Devana dan Mita serta teman-teman yang lain pun kini tengah berada di dalam kelas. Kelas pun sangat ricuh sampai akhirnya seorang dosen perempuan datang memasuki kelas dengan anggunnya, dan saat melihat dosen datang suasa kelas pun berubah menjadi hening.
"Oke bagus kalian langsung mengerti saat saya masuk kelas. Oh ya sekedar info untuk kalian bahwa hari ini pembimbing kalian Pak Raka Aditya tidak masuk, karena beliau ada urusan keluarga. Jadi sebagai gantinya saya lah yang akan membimbing kalian untuk membahas soal skripsi kalian oke anak-anak,” jelas Amara seorang dosen wanita yang jatuh cinta pada Raka sejak pertama kali melihatnya namun sayangnya Raka tidak suka dan tidak mempunyai perasaan padanya juga tidak peduli dengan perhatian yang Amara selalu berikan padanya.
"Wah ibu pacaran ya sama pak Raka? Kok Bu Amara tahu semua tentang pak Raka sih?” tanya salah satu mahasiswa yang sengaja menggoda Dosennya itu. Dan suasana kelas pun kembali ricuh seperti semula membuat Devana menutup telinganya karena merasa pusing mendengar suasana kelas yang sangat ramai. Namun, tiba-tiba suara gebrakan meja pun terdengar begitu keras dikelas itu. Dan Amara lah pelakunya, membuat mahasiswa di kelas itu terdiam dan suasana kelas pun kini kembali hening.
Brakkk
"Diam! Hentikan ocehan kalian!” bentak Amara dengan menatap tajam seluruh mahasiswanya, dan itu berhasil membuat mereka semua terdiam. "Ekhem..., bagus sekarang kita mulai pembahasan tadi, tentang skripsi kalian. Ingat cuma tinggal beberapa bulan lagi ya, maka dari itu pak Raka lah yang akan membimbing kalian. Supaya kalian bisa mendapatkan nilai yang bagus dan terbaik paham kalian?!” Tegas Amara, semua mahasiswa pun mengangguk, karena tidak ingin mendengarkan ocehan Amara lebih lama lagi. Bisa pusing kepala mereka mendengarnya.
Sementara itu dirumah keluarga Raka. Kedua orang tua Raka sedang membahas soal perjodohannya dengan putri sahabat ayahnya itu. Yang Raka ketahui adalah mahasiswinya akan dibimbing olehnya nanti.
"Tapi Ayah, dia itu mahasiswi Raka loh. Terus yang harus kalian tahu? Dia itu masih kekanak-kanakan.” Raka mendengus kesal karena kedua orang tuanya, yang terus menerus memaksanya, agar mau dijodohkan dengan putri sahabatnya mereka.
"Raka, usia kamu sudah 30 tahun loh. Kamu tahu Bunda khawatir sama kamu. Bunda takut, putra semata wayang Bunda mendapatkan perempuan yang tidak baik. Tidak kah kamu kasihan pada Bunda yang sudah tua ini dan sangat ingin mempunyai menantu dan Cucu? Putri Anna dan Devan lah yang bunda inginkan untuk menjadi menantu bunda.” Ratih berucap dengan lirih dan mulai terisak. Mendengar isakan sang bunda membuat Raka jadi tidak tega, karena memang itu lah yang selalu menjadi kelemahan Raka. Karena dia sangat menyayangi bundanya dan tidak akan tega melihat bundanya menangis. Raka mengacak rambutnya prustasi, karena bundanya mulai memanfaatkan kelemahannya. Sementara Radit tersenyum karena melihat akting istrinya yang cukup meyakinkan sang putra.
