Sore itu juga Ratu memutuskan untuk secepatnya pulang ke Pontianak. Tak ada gunanya lagi ia berlama-lama disini. Hanya melahirkan kemarahan dan kekecewaan baru pada Reksa. Dia kecewa sekali dengan sikap Reksa. Tadinya dia berharap cowok itu mau berkompromi dengan keadaan dan memperbaiki hubungan mereka yang telah lama sunyi. Ratu rindu saat-saat dulu. Rindu tawa ramah dan kehangatan Reksa. Tapi bagaimana bisa dia merubahnya? Sedangkan Reksa sendiri tak yakin akan keadaan dirinya dan selalu skeptis memandang hari esok. Reksa sudah berubah menjadi laki-laki pengecut!
Ratu paham. Paham sekali dengan kondisi psikologis yang sedang melanda kehidupan keluarga Reksa. Anak mana yang tak terbebani mendapati ayahnya menjadi tersangka sebuah kasus korupsi besar dan lantas dicap sebagai koruptor? Anak mana yang tak merasa bingung dengan perubahan keadaan yang terjadi secara tiba-tiba, dari seorang pangeran yang mengecap kemewahan di dalam istana menjadi seorang gelandangan yang hidupnya tergantung dari seberapa kuat dan cepat tangannya bekerja membanting tulang dan pikiran?
Namun tak ada masalah yang tak ada penyelesaiannya. Tak ada persoalan yang tak memiliki jalan keluar. Ratu ingin Reksa keluar dari kebuntuan pikirannya. Ratu mau mengulurkan tangan agar Reksa bisa sedikit terbebas dari belenggu amarah dan duka yang akhir-akhir ini menjadi teman akrabnya. Ratu ingin mendampingi Reksa di saat saat sulit seperti ini, agar cowok itu tetap tegar dan kuat menjalani hari-hari yang terbentang hitam di hadapannya. Namun sepertinya Reksa tak butuh itu.
Hufffhhh… Ratu menarik nafasnya yang terasa sesak. Sudah berapa kali ia menghela nafas berat seperti itu seharian ini? Kabar itu datang begitu saja tanpa bisa memberi radar agar Ratu bisa mensortir dan mencari penangkal untuk menyerapnya. Tapi memang seperti itulah hukum alam. Gadis dua puluh tiga tahun itu benar-benar terluka. Tak menyangka hubungan yang telah mereka bina selama ini jadi kandas karena masalah keluarga Reksa. Dia tak mau ini terjadi tapi sepertinya memang harus terjadi. Reksa sepertinya tak mau kompromi soal itu dan ia tak bisa memaksa.
Ratu kenal sekali sifat Reksa, ada kalanya cowok itu bersikap lembut, namun saat sisi kerasnya sudah keluar, itu berarti ia tak bisa dibantah. Percuma adu argument kalau kita tahu hasil akhirnya seperti apa. Percuma capek bersuara kalau yang mendengar hanya udara dan tembok tak bertelinga. Kini Ratu pulang membawa sebongkah hati yang luka. Luka karena masalah orangtua Reksa dan mereka berdua yang harus menanggung dampaknya. Kini Reksa telah memutuskan semuanya….
Ratu yakin Reksa masih mencintainya. Cinta Reksa tak mungkin luntur hanya karena masalah sepihak. Tapi Ratu juga yakin kalau Reksa tak pernah main-main dengan perkataannya. Keputusan yang diambilnya tadi benar-benar keluar dari hatinya yang terdalam. Tak mungkin setengah hati ataupun hanya ucapan main-main. Walau selalu bersikap manis dan hangat pada Ratu tapi kalau sudah berubah menjadi serius, Reksa tak bisa di bantah.
Duh, Reksa… Tega banget kamu memutuskan hubungan ini secara sepihak, batin Ratu. Perasaannya nelangsa. Apa kamu sudah tak mencintaiku lagi? Walau coba memahami dan mengerti perasaan Reksa tapi Ratu tetap nggak bisa menerima keputusan tersebut. Semanis apapun bahasanya, toh yang dirasakan adalah isinya. Namun tadi Reksa tak mengatakannya dengan bahasa yang manis. Reksa to the point seakan Ratu tak memiliki hati dan perasaan.
