Share

BAB 07 : Cintai Dulu Baru Nikmati

           Jam tujuh malam Reksa siaran di Gantara AM. Sebenarnya dia kurang bersemangat untuk cuap-cuap di udara malam ini. Apalagi tadi mixernya bermasalah. Baru saja mau menaikkan chanel mikropon, tiba-tiba mixernya keluar asap, seperti ada yang bikin api unggun di dalam ruang siarnya, bersaing dengan asap rokok yang mengepul dari mulut Reksa. Ya, tak seperti di Galaxy FM dengan peraturan dan etika siar yang cukup ketat, disini Reksa sedikit bebas, bisa merokok walaupun sedang on-air dan AC ruangan dalam keadaan menyala. Bebas sebebas-bebasnya. 

          Melihat pemandangan yang tak biasa itu Reksa panik dan langsung menelepon Saeful untuk segera datang ke studio. Tuh anak, walau suaranya kalau lagi siaran kalah merdu dengan suara kucing dalam karung, tapi kalau soal membenarkan alat-alat yang rusak di studio, masih bisa diandalkan. Walaupun lebih sering dibuat semakin rusak. Begitu informasi sementara yang Reksa dapat. Tapi apa salahnya mencoba, bukan? 

          Tak butuh waktu lama Saeful pun muncul. Melihat sosoknya Reksa seperti melihat ksatria berjubah hitam yang siap menolong orang-orang yang sedang kesulitan. Tanpa babibu lagi, Reksa langsung ke pokok permasalahan, dan Saeful sigap mengerjakan apa yang dipintakan. Sepertinya Saeful sudah biasa mengerjakan hal beginian. Lihat saja, betapa piawainya cowok itu membenahi alat-alat yang sedang mengalami kemacetan.

          “Kalau mau menaikkan suaranya jangan langsung tancap, Sa. Tunggu sampai beberapa menit dulu,” instruksi Saeful, setelah mixer sudah melewati masa kritisnya. Melihat itu tak ayal Reksa merasa takjub juga denga kelincahan otak dan tangan Saeful.

          “Kok bisa begitu? Perasaan, dimana-mana kalo tombolnya udah on, berarti perangkat siar siap bekerja?” tanya Reksa bingung. Lagian, dia kan belum kenal dengan penyakit semua perangkat siar yang ada di sini. Perlu adaptasi lagi nih, sepertinya.

          “Ya, namanya juga alat jadul, Sa. Kayak manula. Maunya ditungguin dan nggak bisa dibuat terkejut!” jelas Saeful mencoba beranalogy agar Reksa sedikit terkesan padanya. Reksa manggut-manggut mencoba untuk mengerti keadaan dan coba memaklumi.

          Akhirnya, setelah insiden tersebut sudah mereda, Reksa kemudian memulai siaran dengan hati masih berbalut pilu. Gila! Kenapa perasaannya jadi tambah kacau begini? Pasca pertemuannya dengan Ratu tadi sore, kesedihan itu memang masih berlanjut. Bayangan wajah Ratu yang sarat akan kesedihan masih membekas jelas di benaknya. 

          Sungguh ia dilema tapi harus memilih. Di satu sisi Reksa tak mau kehilangan dan mengecewakan gadis itu. Tapi di sisi lain ia tak bisa meneruskan hubungan dengannya. Reksa limbung. Memilih pasrah. Kalah akan keadaan. Kepercayaan dirinya sebagai laki-laki telah luntur. Dia merasa kerdil di depan Ratu.

          Tapi seburuk apapun kondisi hatinya sekarang, Reksa tetap harus mengudara, menunaikan tugas, menyapa pendengar setia Gantara AM. Itulah salah satu resiko menjadi penyiar. Sesuram apapun hatinya, seorang penyiar tak boleh terdengar sedih di depan pendengarnya dan harus selalu menghibur orang lain walau dia sendiri butuh di hibur. Seperti yang sedang dialami Reksa hari ini.

          Acara yang dibawakan Reksa adalah request lagu via kartu atensi. Kartu atensi itu bisa dibeli di radio Gantara AM seharga seribu rupiah. Disitu para monitor atau para pendengar setia, bisa kirim-kirim salam sambil minta lagu kegemarannya. 

          Nama acaranya Bingkisan Pendengar. Pertama mendengar nama program-nya, Reksa senyum-senyum sendiri. Nama itu benar-benar sederhana, pikirnya, tak cukup kompeten untuk dijual di udara. Tapi ia tak peduli. Saat ini yang terpenting ia masih bisa survive apapun keadannya.

          Malam ini cukup banyak kartu atensi yang masuk. Ada sekitar dua puluh kartu dengan berbagai tulisan dan request lagu yang beragam, Mayoritas minta lagu Indonesia yang sedang happening saat ini, yang jujur Reksa sama sekali tak pernah mendengarkannya, bahkan tak tahu kalau lagu itu pernah ada. Kalaupun ada yang request lagu mancanegara, sebatas lagu jadul miliknya Guns N Roses atau Scorpion.

          Tapi selain request lagu, ada juga pendengar yang curhat colongan. Dari curhat masalah sekolah, kegalauan cinta, sampai dengan persoalan rumah tangga tak sungkanmereka beberkan di kartu. Dari situ bisa ketebak kalau pendengar Gantara AM memang tidak mengenal strata dan usia.      

          Namun dibalik semua itu, diam-diam Reksa mulai menanamkan rasa ‘suka’ dengan mata acara yang dibawakannya. Karena kalau kita sudah mencintai pekerjaan, nixcaya seberat apapun bisa dilewati dengan senyuman dan tanpa beban.

