Part 46
“Don’t compare your struggles to anyone else’s. Don’t get discouraged by the success of others. Make your own path and never give up.” — MJ Korvan
*****
Di tepi hutan terlarang, Alexandra membawa Evander menemui rakyatnya yang sudah terbuang dari Kerajaan Anathema.
"Mana desa yang kau bilang itu?" tanya Evander.
"Kau belum bisa melihatnya, ya?"
"Lihat apa?"
"Hmm... baiklah perhatikan baik-baik!"
Wanita itu mengarahkan cahaya dari pedang Brave Gold di tangannya ke arah hutan tersebut.
Alexandra menoleh pada Evander yang masih terlihat bingung lalu ia bertanya, "Apa kau bisa melihatnya sekarang?"
Evander malah menatap balik ke arah gadis itu, lalu menganggukkan kepala seolah menjawab pertanyaan Alex kalau ia bisa melihat sesuatu yang ditunjuk oleh wanita itu yaitu Tepi Hutan Terlarang
Part 47 “You have to love your children unselfishly. That is hard. But it is the only way.” – Barbara Bush ***** Evander membawa Alexandra menemui Natti kembali. Ia merasa khawatir karena tak bisa menemui makhluk itu akhir-akhir ini. "Natti... Natti..." Evander berteriak di tepi danau memanggil Natti yang tak kunjung tiba. "Apa yang terjadi padanya, ya?" tanya Evander seraya melempar beberapa ikan ke permukaan danau agar Natti mau keluar. "Mana aku tau, coba terus memanggilnya!" Alexandra juga ikut menyerukan nama Natti. "Terakhir aku kesini ya bersamamu waktu itu," sahut Evander lalu berteriak kembali memanggil Natti. "Aku harus menyelam ke dalam gua di bawah danau sana ke rumah Natti berada," sahut Evander lalu menanggalkan pakaian lapisan luarnya dan bersiap terjun ke dalam danau. "Tunggu, tunggu, apa
Part 48 “When you want to give up, look at back and then see how far you have climbed to reach your goals.” — unknown. ***** "Hahaha kau lucu sekali," ucap Alexandra menggoda Evander. "Awas kau ya Alex-ku, aku akan membalasmu." Evander mengancam lalu ia langsung menghampiri gadis itu dan menggelitik perut Alexandra dengan tangannya. "Lepas, lepas hentikan!" pinta Alex pada Evan, akan tetapi pria itu tak juga menghentikan aksinya. "Aku tak akan melepaskanmu, rasakan ini!" seru Evander yang makin semangat dan makin jadi membuat Alex tertawa karena kegelian. Keduanya asik bercanda sampai lupa waktu dan hari mulai malam. "Astaga, ini sudah terlalu sore, senja mulai datang," ucap Alexandra menepuk bahu Evander yang masih bercanda dengan Natti dan kedua anaknya. "Baiklah, ayo kita kembali!" sahut Evander. "Tunggu, aku tadi mau memberi mereka nama, bagaimana kalau Natta dan Nitti, lihat mereka berbeda kup
Part 49 “Life would not be better because a chance, life will always be better because of the courage to take action at every chance.” — unknown. ***** "Tenanglah, kau sudah aman bersamaku." Alexandra mengusap rambut berantakan gadis itu. "Yang Mulia?" Selena menatap tak percaya ke arah Evander. "Halo, maafkan aku karena waktu itu aku tak berusaha menolongmu," ucap Evander. "Aku mengerti, kau bukan orang jahat, yang jahat itu si kakek tua Albanus, huh menyebalkan sekali dia!" seru Selena. "Lalu, bagaimana kau bisa kabur dan sampai di tangan lycan itu?" tanya Alexandra. "Aku melihatnya di luar penjara, lalu dia menawarkan diri untuk menolongku kabur dari penjara." "Ya karena kau bodoh, kau langsung percaya saja kepadanya, padahal ia mau menyantap dirimu ini," sahut Alexandra dengan nada ketus. "Ah... Jangan mengatai aku bodoh, aku kan hanya ingin bebas dari penjara dan mencari keberadaan dir
Part 50 Human progress is neither automatic nor inevitable… Every step toward the goal of justice requires sacrifice, suffering, and struggle; the tireless exertions and passionate concern of dedicated individuals. – Martin Luther King, Jr. ***** Keesokan harinya ketika pagi menjelang, Alexandra dan Selena menyiapkan makan pagi bersama Nyonya Demi. Setelah mereka makan bersama,. para rakyat yang tersisa sebanyak 30 orang yang ada di desa rahasia itu sudah berkumpul untuk mendengarkan arahan dari Raja Evander. Sang raja membagi para rakyat, sebagian untuk mempelajari teknik-teknik berkuda dan juga sambil memegang pedang dalam berperang, sebagian ada juga yang diajari cara teknik memanah oleh Alex, dan sebagian lagi ada juga yang bersiaga di barisan paling belakang untuk melontarkan bola api. Alex mempelajari itu semua dari film yang pernah ia tonton di zaman kehidupannya sebelum ia sampai di masa kerajaan Anathema. Semua mata terperanjat
