Bonus Chapter
Lyara baru saja beres-beres untuk pulang saat pintu kaca salon terbuka. ia melirik pintu, dua orang cowok masuk. Satu orang rapi dengan dandanan barang branded dari atas sampai bawah, Lyara kenal merek-merek itu. Lalu satu lagi, cowok berkacamata yang terlihat urakan dengan rambut gondrong.“Lo udah gondrong, bau, lepek! Percuma ganteng,” ucap pemuda mentereng.“Males gue!” jawab si kacamata ogah-ogahan.“Tinggal diem dikeramasin, Anj, males-males!” jawab temannya lagi, “Kak Inggrid ada?” tanyanya pada Lyara yang memandangi keduanya.Mata Lyara beralih dari cowok berkacamata yang berbalik menatap keluar, kembali pada di cowok keren, ia mengangguk dan tersenyum seadanya, “Mau saya panggilkan?” tanyanya.Cowok itu mengangguk tapi kemudian mengalihkan padangannya saat cewek dua puluh empat tahun yang dipanggil Kak Inggrid itu, ia keluar dari pintu menuju ruang belakang. “Eh, Kak,” sapa cowok itu langsung.Lyara mundur mempersilakan keduaLima bulan kemudian ... Premiere film From Seoul With You yang dibintangi oleh Lyara berlangsung dengan meriah. Semua orang menyambut film terbaru Syifa Alaika dan Brian Jusuf yang memang couple paling hits diantara para gen z. Selain para pemain, juga sutradara, director, dan tentu saja para petinggi di StarSun Vision. Braja Krisna yang adalah direktur StarSun juga hadir dengan Tiara Berlian, sang influencer terkenal yang sekarang sudah menjadi istri Braja. Lalu datang juga para influencer dan artis-artis juga datang memenuhi undangan. Dengan perut yang sudah membesar, Lyara datang dengan dress satin yang memperlihatkan perut hamilnya dengan elegan. Ia menggandeng Raja yang memastikan Lyara aman dalam acaranya. Rangkaian acara, foto-foto untuk media, juga pemutaran film pertama kali yang akan tayang serentak di layar lebar dua minggu lagi itu menjadi satu dari beberapa acara yang akan Lyara datangi. Raja mengizinkan Lyara ikut serta dalam promosi film ke beberapa kota dengan sy
Bonus Chapter Lyara baru saja beres-beres untuk pulang saat pintu kaca salon terbuka. ia melirik pintu, dua orang cowok masuk. Satu orang rapi dengan dandanan barang branded dari atas sampai bawah, Lyara kenal merek-merek itu. Lalu satu lagi, cowok berkacamata yang terlihat urakan dengan rambut gondrong.“Lo udah gondrong, bau, lepek! Percuma ganteng,” ucap pemuda mentereng.“Males gue!” jawab si kacamata ogah-ogahan.“Tinggal diem dikeramasin, Anj, males-males!” jawab temannya lagi, “Kak Inggrid ada?” tanyanya pada Lyara yang memandangi keduanya.Mata Lyara beralih dari cowok berkacamata yang berbalik menatap keluar, kembali pada di cowok keren, ia mengangguk dan tersenyum seadanya, “Mau saya panggilkan?” tanyanya.Cowok itu mengangguk tapi kemudian mengalihkan padangannya saat cewek dua puluh empat tahun yang dipanggil Kak Inggrid itu, ia keluar dari pintu menuju ruang belakang. “Eh, Kak,” sapa cowok itu langsung.Lyara mundur mempersilakan kedua