Perlahan airmata Ratu luruh membasahi pipinya yang mulus. Sungguh dia tak sanggup kehilangan Reksa. Cinta itu telah begitu kuat mengakar di dalam hatinya. Reksa yang hangat dan ngemong. Reksa yang membuatnya nyaman sekaligus bangga. Reksa yang selalu menjadi pusat perhatian cewek-cewek di manapun dia berada, sekaligus sering membuatnya cemburu. Reksa yang ramah dan cerdas. Reksa yang tampan dan mempesona. Reksa yang…
Ah, airmata kini kian deras membasahi wajah Ratu. Dan alam seperti ikut merasakan kesedihan gadis itu. Awan kelabu yang tadinya menodai langit perlahan menitipkan rintik-rintik gerimisnya turun ke bumi. Ratu perlahan mengusap airmata yang membasahi pipinya, segera menghidupkan wiper mobilnya, berharap air hujan tak menghalangi pandangannya ke depan. Ia ongin segera sampai. Ia ingin melupakan apa yang telah terjadi pada hubungannya dengan Reksa. Tapi apa mungkin? Kenangan mereka terlampau kuat untuk dihapus dari ingatan.
Tak lama hujan pun turun dengan derasnya, menemani Ratu dalam perjalanan pulang ke Pontianak, menemaninya menangis di sepanjang jalan. Rasanya Ratu tak sanggup menahan buncah kesedihan yang ada di dalam dadanya. Kesedihan yang bercampur baur dengan luka dan kecewa karena Reksa.
Angin yang menderu kencang sesekali menampar kaca jendela mobilnya dengan keras. Tapi Ratu tak peduli. Dia malah kian menambah kecepatan laju mobilnya. Tak dihirukannya jalanan yang semakin licin dan kabur karena hujan yang kian menderas. Sekarang yang diinginkannya hanya satu, cepat sampai di rumah, mengunci diri di kamar dan menangis sepuas-puasnya tanpa ada yang mengganggu.
Ratu terus menginjak pedal gas, menambah kecepatan mobilnya tanpa memikirkan akibat dari laju mobil yang dikendarainya. Tiba-tiba dari arah depan, arah yang berlawanan dengan mobil Ratu, sebuah truk gandeng mendahului sebuah mobil sedan yang juga melintas dari arah depan. Mereka sepertinya saling dahulu mendahului. Sopir truk itu seperti tak melihat kalau di depannya ada sebuah mobil yang melaju berlawanan arah. Mobil Ratu. Saat Ratu tersadar dia sudah terlambat. Ketika coba membanting setir ke sebelah kiri, truk itu telah menyambar badan mobilnya dengan telak. Dan…
BRAAAKHHH….
“Aaaaaakkkhhhh….!”
Ratu terpekik. Jantungnya serasa copot dalam amukan badai ketakutan yang mematikan syaraf nyalinya. Badan mobilnya terseret beberapa meter ke depan dan kemudian menghantam trotoar dengan sangat keras. Mobil itu kemudian melambung keatas dan terhempas jatuh ke bawah dalam keadaan ringsek. Kejadiannya begitu cepat dan Ratu reflex memjamkan mata, ia seakan kehilangan kontrol pikiran dalam sekejap.
Setelah mobil terdiam dalam posisi dan kondisi yang amburadul, Ratu perlahan mmebuka matanya. Sekujur tubuh Ratu terasa sakit. Tulang belulangnya seperti dipaksa keluar dari bungkahan dagingnya. Airmata dan darah kini tak ada beda. Sekejap lokasi kecelakaan berubah menjadi arena keramaian. Orang-orang sekitar saling berlari untuk memberi pertolongan atau malah menjadikan kecelakaan itu sebagai tontonan.
Ratu tak peduli lagi akan semua itu, telinganya seakan tuli. Diam. Senyap. Alam seperti berhenti berputar sejanak. Rasa sakit dan perih seolah membayar rasa kecewanya pada Reksa. Teriakan panik dari orang-orang yang ingin segera menolong kini tak terdengar lagi di telinganya. Ratu terluka parah, terutama di bagian kaki dan ia kemudian jatuh pingsan, menahan beban sakit yang maha dahsyat di sekujur tubuhnya. Sejak saat itu dunia Ratu terasa gelap!
