mereka tidak akan dengan mudah menemukannya, kau tenang saja Ben.""Hanya saja kali ini saya sedikit takut tuan."Arthur menepuk pundak Benson, "tidak apa-apa dia aman di lingkungannya. Kita harus fokus pada para komp
Daisy kini terduduk di ruang meja kerjanya. Kejadian kemarin masih sangat menggangu pikirannya. Tentang Arthur, yang sudah membuat tidur nyenyaknya terganggu.Lelaki yang tiba-tiba datang ke kediamannya dan mengklaim dirinya seorang istri.“Will," ucap Daisy pada William yang kini tengah sibuk dengan setumpuk kertas.“Hem." “Apa kau tahu tentang Arthur selain pengusaha?”William menghentikan aktivitasnya, menurunkan kacamat yang sedari tadi bertengger di hidungnya.“Soal apa? Asmaranya?”“Memangnya dia pernah dekat dengan siapa?”William terdiam menatapku dengan ribuan tanda tanya. “Aku heran kenapa Arthur tiba-tiba datang ke rumahmu dan bilang bahwa kau istrinya. Apa yang kau lakukan terhadapnya sampai bisa membuat dia bertekuk lutut di hadapanmu.”“Eh? Maksudmu?"William menghela nafasnya, dia berpindah tempat duduk di kursi kosong samping Daisy.“Setauku, dia anti di sentuh oleh perempuan manapun. Tapi kabar terakhir soal asmaranya dia pernah dekat dengan aktris Celine tapi ntah h
Daisy bangun dengan nafas tersengal, mengambil air dari nakas untuk segera ia teguk. Tapi pergerakannya terhenti ketika ia melihat sekelilingnya. Ini kamarnya. Kamar sesungguhnya, kamar dirinya di dunia manusia."Apakah ini mimpi? Tapi jika mimpi semuanya terasa nyata dan aku mengingat jelas dari awal diriku pertama kali bertemu dengan Arthur," gumamnya seraya memegang kepalanya yang sedikit berdenyut."Tingg...tongg!"Terdengar suara bel rumahnya, ia bergegas keluar dari kamarnya untuk segera membuka pintu utama. Alangkah terkejutnya ketika mendapati Louis dan William, tanpa aba-aba Daisy memeluk satu persatu kawannya itu."Loh... Loh ada apa ko tiba-tiba kau memeluk kami seperti itu?" kata William heran. "Tidak. Hanya saja aku merindukan kalian," jawabnya tak ingin membahas apa yang terjadi dengan dirinya."Baru aja kemarin kita bertemu sy, aneh kamu." Kali ini Louis yang berkata."Masa sih? Ko aku lupa ya?" "Heleh... Kau kebanyakan nonton film sih jadinya pikun!" seru William."
Daisy sangat lega ketika melihat Louis selamat dari kejaran para anak buah para peneliti itu. Ia tak kunjung melepaskan pelukannya, terus menyucap syukur.Daisy tak tahu akan berapa lama lagi pencarian terhadap lelaki itu, tapi ia sangat berterimakasih pada lelaki yang kini menyandang sebagai suaminya itu berkat dia Louis ditemukan."Sy, maaf."Kata itu terlontar dari mulut Louis, perkataan maaf yang membuat Daisy terheran."For what?"Melepaskan pelukannya dan kini menatap lekat wajah Louis."Mungkin suatu saat nanti kamu tahu, sebelum terlambat aku lebih dulu meminta maaf padamu atas apa yang kuperbuat selama ini. Dan mungkin suatu saat nanti kamu akan lebih-lebih membenciku.""Ayolah, kita hanya terpisah dan kau tak perlu meminta maaf hanya karena kita beda jalur untuk menyelamatkan diri." Daisy tertawa kecil menanggapinya. Ia tahu temannya itu mungkin merasa bersalah sebab telah meninggalkannya sendirian di hutan.Louis menatap Arthur yang kini sudah memberikan tatapan tajam, Arth
Arthur tak bisa menahan lagi amarahnya ketika seseorang di depannya tak menjawab pertanyaan darinya. Lelaki itu hanya tersenyum walaupun sekujur tubuhnya kini penuh dengan darah."Waktumu hampir habis, jika kau tak berkata tentang kebenarannya mungkin bisa jadi kau akan selamanya terperangkap di sini.""Silahkan saja, jika kau tak ingin tahu siapa yang menculik Daisy dan menjadikannya eksperimen itu."Arthur sangat geram dia dengan gesit mencengkram kerat kerah lelaki itu."Katakanlah bedebah!"Kembali mengingat tentang masa kecilnya, dimana bayangan-bayangan kejadian yang membuat Arthur hilang ingatan sementara setelah mendapatkan kabar bahwa teman kecilnya menghilang.Dia berupaya untuk bisa menemukan teman kecilnya itu, bahkan pencarian itu bertahun-tahun lamanya. Bahkan ia rela menghabiskan separuh hidupnya untuk hidup di lingkungan manusia hanya demi mencari keberadaan gadisnya."Aku akan jelaskan tapi kau harus berjanji takkan memberitahunya?""Kenapa? Apa kau takut muncul di de
Arthur tak tahan ketika melihat seluruh badan Daisy terekspos. Perlahan mendekati gadisnya, tangannya sudah membelai punggung mulus itu. Kedua matanya sudah menandakan bahwa dirinya kelaparan. "Baumu sangat manis." Dia berkata seraya mengendus, mengecup tak lupa memberi jilatan kecil pada punggung itu.Daisy melenguh mendapatkan perlakuan dari Arthur membuat dirinya memejamkan mata menikmat kegelian nikmat. Arthur membalikkan tubuh Daisy, matanya kini tertuju pada dua gundukan yang pas baginya. Memeras dan memainkan ujungnya. Rasa geli menjalar diseleluruh tubuh Daisy. Rasa geli yang aneh, rasa geli yang berbeda ketika Arthur sudah memasukan pada mulutnya memainkan gundukan itu dengan lidahnya.Sangat sangat nikmat pikir Daisy yang baru pertama kali melakukan hal dewasa seperti itu. Mereka berperang dalam kegelapan, malam itu Arthur tak membiarkan Daisy tidur sama sekali, dia terus menggempurnya habis-habisan.Keesokan paginya Arthur lebih dulu bangun dari Daisy ia menatap wajah dama