Part 51 “When you forgive, you in no way change the past, but you sure do change the future.” — Bernard Meltzer. ***** Raja Evander melangkah mendekat ke arah Naga Ares seraya menundukkan kepalanya. Ia bahkan berlutut sambil menangis. Alexandra sampai heran melihat pria itu yang tiba-tiba berlutut. "Maafkan aku," ucap Evander. "Aku sudah melupakannya." Naga Ares mengucap dengan tulus. "Tapi aku merusak rumah dan membunuh anak-anakmu, seandainya saja aku bisa berpikir lebih dewasa saat itu," Evander menunduk dengan penuh penyesalan. "Tadinya aku juga sangat merasa dendam dan ingin menghancurkan kerajaan ini, akan tetapi ayahmu sangat berjasa ke padaku. Dia yang menyelamatkan aku ketika aku masih dalam telur. Lagipula, anak-anakku tak sepenuhnya mati di tanganmu," ucap Ares. Naga Ares mengingat masa lalunya bersama Raja Evans kecil, ayah dari Evander. *** Evans menangis di pelukan sang nenek, di depan pema
Part 52 “Forgiving what we cannot forgive creates a new way to remember. We change the memory of our past into a hope for our future.” — unknown. ***** kembali ke masa kini, saat Raja Evander meminta maaf pada Naga Ares. "Jadi kau dan ayahku—" "Ya, aku sangat mengagumi ayahmu, dialah yang menolong aku kala itu. Ibuku yang mengobati lukanya, tapi sayangnya pria bernama Albanus itu bekerja sama dengan penyihir dan para Lycan." Evander bangkit berdiri seraya mengepalkan kedua tangannya dengan kesal. "Jadi, selama ini aku dibodohi oleh Albanus si tua bangka itu," sahut Evander. Dia pula yang sudah merencanakan pembunuhan kakek, nenek bahkan ayahmu. Bahkan dia juga yang membunuh ibuku." Ares mendengus kesal kala mengingat kematian ibunya yang dikepung oleh para Lycan dan terjebak sihir Devilla. "Boleh aku memelukmu?" tanya Evander. "Silakan." Raja Evander dan Naga Ares saling berpelukan. Alexa
Part 53 Stay positive and happy. Work hard and don’t give up hope. Be open to criticism and keep learning. Surround yourself with happy, warm and genuine people.” — Tena Desae ****** Namun, saat ia mencoba mencubit pipi Dengan dengan gemas, anak itu langsung mencengkeram kedua lengan bagian atas Alexandra dan membuat gadis itu berteriak. "Aw... lepaskan aku!" pekik Alexandra. Gadis itu merasakan panas menjalar di lengannya. Alex buru-buru melepas cengkeraman bayi itu. Bagaimana bisa tangan mungil ini menyakitinya dan memiliki kekuatan seperti itu. Naga Ares mengetahui hal tersebut. Ia lalu menghampiri Demian dan menyentuh kepala anak kecil itu. "Untuk sementara waktu aku bisa mengendalikan kekuatan anak ini, akan tetapi jika jatuh di tangan yang salah, maka kemungkinan anak ini akan dikendalikan kekuatannya untuk menguasai dunia," ucap Ares. "Maka, lakukan penjagaan lebih ketat dari sebelumnya. Jangan sampai ada siapapu
“It’s not just about who’s being real to your face, but also about who’s being real behind your back.” — Unknown ****** Dengan kata kunci dan kekuatan yang diberikan oleh Tabib Morgan pada dirinya untuk membuka kabut penutup wilayah itu, akhirnya Josh dan rombongan masuk ke dalam wilayah desa rahasia. di mana sang raja Anathema yang sebenarnya sedang berada di sana. "Mereka para korban kekejaman si tua Albanus, ya?" tanya Alexandra menyambut kedatangan Josh dan Adam. "Iya, mereka menunggu aku di jalan setapak sebelum masuk hutan," jawab Josh. Evander yang datang menyusul Alexandra menghadapi kelima pria itu. "Yang Mulia Evander?" seru salah satu pria itu kala melihat Evander. Lycan Fang juga terkejut kala mendapati sang raja itu masih hidup. Ia yakin sekali kala waktu itu dia dan kawanannya telah membunuh sang raja. Bagaimana bisa pria itu masih hidup? Begitu yang ia pikirkan seraya mengamati Raja Evander. Evander terse