"Baik Bunda, Baik Raka akan terima perjodohan ini demi Bunda. Tapi setelah menikah Raka akan tinggal di apartemen milik Raka sendiri. Kalau kalian tidak setuju jangan harap Raka mau menerima perjodohan ini apalagi menikah dengan gadis pilihan kalian,” ancam Raka dengan raut wajah yang sulit diartikan. Sementara kedua orang tuanya tersenyum tipis setelah mendengar jawaban putranya itu, meski syarat yang Raka ajukan sedikit membuat Ratih sedih, karena dia ingin sekali tinggal bersama putra dan menantunya dirumahnya. Tapi karena dengan syarat itu Raka mau menikahi Putri Sahabatnya. Ratih pun tidak keberatan toh dia bisa bertemu menantunya itu kapan pun dia mau.
"Oke tidak apa-apa, jadi nanti sore kita akan ke rumah om Devan dan tante Anna ya,” Ujar Ratih dengan sangat antusias, begitu juga dengan Radit. Dia tersenyum penuh kemenangan karena akhirnya putranya mau menuruti keinginannya.
Lalu bagaimana dengan Raka? Tentu saja dia merasa tertekan, dia terpaksa menerima perjodohan itu. Karena tidak ingin melihat sang bunda menangis. Saat keputusan sudah diambil, Raka hanya mengangguk saat menjawab ajakan sang bunda untuk pergi ke rumah calon istri dan calon mertuanya.
****
Akhirnya para mahasiswa pun meninggalkan kampus. Karena kelas mereka tengah usai. sesuai janji Devana, kini ia pun langsung pulang ke rumahnya, karena akan ada tamu yang datang yaitu calon suaminya, yang tak lain adalah Dosen killernya. Yang mulai besok akan jadi pembimbing dikelasnya. meski sebenarnya dia ragu dan ingin rasanya dia menolak, tapi kalau harus pergi ke luar negeri dan tinggal disana bersama nenek dan kakeknya. Membayangkannya saja Devana bergidik ngeri, jadi lebih baik dia coba untuk berkomitmen dengan Dosen killernya saja siapa tahu tidak seburuk yang Dia pikirkan. Kini Devana pun sampai dirumahnya, dia langsung masuk dengan wajah sedikit ditekuk dan bibir yang mengerucut.
"Eh putri mommy yang cantik sudah pulang? Sini sayang duduk Mommy sama Daddy mau bicara sebentar sama kamu, Nak. Sebelum calon suami kamu datang,” Panggil Anna, yang dijawab anggukan oleh Devana, lalu dia pun menghampiri mommy dan Daddynya yang sedang duduk diruang tamu. Devana duduk di dekat sang Mommy.
"Ada apa Mom, Dad?” tanya Devana sambil menatap lekat Kedua orang tuanya secara bergantian.
"Nggak apa sayang. Mommy sama Daddy cuma mau ngobrol aja sama putri Mommy yang cantik ini, karena sebentar lagi putri Mommy ini akan dibawa suaminya. Ingat ya sayang kalau nanti kamu udah nikah kamu harus nurut sama suami kamu, gak boleh ngebantah kalau suami nyuruh apa-apa, meski sekarang belum ada cinta, tapi Mommy yakin seiring waktu berjalan apalagi kalian selalu bersama pasti cinta akan datang diantara kalian. ingat kata pepatah Cinta datang karena terbiasa, apalagi Mommy tahu kalau kamu belum punya pacar,” tebak Anna sambil menggenggam tangan Devana dan tersenyum pada putrinya itu.
"Iya sayang, Daddy berharap kamu dan suamimu akan hidup rukun dan bahagia nantinya. Kami juga berharap kamu bisa menyelesaikan masalah. Tapi jika suatu saat rumah tangga kalian dalam masalah, bicarakanlah dengan kepala dingin jangan dengan emosi apalagi egois yang meliputi. Karena Daddy yakin kalau putri Daddy ini sangat baik dan tidak akan berbuat macam-macam,” Sambung Devan, yang ikut memberi wejangan kepada putrinya semata wayangnya itu.
"Iya Dad,Mom.Deva akan mencoba menjadi seorang istri yang baik dan patuh pada suami kelak. Dan Deva juga akan membuang sikap egois Deva.”
Namun, tanpa terasa air mata Devana menetes dan mulai terisak, saat dia teringat dengan kebersamaannya bersama kedua orang tuanya yang sangat dia sayangi, dan cuma hanya tinggal sebentar lagi.