Raja tahu semua konsekuensi dari tindakannya. Raja sudah siap dengan apapun yang akan Lyara lakukan. Raja siap dengan marahnya Lyara kepadanya. Ia siap dengan apapun, asal Lyara tidak pergi. Asal ia bisa melihat Lyara, bisa memastikan wanitanya hidup dengan baik tanpa kurang satu apapun. Tiga hari berlalu.Seharian setelah malam itu, setelah Lyara tahu tentang semuanya, Lyara hanya mengurung diri di kamar. Tidak mau makan. Tidak mau bicara. Tidak mau bertemu dengan siapapun. Bibi Ina yang mengirimkan makan ke dalam kamar pun tidak di acuhkannya. Bunda menggeleng saat tidak berhasil membujuknya. Kakek juga menyerah. Rania yang tidak berani hanya menyemangati kakaknya yang terlihat putus asa.Makanannya utuh sampai malam hari Raja memaksa masuk ke dalam kamar. Raja ingat Lyara mual hanya setelah bertemu dengannya dan ia meminta Bibi Ina untuk mengambilkan bubur. Membujuk Lyara tidak sesulit itu, Lyara mau makan dari suapannya. Raja berterima kasih dan meminta maaf sekali
Lyara berdiri dan menghampiri Bunda.“Ra, Bunda kangen,” ucap Bunda kemudian bergegas memeluk Lyara. Membawa kehangatan pada tubuh mungil Lyara di depannya. Bunda melepaskan pelukannya dan menahan Lyara di depannya, tangan bunda meraih tangan Lyara, “Kamu oke? Mual? Ada muntah? Pusing gak? Kamu lemes?”Mendengar rentetan pertanyaan Bunda, Lyara tersenyum lalu menggeleng, “Aku baik-baik aja sampai kemarin, Bunda. Lalu Mas Raja datang dan tiba-tiba aku gak bisa makan,” keluhnya kemudian.Alis Bunda bertaut, menoleh pada Raja, “Kamu ngapain, Kak?” tanyanya.Lyara terkekeh, “Mas Raja gak ngapa-ngapain, Bunda. Cuma tiba-tiba aja aku baru mau makan kalau disuapin,” jelasnya lagi. Ia mengeluhkan keanehan tiba-tiba yang ia rasakan.Lalu tawa Bunda terdengar, tangan Bunda beralih ke perut Lyara, “Mulai manja ya, Cucu Nenek,” ucap Bunda kemudian.Lyara mengerutkan alis, “Emangnya dia udah bisa manja-manja, Bunda?”Bunda mengangguk. “Cucu bunda udah mulai mau deket
“Aku,” Raja mengangkat wajah, meluruskan tatapannya pada wanita yang sedang menunggunya itu. Ia sampai pada satu titik dimana ia ragu dengan apa yang ingin disampaikan olehnya. Namun apa yang dititahkan oleh Kakek dan Bunda tertanam dalam kepalanya. Bahwa ia harus mengatakan hal yang sebenarnya. Dengan kepergian Lyara seminggu ini. Raja sudah takut kalau Lyara benar-benar meninggalkannya. Ketakutannya saat Lyara pergi terasa nyata. Ia takut Lyara benar-benar pergi lagi. Ia takut kalau Lyara akan menghilang lagi. Ia takut tidak akan bisa menemukannya secepatnya. Saat tahu Lyara hamil, ia benar-benar merasa bersalah. Ya, ia bahagia. Ia tentu saja bahagia dengan kenyataan itu. Tapi apakah Lyara tidak keberatan? Apakah Lyara bisa menerimanya? Apakah Lyara kesulitan selama ini? Lalu jika ia berkata bahwa ayah dari anak yang dikandungnya adalah penyebab dari semua kemalangannya selama ini, apakah Lyara akan bersedia berada di sampingnya? Seperti selama ini? Apakah Ly
“Rakha yang memberi tahu?” tembak Lyara.Raja menggeleng, “Sampai akhir, Rakha diam tidak mau memberi tahu apa-apa tentang kamu.”“Lalu?” Lyara memicing, “Apa selama ini aku diikuti?”“Pengamanan, Yara. Aku tidak mau kamu kenapa-kenapa,” jawab Raja mengakui.Lyara menggeleng, “Apa kamu tidak percaya padaku? Kamu anggap aku bisa kapan saja menghianatimu?”Dengan tenang, Raja menjawab, “Kamu tau yang terjadi padaku. Aku mau kamu aman dan aku tau kamu aman. Hanya itu. Aku percaya, sangat percaya padamu. Itu hanya bentuk ketakutanku, Yara.”Menghela napasnya, Lyara berdiri, ia butuh udara segar. Berjalan keluar resto yang hangat, Lyara mengambil langkah ke arah taman hotel yang langsung berhadapan dengan kolam renang. Tangannya terkepal di sisi kiri kanannya, ia berjalan dengan kekesalan yang terlihat jelas.Raja beringsut mengikutinya. Lelaki itu mensejajarkan langkah, memilih berjalan di samping kirinya. Tangannya yang hendak meraih tangan Lyara kembal