Jam tujuh malam Reksa siaran di Gantara AM. Sebenarnya dia kurang bersemangat untuk cuap-cuap di udara malam ini. Apalagi tadi mixernya bermasalah. Baru saja mau menaikkan chanel mikropon, tiba-tiba mixernya keluar asap, seperti ada yang bikin api unggun di dalam ruang siarnya, bersaing dengan asap rokok yang mengepul dari mulut Reksa. Ya, tak seperti di Galaxy FM dengan peraturan dan etika siar yang cukup ketat, disini Reksa sedikit bebas, bisa merokok walaupun sedang on-air dan AC ruangan dalam keadaan menyala. Bebas sebebas-bebasnya. Melihat pemandangan yang tak biasa itu Reksa panik dan langsung menelepon Saeful untuk segera datang ke studio. Tuh anak, walau suaranya kalau lagi siaran kalah merdu dengan suara kucing dalam karung, tapi kalau soal membenarkan alat-alat yang rusak di studio, masih bisa diandalkan. Walaupun lebih sering dibuat semakin rusak. Begitu informasi sementara yang Reksa d
Kecelakaan mobil yang dialami Ratu sangat parah. Tak hanya luka yang dideritanya namun juga patah tulang di beberapa bagian di tubuh gadis malang itu. Kalau melihat kondisi body mobilnya yang ringsek, tak ada yang yakin kalau pengemudianya masih bisa bertahan hidup. Semuanya semata hanya karena mukjizat dari Tuhan yang membuat Ratu masih bisa menghirup udara dunia hingga hari ini, walau untuk itu ia mesti melaluinya dengan cara yang sangat sulit untuk dibayangkan. Karena insiden itu Ratu koma selama dua hari di RSU Antonius Pontianak. Semua mengkhawatirkan keselamatan jiwanya, terlebih keluarga dan kedua orangtuanya. Saat pertama kali siuman, Ratu langsung histeris melihat kondisi dirinya dan beberapa kali pingsan kembali. Kedua orangtuanya semakin sedih melihat fisik dan psikis yang dialami oleh Ratu. Seminggu di rumah sakit keadaan Ratu semakin memburuk. B
Luka fisik Ratu memang sembuh tapi tidak dengan luka psikisnya. Pasca kakinya diamputasi, Ratu selalu termenung di kamarnya. Ragam pikirannya bercampur aduk sekarang. Kadang Ratu tak bisa membedakan mana alam nyata dengan alam khayalnya. Seribu satu penyesalan ia hujamkan kedalam diri sendiri. Mengapa ia nekad menemui Reksa? Mengapa ia kalap menyetir mobil di kala hujan mendera? Apakah ia puas setelah ini? Apa yang ia dapatkan setelah apa yang ia perjuangkan tak dapat menghasilkan kemenangan? Tanpa sadar airmata sudah membasahi wajahnya. Tak cukup sampai disitu. Gadis itu juga menolak keluar kamar kalau ada tamu, sanak famili atau keluarga jauh yang datang berkunjung ingin menjenguknya. Kenalan dan teman-teman semasa kuliah yang ingin menemuinya juga tak pernah digubris. Semua kecewa dengan sikap yang diambil Ratu. Namun mereka juga sadar dan memaklumi keadaan. Bagaimana perasaan mereka jika posisi Ratu adala
Begitulah sekarang keadaan Ratu. Pasca operasi amputasi kakinya, kondisi psikis gadis itu kian memburuk. Kehilangan sebelah kaki seakan melenyapkan seluruh harapan hidupnya. Jika boleh memilih, ia ingin mati saja daripada hidup dengan fisik yang tak lagi sempurna. Semua mencemaskannya. Semua sedih melihat kondisinya. Kedua orangtua dan juga adik kembarnya tak henti-hentinya menyemangati, namun sepertinya sia-sia. Harapan dan asa tak lagi milik Ratu. Semua telah padam seiring satu kakinya yang terbuang. “Kak… Kakak harus semangat lagi. Jangan buat kita ikutan sedih melihat Kakak seperti ini,” pujuk Raka dengan harapan yang tak pernah padam. Namun Ratu, diatas kursi rodanya, hanya tersenyum sumbang. “Kami tahu apa yang Kakak rasakan. Ini memang sulit untuk Kakak. Tapi, jika Kakak bersikap seperti ini terus,
