Home / Fantasi / Queen of The Dark Hill / 3. Try to Survive

Share

3. Try to Survive

Author: Vie Junaeni
last update Last Updated: 2021-02-23 00:38:17

Under the blue sky, seeing the beautiful scenery, you already feel save and free, but the fact is not. 

***

Di sebuah kastil nan megah yang terletak di dalam wilayah kerajaan Anathema, seorang pria sedang memandang ombak yang bergulung menampar dinding kastil miliknya. Bangunan megah itu terletak di pinggir lautan biru yang luas.

Seorang pria bertubuh tinggi dan tegap memandang birunya lautan dengan mata birunya yang teduh. Rambut merah itu terlihat bersinar karena pantulan cahaya mentari pagi kala itu.

"Permisi Yang Mulia, boleh saya masuk?" 

Pria paruh baya berusia 50 tahun itu mengetuk halus pintu kayu yang dicat dengan emas itu. 

"Masuk," ucap pria itu dengan suara berat yang terdengar berwibawa.

"Miranda membawa seorang gadis ke istana, ia akan mempersiapkan gadis itu untuk Ares. Apa kau mau melihat gadis itu dulu?" 

tanya Albanus, orang kepercayaan Raja Evander.

"Hmmm… untuk apa aku melihatnya kalau aku akan kehilangan juga nantinya. Aku hanya ingin melihat wajah calon ratuku jika dia berhasil menguasai Ares," tegasnya.

"Baiklah Yang Mulia, pastikan kehadiran Anda pada pelepasan esok. Saya permisi." 

"Hmmm…" 

Albanus lantas melangkahkan kaki tegapnya itu ke luar dari kamar sang raja.

"Sampai kapan aku akan mempertahankan kerajaan dengan mengorbankan para wanita itu, sesungguhnya aku sangat malu jika harus berkuasa seperti ini," gumamnya.

Guratan cemas itu makin terlihat di wajah tampan bak keturunan dewa itu.

***

Alexandra mengikuti Maria dan Selena masuk ke dalam hutan. Kakinya terasa kini seiring rasa penat yang sudah menjalar. 

"Bagaimana kita bisa bertahan hidup di hutan seperti ini?" 

Gadis itu menyeka peluh yang mengucur di dahi.

"Kau pikir kita akan tinggal di hutan, kita hanya akan tinggal di pinggir hutan," jawab Selena.

"Sama saja anak bodoh!" seru Alexandra.

"Kita akan bertahan dengan berburu kelinci atau hewan yang bisa dimakan lainnya," sahut Maria.

"Oh, come on! Aku itu vegetarian, bagaimana bisa aku makan sesuatu yang hidup, iyuuhhh!" keluh gadis itu.

"Apa kau bilang vege—?" 

"Vegetarian, itu artinya aku tidak makan sesuatu yang hidup, aku hanya makan buah dan sayur," jawab Alex.

"Hahaha… banyak daun di sini kau bisa berebut makan dengan para rusa nanti," ledek Selena.

"Ha ha lucu sekali."

Alexandra menatap gadis kecil itu dengan tatapan sinis seraya mengepal tangannya seolah ingin meninju Selena.

"Nah, kita sudah sampai. Rumah ini dahulu dibuat ayahku saat aku seusia Selena. Kami menggunakannya untuk berlibur di sini," ucap Maria.

Sebuah rumah kayu dengan atap jerami berukuran 5x5 meter menyambut mereka.

"Kita akan tinggal di bangunan kecil ini?" tanya Alexandra dengan nada tak percaya.

"Ya, kita akan bertahan hidup di sini sampai raja menemukan ratu untuknya," ucap Maria.

"That was insane, benar-benar gila, tak akan ada manusia yang bertahan melawan naga. Jika memang makhluk itu memang ada di sini, tapi kupastikan tak akan ada yang bisa melawan naga!" seru Alexandra dengan bertolak pinggang.

"Kau tau kakak yang cerewet, sesungguhnya aku juga tak mau tinggal dengan gadis sepertimu, huh!" 

Selena mendengus kesal ke arah Alexandra.

"Gadis kecil ini benar-benar membuatku hilang kesabaran," ucap Alex seraya mengejar Selena yang terus saja meledeknya.

Maria yang terlihat lebih dewasa dari Alexandra itu tertawa. Ia segera membersihkan gubuk kecil itu. Sesekali ia berseru pada dua gadis di luar itu untuk membantunya mempersiapkan perapian dan alas tidur.

***

Saat makan malam berlangsung dengan hidangan bubur gandum yang sederhana itu, Alexandra tiba-tiba memiliki ide untuk menyembunyikan identitas mereka saat akan pergi ke kota.

Salah satu dari mereka tetap harus pergi ke kota untuk berdagang dan mendapatkan uang. Tetapi tidak dengan Selena, ia harus tetap berada di rumah.

"Bagaimana kalau kita menyamar sebagai laki-laki?" 

Alexandra yang berusaha menelan makan malam yang tak pernah ia sentuh sebelumnya itu memberi saran.

Maria dan Selena saling berpandangan.

