Lyara berdiri dan menghampiri Bunda.
“Ra, Bunda kangen,” ucap Bunda kemudian bergegas memeluk Lyara. Membawa kehangatan pada tubuh mungil Lyara di depannya. Bunda melepaskan pelukannya dan menahan Lyara di depannya, tangan bunda meraih tangan Lyara, “Kamu oke? Mual? Ada muntah? Pusing gak? Kamu lemes?”Mendengar rentetan pertanyaan Bunda, Lyara tersenyum lalu menggeleng, “Aku baik-baik aja sampai kemarin, Bunda. Lalu Mas Raja datang dan tiba-tiba aku gak bisa makan,” keluhnya kemudian.Alis Bunda bertaut, menoleh pada Raja, “Kamu ngapain, Kak?” tanyanya.Lyara terkekeh, “Mas Raja gak ngapa-ngapain, Bunda. Cuma tiba-tiba aja aku baru mau makan kalau disuapin,” jelasnya lagi. Ia mengeluhkan keanehan tiba-tiba yang ia rasakan.Lalu tawa Bunda terdengar, tangan Bunda beralih ke perut Lyara, “Mulai manja ya, Cucu Nenek,” ucap Bunda kemudian.Lyara mengerutkan alis, “Emangnya dia udah bisa manja-manja, Bunda?”Bunda mengangguk. “Cucu bunda udah mulai mau deketLyara berdiri dan menghampiri Bunda.“Ra, Bunda kangen,” ucap Bunda kemudian bergegas memeluk Lyara. Membawa kehangatan pada tubuh mungil Lyara di depannya. Bunda melepaskan pelukannya dan menahan Lyara di depannya, tangan bunda meraih tangan Lyara, “Kamu oke? Mual? Ada muntah? Pusing gak? Kamu lemes?”Mendengar rentetan pertanyaan Bunda, Lyara tersenyum lalu menggeleng, “Aku baik-baik aja sampai kemarin, Bunda. Lalu Mas Raja datang dan tiba-tiba aku gak bisa makan,” keluhnya kemudian.Alis Bunda bertaut, menoleh pada Raja, “Kamu ngapain, Kak?” tanyanya.Lyara terkekeh, “Mas Raja gak ngapa-ngapain, Bunda. Cuma tiba-tiba aja aku baru mau makan kalau disuapin,” jelasnya lagi. Ia mengeluhkan keanehan tiba-tiba yang ia rasakan.Lalu tawa Bunda terdengar, tangan Bunda beralih ke perut Lyara, “Mulai manja ya, Cucu Nenek,” ucap Bunda kemudian.Lyara mengerutkan alis, “Emangnya dia udah bisa manja-manja, Bunda?”Bunda mengangguk. “Cucu bunda udah mulai mau deket
“Aku,” Raja mengangkat wajah, meluruskan tatapannya pada wanita yang sedang menunggunya itu. Ia sampai pada satu titik dimana ia ragu dengan apa yang ingin disampaikan olehnya. Namun apa yang dititahkan oleh Kakek dan Bunda tertanam dalam kepalanya. Bahwa ia harus mengatakan hal yang sebenarnya. Dengan kepergian Lyara seminggu ini. Raja sudah takut kalau Lyara benar-benar meninggalkannya. Ketakutannya saat Lyara pergi terasa nyata. Ia takut Lyara benar-benar pergi lagi. Ia takut kalau Lyara akan menghilang lagi. Ia takut tidak akan bisa menemukannya secepatnya. Saat tahu Lyara hamil, ia benar-benar merasa bersalah. Ya, ia bahagia. Ia tentu saja bahagia dengan kenyataan itu. Tapi apakah Lyara tidak keberatan? Apakah Lyara bisa menerimanya? Apakah Lyara kesulitan selama ini? Lalu jika ia berkata bahwa ayah dari anak yang dikandungnya adalah penyebab dari semua kemalangannya selama ini, apakah Lyara akan bersedia berada di sampingnya? Seperti selama ini? Apakah Ly
“Rakha yang memberi tahu?” tembak Lyara.Raja menggeleng, “Sampai akhir, Rakha diam tidak mau memberi tahu apa-apa tentang kamu.”“Lalu?” Lyara memicing, “Apa selama ini aku diikuti?”“Pengamanan, Yara. Aku tidak mau kamu kenapa-kenapa,” jawab Raja mengakui.Lyara menggeleng, “Apa kamu tidak percaya padaku? Kamu anggap aku bisa kapan saja menghianatimu?”Dengan tenang, Raja menjawab, “Kamu tau yang terjadi padaku. Aku mau kamu aman dan aku tau kamu aman. Hanya itu. Aku percaya, sangat percaya padamu. Itu hanya bentuk ketakutanku, Yara.”Menghela napasnya, Lyara berdiri, ia butuh udara segar. Berjalan keluar resto yang hangat, Lyara mengambil langkah ke arah taman hotel yang langsung berhadapan dengan kolam renang. Tangannya terkepal di sisi kiri kanannya, ia berjalan dengan kekesalan yang terlihat jelas.Raja beringsut mengikutinya. Lelaki itu mensejajarkan langkah, memilih berjalan di samping kirinya. Tangannya yang hendak meraih tangan Lyara kembal
