Share

BAB 06 : Dan Gelap Pun Menyergap

            Sore itu juga Ratu memutuskan untuk secepatnya pulang ke Pontianak. Tak ada gunanya lagi ia berlama-lama disini. Hanya melahirkan kemarahan dan kekecewaan baru pada Reksa. Dia kecewa sekali dengan sikap Reksa. Tadinya dia berharap cowok itu mau berkompromi dengan keadaan dan memperbaiki hubungan mereka yang telah lama sunyi. Ratu rindu saat-saat dulu. Rindu tawa ramah dan kehangatan Reksa. Tapi bagaimana bisa dia merubahnya? Sedangkan Reksa sendiri tak yakin akan keadaan dirinya dan selalu skeptis memandang hari esok. Reksa sudah berubah menjadi laki-laki pengecut!

            Ratu paham. Paham sekali dengan kondisi psikologis yang sedang melanda kehidupan keluarga Reksa. Anak mana yang tak terbebani mendapati ayahnya menjadi tersangka sebuah kasus korupsi besar dan lantas dicap sebagai koruptor? Anak mana yang tak merasa bingung dengan perubahan keadaan yang terjadi secara tiba-tiba, dari seorang pangeran yang mengecap kemewahan di dalam istana menjadi seorang gelandangan yang hidupnya tergantung dari seberapa kuat dan cepat tangannya bekerja membanting tulang dan pikiran? 

            Namun tak ada masalah yang tak ada penyelesaiannya. Tak ada persoalan yang tak memiliki jalan keluar. Ratu ingin Reksa keluar dari kebuntuan pikirannya. Ratu mau mengulurkan tangan agar Reksa bisa sedikit terbebas dari belenggu amarah dan duka yang akhir-akhir ini menjadi teman akrabnya. Ratu ingin mendampingi Reksa di saat saat sulit seperti ini, agar cowok itu tetap tegar dan kuat menjalani hari-hari yang terbentang hitam di hadapannya. Namun sepertinya Reksa tak butuh itu.

            Hufffhhh… Ratu menarik nafasnya yang terasa sesak. Sudah berapa kali ia menghela nafas berat seperti itu seharian ini? Kabar itu datang begitu saja tanpa bisa memberi radar agar Ratu bisa mensortir dan mencari penangkal untuk menyerapnya. Tapi memang seperti itulah hukum alam. Gadis dua puluh tiga tahun itu benar-benar terluka. Tak menyangka hubungan yang telah mereka bina selama ini jadi kandas karena masalah keluarga Reksa. Dia tak mau ini terjadi tapi sepertinya memang harus terjadi. Reksa sepertinya tak mau kompromi soal itu dan ia tak bisa memaksa. 

            Ratu kenal sekali sifat Reksa, ada kalanya cowok itu bersikap lembut, namun saat sisi kerasnya sudah keluar, itu berarti ia tak bisa dibantah. Percuma adu argument kalau kita tahu hasil akhirnya seperti apa. Percuma capek bersuara kalau yang mendengar hanya udara dan tembok tak bertelinga. Kini Ratu pulang membawa sebongkah hati yang luka. Luka karena masalah orangtua Reksa dan mereka berdua yang harus menanggung dampaknya. Kini Reksa telah memutuskan semuanya….

            Ratu yakin Reksa masih mencintainya. Cinta Reksa tak mungkin luntur hanya karena masalah sepihak. Tapi Ratu juga yakin kalau Reksa tak pernah main-main dengan perkataannya. Keputusan yang diambilnya tadi benar-benar keluar dari hatinya yang terdalam. Tak mungkin setengah hati ataupun hanya ucapan main-main. Walau selalu bersikap manis dan hangat pada Ratu tapi kalau sudah berubah menjadi serius, Reksa tak bisa di bantah. 

            Duh, Reksa… Tega banget kamu memutuskan hubungan ini secara sepihak, batin Ratu. Perasaannya nelangsa. Apa kamu sudah tak mencintaiku lagi? Walau coba memahami dan mengerti perasaan Reksa tapi Ratu tetap nggak bisa menerima keputusan tersebut. Semanis apapun bahasanya, toh yang dirasakan adalah isinya. Namun tadi Reksa tak mengatakannya dengan bahasa yang manis. Reksa to the point seakan Ratu tak memiliki hati dan perasaan. 