          “Halo Gantara listener di mana pun kamu berada, kembali bersama Reksada Dirga disini yang akan mewarnai hari-hari kamu dengan lagu-lagu pilihan dari koleksi Gantara AM. Selama dua jam kedepan, Reksa akan membacakan request kamu semua dan tentu saja memutarkan lagu-lagu permintaan kalian.” Reksa menyapa pendengar dengan smiling voicenya yang terdengar khas.

          “Kartu pertama datangnya dari Maemunah. Halo abang yang cakep, Halo juga Maemunah. Aku mau request lagu Wali nih yang judulnya Bukan Bang Toyib. Lagu itu aku persembahkan buat mantan tunanganku yang sekarang sudah tak ada kabar beritanya. Mungkin sudah merit dengan seorang gadis di Malaysia sana. Lagu ini aku kirim juga buat teman-teman yang lagi ngerumpi seperti….” 

          Tak sadar Reksa tersenyum sendiri membacanya. Pendengar ini mau minta lagu apa mencari orang hilang? Setelah tiga kartu bernada sama, Reksa kemudian memutar beberapa lagu sesuai permintaan para monitor tersebut. 

          Kalau mau jujur, kartu-kartu itu membuatnya ilfil. Semuanya stereotype. Kalau nggak kirim-kirim salam dengan tulisan alay, ya mintanya lagu Indonesia yang tak pernah di dengarkannya. Rata-rata mereka juga curhat tentang masalah sepele yang sebenarnya tak perlu diumbar di udara.

          Reksa rindu dengan lagu-lagu Top 40. Pop, rock, hip-hop, dance, country dari penyanyi, band dan musisi-musisi mancanegara, yang membuatnya selalu up-date dengan perkembangan dunia music mancanegara. Bukan lagu pop dengan lirik cengeng dan juga dangdut koplo yang kini mulai akrab di telinganya. 

          Reksa rindu lagu-lagu berkelas dengan suara, lirik dan melodi memukau, yang penyanyinya sesekali hadir mengunjungi stasiun radionya untuk di wawancarai. Bukan lagu-lagu menjemukan dengan suara penyanyinya yang cempereng, notasi yang datar dan mudah ketebak kemana arah nadanya. 

          Reksa rindu dengan lagu-lagu berkualitas yang dikemas dengan digital terkini dan canggih, bukan lagu dengan kualitas rekaman yang low budget yang tak bisa di set untuk suara mono dan stereo.    

          Reksa rindu dengan program-program yang pernah dbawakannya dulu di Galaxy FM, program acara yang sesuai dengan jiwanya. Program yang tak hanya membuatnya merasa selalu muda tapi juga memberikan energi positif yang berdampak pada wawasannya yang kian luas. Dan memang seperti itulah seharusnya seorang penyiar. Dinamis dan selalu terkini.

          Reksa juga rindu dering telepon pendengar-pendengarnya yang tak kalah up-date dengan meminta lagu-lagu mancanegara terbaru, membuat referensi lagunya jadi bertambah tanpa membaca laman tangga lagu Top 40 di internet. 

          Tapi disini? Kenapa mereka jarang sekali request lagu mancanegara? Apa telinga mereka tak pernah tersentuh peradaban dunia musik Internasional? Menutup akses rapat-rapat dari invasi musik barat? Tapi kalau mereka request lagu-lagu mancanegara terkini, apa iya koleksi lagu-lagunya ada di radio Gantara AM ini? Reksa meragukannya. 

Karena ia sempat melihat folder untuk lagu-lagu barat di komputer berwarna gading (saking jadulnya) itu sangat sedikit. Minim. Mau nge-d******d, akses internet juga nggak tersedia. Hadeuh… Lagi-lagi Reksa senyum-senyum sendiri. Miris.

          “Disini jarang yang memutar lagu barat. Banyak yang ndak tahu dan ndak begitu suka,” jelas Saeful saat Reksa bertanya di jam pergantian siar.

          “Sebenarnya yang seperti itu harus dimulai dari penyiar atau radionya sendiri, Ful. Bisa saja dengan menghadirkan sebuah program yang menyajikan musik-musik mancanegara,” tukas Reksa.

          “Maksudnya?”

          “Kalau aku lihat, list acara di Gantara AM nggak ada yang menyajikan musik-musik mancanegara. Semua program dihiasi dengan lagu-lagu pop Indonesia atau dangdut. Itu pun pop tanggung yang musiknya masih jauh dengan tingkat kualitas, baik lirik maupun melody.”

          “Ya, begitulah, Sa. Namanya juga radio orang kampung. Jadi kesannya ya kampungan. Hehehe…,” Saeful terkekeh sendiri. 

          “Kampungan bukan ditentukan darimana kita berasal, Ful, tapi dari cara individu tersebut berpikir dan bersikap, pun termasuk mengkonsumsi lagu-lagu barat. Lagu barat nggak hanya milik orang kota lho, sekarang,” tepis Reksa.

          “Iya, aku tahu. Tapi kalau dasarnya mereka memang ndak menyukai lagu-lagu barat, mau tiap jam disodorkan dengan musik itu pun, telinga mereka ndak bakalan bisa menerima,” sanggah Saeful.

          Reksa diam-diam membenarkan perkataan Saeful. Tapi dalam diamnya ia merancang sesuatu di otaknya. Ia harus dan bisa menginvasi acara-acara yang lebih memiliki warna dan membuat pendengarnya menjadi lebih banyak dari sebelumnya di Gantara AM ini. 

          Tak hanya menghadirkan musik mancanegara tapi juga menampilkan program-program dengan format lagu-lagu Indonesia berkualitas. Memikirkannya, adrenalin Reksa sontak terasa kian terpacu.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status