"Menjadi laki-laki?" tanya Maria.

"Kita tetaplah seorang wanita, hanya saya maksudku menyamar, yang artinya kita berpakaian seperti laki-laki agar tak dikenali, bagaimana?" tanya Alexandra.

"Ide bagus, kenapa tidak kau saja yang mencobanya?" tanya Selena menantang Alex.

"Okay, siapa takut, tapi aku tak tahu arah kota," sahut Alex. 

"Aku akan membuatkan peta untukmu." 

Selena tersenyum meyakinkan. 

"Bagaimana dengan pakaian laki-laki yang akan kau kenakan nanti?" tanya Maria.

"Serahkan padaku, aku akan membuatnya, tapi aku butuh penjelasan mengenai setiap detail pakaian yang digunakan pria pada zaman ini," ucap Alexandra dengan nada yakin.

***

Sekitar satu bulan sudah ketiga gadis itu bertahan di pinggiran hutan. Bahan makanan mulai menipis. Alexandra juga sudah berhasil membuat pakaian dari kulit hewan yang modelnya sesuai dengan para pria pada zaman itu sesuai arahan Maria.

Alexandra membawa beberapa helai pakaian yang akan ia dagangkan ke pasar di kota atau tepatnya di wilayah dalam dekat kerajaan Anathema.

"Kak, jangan lupa belikan aku daging lembu," pinta Selena yang mulai akrab dan menyukai keberadaan Alex bersamanya.

"Oke, tapi kau harus lanjutkan tugasmu melunakkan kulit hewan di saja itu!" ucap Alexandra memberi perintah seraya menunjuk beberapa kulit hewan yang sedang Maria gantung itu.

"Okay!" 

Selena meniru gaya bicara Alexandra. Gadis itu berhasil membuatnya tertawa. Kemudian, gadis itu pamit pergi dalam penyamaran menuju pasar.

Menempuh perjalanan jauh membuat gadis itu kelelahan. Ia berhenti sejenak untuk beristirahat sampai akhirnya terlelap di bawah ke pohon yang rindang. Semilir angin membuatnya makin terlelap di pinggiran sungai.

Terdengar derap langkah kaki kuda yang membuat gadis itu langsung terjaga. Ia langsung bersembunyi. Gadis yang sedang menyamar sebagai pria itu takut jika kuda itu adalah prajurit kerajaan yang sedang mencari seorang gadis.

Alexandra bersembunyi di balik semak. Ia hanya melihat satu kuda berwarna putih di pinggiran sungai itu. Seorang pria terlihat membuka pakaian yang membalut tubuh tegapnya.

Pria itu berotot dan bisa dikatakan seksi. Alex dapat melihat bagian dari perut pria yang menggoda itu. Perut yang sixpack dan lengan yang berotot itu menonjol sehingga tampak proporsional.

Gadis itu menelan cairan saliva di dalam mulutnya dengan berat. Pria itu benar-benar terlihat menggodanya. Apalagi saat sosok seksi itu tanpa sehelai benang yang menutupi masuk ke dalam jernihnya air sungai.

"Ya Tuhan, kenapa dia bisa setampan itu," gumam Alex. 

Tiba-tiba seekor ular yang berada di atas pohon dekat dengan semak-semak tempat ia bersembunyi jatuh ke bahu gadis itu. Sontak saja Alexandra langsung berteriak dan ke luar dari tempat persembunyiannya.

"Hei, apa yang sedang kalu lakukan di situ?" 

Pria yang muncul menunjukkan setengah badannya itu bertanya pada Alex. Gadis itu masih terpana melihat tubuh seksi si pria yang layaknya model majalah dewasa di New Bluex. 

"A-aku—" 

Alexandra tersadar dengan suara perempuannya, ia segera mengubah nada suaranya lebih berat agar terdengar seperti laki-laki.

*****

To be continue…

See you next chapter.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Queen of The Dark Hill   Happy Ending

    Ekstra Part Happy Ending “Happiness is not something ready made. It comes from your own action," — Dalai Lama. ***** Kondisi Evander dan Alexandra sudah membaik. Mereka diperbolehkan untuk pulang. Ayah dan ibunya menyempatkan diri menjemput keduanya saat pulang dari rumah sakit. Tuan Edward bahkan memberikan mereka bulan madu menuju Maldives dengan pesawat jet pribadi yang bertuliskan E Sky di dinding pesawat. "Ayah, kau benar-benar akrab dengan Ares sekarang ini," ucap Alexandra kala merangkul pinggang ayah mertuanya itu. Tuan Edward menoleh ke arah Ares yang berjalan di sampingnya. "Dia anjing yang pintar, semua yang aku perintahkan dia paham." Gurat kerutan di wajahnya nampak jelas kala ia tersenyum. "Yah begitulah ayah kalian, ia bahkan sengaja pulang cepat untuk bermain dengan anjing ini. Dia sudah menganggap Ares seperti anak

