…..Cleo tampak bersantai di tepi ranjang, jari-jari lentiknya sibuk memintal ujung pita gaun tidurnya.“Hari ini semua orang dibuat terkesima olehmu,” ujar Sander, asyik mengamati kegiatan istrinya sembari bersandar di salah satu kaki kanopi ranjang. “Semakin banyak donatur, maka semakin banyak pula proposal program-program sosial yang bisa kalian wujudkan.”“Dibandingkan saya, sepertinya pujian itu lebih layak diberikan kepada Lady Lucian. Dialah yang mempersiapkan segala keperluan sosialisasi sehingga presentasi kami berakhir dengan sukses besar.”Sander menempatkan dirinya di samping Cleo. Ia mengambil tangan wanita itu dan membawanya ke bibir untuk dikecup lembut. “Tidak ada salahnya mengambil kredit atas kerja kerasmu sendiri, Cleo. Jangan khawatir dianggap sombong olehku.”Tawa kecil lolos dari bibir Cleo. “Anda tidak mungkin melakukannya, karena saya tahu, pikiran Anda tidak sesempit itu.”Sander mendekatkan wajahnya ke Cleo, membiarkan ujung hidung mereka saling bersentuhan.
…..Para pelayan baru tampak tergesa mengikuti kaki panjang Phillip yang melaju cepat. Suara pelan mereka bercampur aroma kegugupan khas hari pertama bekerja. Berkumpul di sebuah ruang besar berlangit rendah, Phillip berdiri tegap, memperhatikan para gadis muda yang berbaris rapi.“Dengar baik-baik,” Phillip berkata tegas. “Dorian Manor bukan sekadar rumah besar biasa. Ini adalah tempat penting. Kalian harus hati-hati dalam segala hal. Mulai dari membersihkan kamar, menyajikan teh, sampai membawa pesan untuk tuan dan nyonya kalian. Tidak boleh ada yang salah. Jangan sekali-kali ikut campur urusan tamu, apalagi mendengar yang tidak seharusnya kalian tahu.”Para pelayan muda itu mengangguk, beberapa mencatat dengan cepat. Di barisan belakang, Abby menyimak dalam diam. Wajahnya tampak tenang, tetapi sorot matanya menunjukkan perhatian yang lebih dari sekadar pelayan baru. Rambutnya dikepang sederhana, membuatnya terlihat biasa saja hari ini.Phillip kemudian menjelaskan denah manor, tempa
…..Biasanya hening, Dorian Manor kini dipenuhi hiruk pikuk langkah-langkah lembut sesuai irama, tawa sopan, dan percakapan ringan yang menggema dari segala sudut bangunan. Halaman depan yang dirawat dengan apik oleh tukang kebun manor telah disiapkan sejak pagi untuk menjamu para tamu wanita terhormat yang ingin menikmati hari dengan menyesap secangkir teh hangat di bawah hamparan langit biru.Bangunan sayap manor yang selama ini jarang digunakan kecuali pada saat kunjungan diplomatik telah dihidupkan kembali. Kamar-kamar besar ditempati para tamu-tamu penting yang datang dari Elinor. Keluarga Kerajaan sendiri—Raja Edward, Ratu Shopie dan Zelda Adler—menginap di kamar suite utama dengan pengamanan paling ketat. Sementar itu, kamar-kamar lainnya telah disesuaikan untuk menyambut keluarga bangsawan-bangsawan bergensi dari berbagai kerajaan di penjuru Benua Utama.Cleo yang secara resmi menyandang gelas istri dari Duke Muda Dorian membuka perjamuan teh siang ini dengan senyum hangat dan
…..“Lady Lucian,” ujar Cleo, memeluk wanita itu dengan hangat. “Terima kasih telah datang.”“Anda tampak sangat menawan malam ini, Milady,” puji Maylea, lalu tertawa kecil. “Bahkan saya nyaris tidak mengenali Anda dari jauh.”Senyuman terbit semakin lebar di wajah Cleo. “Anda bisa saja.”Sembari menikmati kemeriahan pesta, obrolan di antara keduanya mengalih dengan lancar. Dimulai dari kabar perkembangan program sosial Badan Amal Dorian, rencana proyek bantuan musim semi, hingga desas-desus nama-nama bangsawan yang tertarik pada kegiatan sosial dan digadang-gadang akan menjadi donatur baru Badan Amal Dorian. Namun, di tengah percakapan hangat itu, perhatian Cleo terpecah oleh ketidakhadiran seseorang di kursi kehormatan.“Di mana Zelda?” pikir Cleo yang khawatir.Matanya diam-diam menyisir area sekitar aula. Ia memeriksa satu per satu meja di sana, dari kelompok bangsawan senior hingga para delegasi luar negeri yang tampak terpesona oleh kemegahan pesta. Dan yang mengherankan, ia sam
…..“Selamat atas pernikahan putra Anda, Duke Adam,” ucap Raja Edward sembari menjabat tangan Duke Adam. Kali ini, ia menghadiri acara penting di luar istana hanya bersama Ratu Shopie dan menantu mereka, Lady Zelda Adler. Tak ada Alden—sang pangeran mahkota. Kabarnya, pria itu sedang sibuk menangani urusan diplomasi di Vallendor sehingga tidak bisa memenuhi undangan dari Keluarga Dorian. “Hati Anda pasti menjadi lebih ringan sekarang.”“Mungkin saya bisa tidur lebih nyenyak malam ini,” jawab Duke Adam, tersenyum tipis.Jawaban yang terdengar sederhana, tetapi penuh makna. Raja Edward menganggukkan kepala, tampaknya mengerti. Keduanya mengarahkan pandangan mereka ke tengah aula Dorian Manor yang ramai orang, tempat pesta resepsi berlangsung. Musik yang elegan, cahaya lilin berkilau, dan para tamu yang tampak menikmati hidangan lezat dan obrolan basa-basi.“Dari cara Anda bicara, sepertinya Anda ingin pensiun dini?” tanya Raja Edward curiga. “Semoga saja dugaan saya ini salah.”“Jika di
…..“Aku tak percaya waktu berlalu secepat ini…” gumam Madam Anne dengan suara parau, jemarinya menyentuh pipi Cleo penuh kasih sayang. “Sebentar lagi, kau menjadi istri seseorang, Nak.”Penata rias membuka kotak berisi Tiara Rubi Dorian, pusaka keluarga. Ketika tiara itu ditempatkan di atas kepala Cleo, Madam Anne tak bisa menahan air mata harunya.“Ibu, jangan buat saya menangis,” ujar Cleo berkaca-kaca.Madam Anne bergegas mengeluarkan sapu tangan, menghapus air matanya. Ia menarik napas panjang, lalu memandang kagum sosok putrinya. “Aku mengerti. Demi dirimu, aku tidak akan menangis. Setidaknya ketika berada di hadapanmu.”Hari senin di minggu ketiga bulan pertama musim dingin adalah hari di mana Cleo dan Sander akan melangsungkan upacara pemberkatan di Katedral Dorian. Mereka mengundang para kerabat dan teman-teman terdekat dari berbagai wilayah di seluruh penjuru Benua Utama. Daftar tamu paling panjang dimiliki oleh Duke Adam. Sebagai pebisnis ulung dan pemilik pelabuhan tersibu