“Maaf aku telat menjemputmu,” Raja berkata setelah menatap Lyara yang membiarkan tangannya berada dalam genggamannya.Lyara menunduk. Ia memejamkan mata. Membangun kembali tembok yang sudah ia bangun dalam seminggu ini. Tembok yang akan menghalaunya dari dirinya sendiri. Tembok yang ia pakai untuk membuat dirinya tetap pada pendiriannya. “Bagaimana Pak Raja tahu saya ada di sini?”Hening sebentar.Raja mengerjap mendengar Lyara memanggilnya dengan formal. Lalu suara Raja kembali terdengar, “Karena aku mencarimu kemana-mana. Aku akan terus mencari sampai ke ujung dunia jika itu diperlukan,” jawabnya pelan.Lyara mendengkus, “Jangan membual.”Tangan Lyara ditarik dan diletakkan di tengah-tengah dada Raja, “Aku berdebar begini karena sudah berlari-lari mencarimu,” katanya lagi.Matanya membelalak, menatap bergantian tangannya dalam genggaman Raja dan wajah berkacamata di depannya. Lyara menarik tangannya, melepaskan diri dari genggaman Raja. Mendelik sekali lagi
Sudah seminggu. Tadinya ia merasa takut Raja akan menemukannya cepat-cepat. Tapi kemudian ia menertawakan diri sendiri, menyadarkan diri. Untuk apa lelaki itu mencarinya? Tujuannya sudah tercapai. Ketiadaan Lyara sama sekali bukan ancaman untuk posisinya itu. Keberadaannya juga tidak berdampak apapun pada lelaki itu. Seperti yang sudah ia katakan sebelumnya, dengan atau tanpa dirinya, Raja memang akan mendapatkan posisinya.Ia tidak sepenting itu untuk dicari.Dalam seminggu ini, Lyara kadang teringat dengan pembicaraan dengan Bunda pagi itu. Saat Bunda memberi tahunya kalau beliau tahu siapa dia sebenarnya. Bunda dengan senyum hangatnya membuat Lyara sadar kalau ia sudah membohongi orang yang salah. Bunda bukan tandingannya. Wanita itu dengan semua kemampuannya bisa tahu siapa Lyara sejak pertama mereka bertemu.Lyara terlalu santai dengan keluarga itu. Ia terlalu kurang ajar dengan berlakon jadi istri yang baik di depan mereka. Malu sekali rasanya jika ia ingat de
Tangannya membuka pintu kamar keras-keras. Tidak ada benda milik Lyara yang tertinggal di kamar ini. Kamar mandi kosong, walk in closetnya juga kosong, ia tidak menemukan jejak Lyara pernah ada di sana. Ia berdiri menghadap kasurnya. Lyara bergelung dengan nyaman tadi malam dalam pelukannya. Apa yang membuatnya pergi?Sudut matanya menangkap kertas di atas nakas.Kontrak perjanjiannya dengan Lyara. Sobek. Dengan kartu yang ia kenal sebagai bayarannya untuk kontrak mereka. Lalu setumpuk cek. Dan Raja bisa melihat cincin berlian yang ia sematkan di jari manis Lyara tujuh bulan lalu. Cincin pernikahannya. Ia melihat tumpukan ceknya dan segera mengenali milik siapa kertas-kertas itu.Raja berbalik, langkahnya lebar menuju keluar kamar, ia melewati tangga dengan tergesa. Lalu tanpa mengetuk, Raja membuka pintu ruang kerja Kakek. Lelaki tua yang sangat ia hormati itu berdiri di sana. Seperti menunggu kedatangannya. Seperti sudah tahu kalau ia akan datang padanya.“Beri aku