  • Queen of The Dark Hill   90. The Truth

    Part 90 “There are all these moments you think you won’t survive. And then you survive.” — David Levithan. ***** Beberapa petugas yang membawa tandu untuk mengevakuasi tubuh Alexandra dan Evander datang. Tuan Edward dan sang istri bersama Selena juga ikut berlarian menuju tepi sungai. Mereka juga tak sabar ingin melihat keduanya. Alexandra mencoba membuka kedua matanya. Ia sudah melihat para petugas lalu lalang di sekitarnya saat sudah berada di atas tandu darurat. Wanita itu menoleh ke arah Evander yang juga sedang ditandu. "Hai, Alex!" sapa Selena yang mengiringi dengan melangkah di samping tandu Alexandra. "Hai, Sel! Di mana Ares?" Alexandra mencari keberadaan anjing peliharaannya itu. "Ada, tuh! Dia terlihat menggemaskan dan lucu sekali." Selena menunjuk Tuan Edward yang menggendong tubuh anjing siberian husky yang kira-kira berusia satu tahun itu. Pria itu merasa berhutang budi

  • Queen of The Dark Hill   89.They Were Found

    Part 89 Human progress is neither automatic nor inevitable… Every step toward the goal of justice requires sacrifice, suffering, and struggle; the tireless exertions and passionate concern of dedicated individuals.–Martin Luther King, Jr. ***** Keesokan harinya, Alexandra, Evander dan Ares melangkah mengikuti Obis dan Arial menuju The Dark Hill. Mereka sampai di batu besar bertuah yang menjadi pembuka dimensi waktu. Batu besar yang berpendar kehijauan seolah ada kristal-kristal yang menyelimuti permukaannya kala terkena sinar matahari itu berkilauan. "Wow, cantik sekali batu ini," ucap Evander. "Jadi, ini mungkin pertemuan terakhir kita, karena menurutku batu ini harus dihancurkan agar tak lagi membuka portal dimensi waktu," ujar Obis.

  • Queen of The Dark Hill   88. Back to The Dark Hill

    Part 88“Trust yourself. You’ve survive a lot, and you’ll survive whatever is coming.” — Robert Tew.*****"Ayah? Ibu?" Alexandra menoleh pada Tuan Obis."Begitulah."Pria kerdil itu mengangkat kedua bahunya."Kalian menganggapnya anak kalian?" tanya Alexandra."Ya, kau benar. Aku akan siapkan makanan untuk kalian. Oh iya, sebentar aku lupa mengeringkan tubuh kalian."Obis lalu mengarahkan telapak tangan pada Alexandra dan Evander. Makhluk itu sudah memiliki sihir untuk menyembuhkan dan mengeringkan tubuh kedua orang itu."Wow, kau hebat! Bagaimana kau bisa melakukan sihir seperti ini?" tanya Alexandra."Sejak aku pergi, batu besar tempat pedang Brave Gold memberikan aku kekuatan. Tapi, pedang itu hilang begitu saja. Dia akan kembali saat diperlukan

  • Queen of The Dark Hill   87. Arial, New Dragon

    Part 87 “The two most important days in your life are the day you are born and the day you find out why.” —Mark Twain. ***** Alexandra membuka kedua matanya. Hawa pengap dan lembab sangat terasa. Pipi wanita itu terasa dingin karena berada di atas tanah lembab. Jemari tangan kirinya mulai meraba. Tubuhnya basah kuyup kala itu. "Di mana ini?" lirih Alexandra mencoba mengamati sekitar. Ia mencoba bangkit untuk duduk. Alexandra menemukan Evander terbaring tak jauh dari tempatnya berada. Tak butuh waktu lama, ia langsung menghampiri suaminya itu. "Evan, Evan sayang bangun...!" Alexandra berusaha mengguncang bahu kekar milik Evander. Tak ada respon yang tercipta. Pria itu masih terbaring tak berdaya. "Sayang, kau harus bangun! Jangan tinggalkan aku!" seru Alexandra. Tetap tak ada respon sampai akhirnya ia memberikan napas buatan pada pria itu. Linangan air matanya tak dapat terbendung sa

  • Queen of The Dark Hill   86. Lost

    Part 86 “I am prepared for the worst, but hope for the best” — Benjamin Disraeli. ***** "Siap ya, satu... dua... ti... ga!" Alexandra dan Evander melempar bucket bunga bersama ke arah belakang mereka. Tania akhirnya berhasil menangkap bucket bunga yang dilemparkan oleh Alexandra dan Evander secara bersamaan itu. Dia berteriak histeris dan melonjak-lonjak kegirangan. "Yeaay, akhirnya aku dapat... aku akan menikah... aku akan menikah! Brian, kau harus menikahi aku,ya?" tanya Tania yang langsung menoleh ke arah pria itu. Brian terperanjat saat Tania mengatakan hal tersebut. Ia hanya tertawa dan menahan berat air saliva yang ada di mulutnya itu. Alexandra dan Evander hanya bisa tertawa saat itu melihat kelakuan sahabatnya. Lalu acara dilanjutkan dengan persembahan sebuah lagu cinta yang dipersembahkan oleh Alexander untuk suaminya. Suara Alexandra terdengar sangat merdu dan membuat para tamu undangan y

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status