          Perlahan airmata Ratu luruh membasahi pipinya yang mulus. Sungguh dia tak sanggup kehilangan Reksa. Cinta itu telah begitu kuat mengakar di dalam hatinya. Reksa yang hangat dan ngemong. Reksa yang membuatnya nyaman sekaligus bangga. Reksa yang selalu menjadi pusat perhatian cewek-cewek di manapun dia berada, sekaligus sering membuatnya cemburu. Reksa yang ramah dan cerdas. Reksa yang tampan dan mempesona. Reksa yang… 

            Ah, airmata kini kian deras membasahi wajah Ratu. Dan alam seperti ikut merasakan kesedihan gadis itu. Awan kelabu yang tadinya menodai langit perlahan menitipkan rintik-rintik gerimisnya turun ke bumi. Ratu perlahan mengusap airmata yang membasahi pipinya, segera menghidupkan wiper mobilnya, berharap air hujan tak menghalangi pandangannya ke depan. Ia ongin segera sampai. Ia ingin melupakan apa yang telah terjadi pada hubungannya dengan Reksa. Tapi apa mungkin? Kenangan mereka terlampau kuat untuk dihapus dari ingatan.

            Tak lama hujan pun turun dengan derasnya, menemani Ratu dalam perjalanan pulang ke Pontianak, menemaninya menangis di sepanjang jalan. Rasanya Ratu tak sanggup menahan buncah kesedihan yang ada di dalam dadanya. Kesedihan yang bercampur baur dengan luka dan kecewa karena Reksa. 

            Angin yang menderu kencang sesekali menampar kaca jendela mobilnya dengan keras. Tapi Ratu tak peduli. Dia malah kian menambah kecepatan laju mobilnya. Tak dihirukannya jalanan yang semakin licin dan kabur karena hujan yang kian menderas. Sekarang yang diinginkannya hanya satu, cepat sampai di rumah, mengunci diri di kamar dan menangis sepuas-puasnya tanpa ada yang mengganggu. 

            Ratu terus menginjak pedal gas, menambah kecepatan mobilnya tanpa memikirkan akibat dari laju mobil yang dikendarainya. Tiba-tiba dari arah depan, arah yang berlawanan dengan mobil Ratu, sebuah truk gandeng mendahului sebuah mobil sedan yang juga melintas dari arah depan. Mereka sepertinya saling dahulu mendahului. Sopir truk itu seperti tak melihat kalau di depannya ada sebuah mobil yang melaju berlawanan arah. Mobil Ratu. Saat Ratu tersadar dia sudah terlambat. Ketika coba membanting setir ke sebelah kiri, truk itu telah menyambar badan mobilnya dengan telak. Dan…

            BRAAAKHHH….

            “Aaaaaakkkhhhh….!”

            Ratu terpekik. Jantungnya serasa copot dalam amukan badai ketakutan yang mematikan syaraf nyalinya. Badan mobilnya terseret beberapa meter ke depan dan kemudian menghantam trotoar dengan sangat keras. Mobil itu kemudian melambung keatas dan terhempas jatuh ke bawah dalam keadaan ringsek. Kejadiannya begitu cepat dan Ratu reflex memjamkan mata, ia seakan kehilangan kontrol pikiran dalam sekejap.

            Setelah mobil terdiam dalam posisi dan kondisi yang amburadul, Ratu perlahan mmebuka matanya. Sekujur tubuh Ratu terasa sakit. Tulang belulangnya seperti dipaksa keluar dari bungkahan dagingnya. Airmata dan darah kini tak ada beda. Sekejap lokasi kecelakaan berubah menjadi arena keramaian. Orang-orang sekitar saling berlari untuk memberi pertolongan atau malah menjadikan kecelakaan itu sebagai tontonan.

            Ratu tak peduli lagi akan semua itu, telinganya seakan tuli. Diam. Senyap. Alam seperti berhenti berputar sejanak. Rasa sakit dan perih seolah membayar rasa kecewanya pada Reksa. Teriakan panik dari orang-orang yang ingin segera menolong kini tak terdengar lagi di telinganya. Ratu terluka parah, terutama di bagian kaki dan ia kemudian jatuh pingsan, menahan beban sakit yang maha dahsyat di sekujur tubuhnya. Sejak saat itu dunia Ratu terasa gelap!

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status