"Sudah jangan menangis sayang, kamu kan bisa berkunjung kesini kalau kamu kangen sama Mommy dan Daddy. Sekarang Deva ganti baju dan siap-siap sana, dandan yg cantik ya sayang, bajunya Mommy udah siapin diatas ranjang. Mommy beli dress buat kamu kemarin, pasti kamu cantik banget deh kalau pake dress itu, sudah sana sebentar lagi Calon suami kamu datang.” Lalu Anna tersenyum pada putrinya itu. Devana pun menurut dan segera pergi menuju kamarnya untuk bersiap-siap.
Kini Devana sudah ada dikamarnya, dia tersenyum saat melihat dress yang mommynya siapkan, sang ibu memang jago kalau menyangkut passion, bahkan dress-dress dan gaun-gaun cantik milik Devana sebagian mommy nya lah yang mmemilihkan dan membelikannya.
"Dressnya sangat cantik aku sangat suka," Gumam Devana sambil mengambil dress selutut dengan hiasan renda-renda diujung dress yang berwarna merah Maron, Devana kembali tersenyum, lalu menaruh dressnya dan kini dia memasuki kamar mandi untuk membersihkan diri. tentu saja dia akan bersiap-siap untuk menyambut kedatangan calon suaminya itu.
Keesokan paginya. Seperti biasa Naila pergi ke kamar Nadira. Dengan tugas rutinnya membangunkan adik kesayangannya itu. Yang memang sangat malas untuk bangun pagi. Namun sesampainya dikamar Nadira. Naila membulatkan matanya seakan tidak percaya dengan apa yang dia lihat. Ternyata kini Nadira sudah Rapih dan terlihat sangat cantik dengan mak'up tipinya. Sehingga kelihatan cantik natural."Pagi, Kak Naila," Sapa Nadira. Sambil mengambil tas dan tersenyum pada kakaknya itu."Ini Kakak tidak sedang bermimpi kan?" Tanya Naila. Masih menatap adiknya yang kini sudah rapih dan cantik. Seakan tidak percaya dan menganggap yang dia lihat hanyalah mimpi saja."Ayo lah, Kak. Jangan kaget kayak gitu. Dira nyoba bangun pagi sendiri. Jadi mulai besok kakak gak usah repot-repot bangunin Dira lagi ya Kakakku sayang. " Nadira pun tersenyum manis pada sang kakak."Baguslah kalau gitu. Ini baru adik kesayangan Kakak, seneng deh kalau kamu mau berubah meski sedikit-sedikit gak apa-apa, Dek. Nanti tinggal
Shelly keluar dr ruangan CEO. Namun, dia menatap Nadira dengan tatapan sendu, membuat Nadira semakin bertanya-tanya."Gimana Kak, apa Kakak diterima?" Tanya Nadira. Dengan perasaan waswas namun dia sangat penasaran dengan jawaban yang akan diberikan Shelly."Tidak. Katanya aku kurang pas jadi sekertarisnya. Kau tau dia bos yang sangat dingin dan tidak berperasaan. bahkan saat interview dia asyik memgotak ngatik laptopnya saja. Tanpa melihatku. Sebnrnya aku sedih tidak bisa berkerja disini. Tapi kalau melihat bos nya seperti itu, aku bersyukur tidak diterima disini. Karena bisa-bisa aku nanti stres kelamaan sama orang kayak gitu." Ucap Shelly. Dan membuat Nadira sedikit brigidik ngeri mendngr ucapan Shelly. Belum sempat menjawab perkataan Shelly. Kini Nadira sudah dipanggil untuk memasuki ruangan. Dengan bekal semangat yang diberikan oleh Shelly. Nadira pun memberanikan diri untuk memasuki ruangan calon bosnya itu.Tok.... Tok.... Tok.... Tok....Nadira pun mengetuk pintu ruangan itu.