Tak ada yang tak bisa di dunia ini selagi manusia mau berusaha. Upaya Pak Dibyo dan keluarga dalam penyembuhan fisik dan pemulihan psikis Ratu mulai menampakkan hasilnya. Kini Ratu tak lagi berkawan dengan kursi rodanya. Ia pun sekarang tampak lebih optimis dalam menjalani hari-harinya. Ratu juga selalu berusaha menggunakan prostesisnya dan selalu belajar berjalan layaknya orang yang berkaki normal. Untung kedua orangtuanya dan adik-adiknya sangat perhatian dan selalu membantu, jadi kemampuan Ratu dalam menggunakan prostesis terbilang cepat prosesnya. Suatu hari Lila datang kembali ke rumah Ratu. Tak seperti biasanya kali ini Ratu menyambut Lila dengan senyum yang sedikit merekah. Dari wajah cantiknya juga dibinari dengan harapan. Kepercayaan diri sahabatnya itu sepertinya perlahan sudah bangkit kembali, pikir Lila. Gadis berambut pendek itu sangat senang melihat perubahan sikap Ratu tersebut. Lila adalah salah
Hari pasti berganti, namun hati belum tentu bisa mengimbangi. Ada banyak peristiwa yang menimbulkan duka, menyisakan luka. Belum satu mongering, timbul lula baru yang menambah pedih. Namun apa yang bisa manusia lakukan demi menghadapi itu semua? Apakah terus terpuruk, berdiam diri dan kalah? Apa terus menyesali takdir dengan mengurainya tanpa berusaha untuk mengubah? Tuhan selalu menciptakan jalan untuk semua masalah yang diberikan. Berdoa dan berusaha adalah jalan terbaik untuk melenyapkan segala cobaan yang mendera. Pagi ini Reksa tidak ada jadwal siaran, jadi ia bisa beres-beres kamar dan juga nyuci baju yang kelihatannya sudah mulai menggunung. Kalau dulu, boro-boro beberes kamar dan nyuci baju, nyuci CD-nya sendiri saja pembantu di rumah yang mengerjakan. Ah, ingat rumahnya Reksa menjadi sedih. Walau bagaimanapun pahitnya, tapi banyak kenangan manis yang telah terlukis di sana. Sekarang keadaan su
Bertahan adalah salah satu sifat alami manusia yang dianugerahkan Tuhan. Kemana pun tempatnya dan kapan pun saatnya, jika hal itu terjadi makan manusia punya akal dan naluri untuk menyiasati. Ada banyak keraguan dan juga rasa enggan. Merubah kebiasaan dan beradaptasi dengan lingkungan memang tak semudah membalikkan telapak tangan. Untuk itulah akal dan pikiran manusia diciptakan, untuk membantu mengatasi segala macam masalah untuk menaklukan keadaan. Saat lamunan terus menjelajahi masa lalunya, menerobos lorong waktu, Reksa dikejutkan oleh sebuah suara. Tika, adik pertama Barudin, tiba-tiba mengetuk pintu kamar dan memanggil Reksa dari luar. Reksa terpaksa memutus lamunannya dan bangun dari rebahan. Terbersit heran dan tanya dalam hati Reksa. Tak seperti biasanya Tika memanggilnya seperti saat ini. Ada apa gerangan? Apakah sesuatu yang penting yang ingin disampaikan gadis kecil itu? &
Di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung. Lingkungan baru berarti kau harus mampu menyesuaikan diri, bahkan kadang dituntut menjadi pribadi yang baru. Saat semua tak dapat diatasi, maka masalah akan menanti. Adat dan kebiasaan setiap daerah memang berbeda, namun semua bisa diatasi dengan etika. Saat perilaku dibarengi dengan adab bertamu yang berlaku, maka aman sentosalah hidupmu yang baru. Begitu pula sebaliknya. Jodi Mulya adalah penyiar senior sekaligus manajer tak resmi di radio Gantara AM, tempat di mana sekarang Reksa bekerja. Radio Gantara AM adalah anak cabang dari radio Khatulistiwa FM yang ada di Pontianak yang cabangnya tersebar di beberapa kota yang ada di Kalimantan Barat seperti Mempawah, Singkawang, Ngabang, Ketapang, Sanggau dan juga Sintang. Kalau boleh jujur, sebenarnya pengelolaan radio Gantara AM sangat jauh kata manajemen sebuah ra