Dipagi hari yg cerah, cahayanya pun seakan memaksa memasuki celah gordeng kamar seorang gadis, yg kini masih setia dengan tidur lelapnya, seakan enggan untukmu mbuka matanya indahnya, dipagi yg cerah. "Ya Allah Dira. Bangun dong, Dek. lihat sudah jam berapa ini! Bukannya kamu hari ini kamu ada interview, diperusahaan impianmu, Dek? Bukannya kamu pengen banget masuk ke perusahaan itu sayang?" Devana pun membuka selimut yang menutupi tubuh putrinya itu."Ah Kak Naila. Aku masih ngantuk nih, 10 menit lagi ya. Oh ya emang ini jam berapa, Kak?" Tanya Nadira. Sambil kembali menarik selimut yang sempat terbuka dan kini ia menutup rapat kemabali tubuhnya dengan selimut. "Jam 07.30. Sayang," Jawab Naila. Sambil membuka gordeng dan jendela kamar adiknya itu. "What...!" Teriak Nadira. Dia terperanjat dari tempat tidurnya dan menatap jam dinding yang berada disudut kamarnya. "Hmm, baru sadar ya sayang! Kamu ini ya. Kakak kan sudah bilang berapa kali, belajar bangun pagi! Kalau terus malas-m
Nathan dan Kayla kini tengah duduk disofa dikamar mereka. Dan terlihat Nathan tengah berbicara serius pada Kayla. Yang ditanggapi dengan serius juga oleh wanita hamil itu."Tapi kamu jangan marah. Dan jangan tinggalin aku." Nathan terlihat ketakutan dalam ucapannya. Dia ingin tak ada lagi rahasia yang dirinya tutupi dari Kayla."Emang ada apa, Nat?" Tanya Kayla dengan wajah penasarannya. Ternyata ada begitu banyak luka dibalik sikap dingin dan sok tak acuh Nathan. Sebuah misteri yang belum Kayla ketahui."Kamu janji nggak bakalan ninggalin aku kan setelah ini? Kamu mau janji aku kan, Kay?"Kayla pun mengangguk dan membuat Nathan tersenyum meski sangat tipis.Natha beranjak dari duduknya. Dia membimbing Kayla berdiri dan menarik tangan Istrinya itu untuk keluar dari kamar mereka."Aku mau dibawa kemana, Nat?"Nathan tidak menjawab pertanyaan Kayla. Langkahnya terhenti di depan pintu ruangan sebelah kamarnya. Di ruangan yang sangat Nathan tutupi dari siapa pun.Dengan perlahan Nathan me
"Wahh. pemandangannya bagus banget, aku suka, Nat." Seru Kayla saat menginjakkan kakinya di pantai. "Bagus kan, kamu suka?" Tanya Nathan. Kayla mengangguk dan tersenyum manis. Lalu dia memeluk tubuh Kayla dari belakang,. Dengan tangan yang meraba-raba sesuatu. "Kenapa?" Tanya Kayla saat Nathan mengusap perut wanit itu berkali-kali. "Kok gak nendang-nendang sih, Kay? kemarin aku baca google kalau bayinya bakal gerak-gerak gitu!""Ah kamu ini ternyata lebih oon dari aku ya, Nat. Ya iyalah belum gerak, kandungan ku kan masih baru beberapa minggu. Dasar kamu ini ada-ada aja!" Mendengar ucapan sang istri bukanya marah. Nathan malah tertawa dengan sikapnya yang sedikit bodoh. "Woy! Kok ninggalin sih?" Pekik seseorang di belakang mereka. Nathan mendengus kesal dan melepaskan pelukan mesranya dari tubuh Kayla. "Lo minggir deh. Bareng Bang Cris apa bareng Reyhan aja sana. Jangan ngintilin gue mulu," Ujar Nathan sambil mendengus kesal. "Gue nggak ada temennya tau. Mereka sibuk sama paca
Nathan dan Kayla kini sudah ada dirumah sakit. Perempuan itu sempat kaget saat tahu dia malah dibawa ke rumah sakit, padahal dia menyangka kalau akan diajak jalan-jalan oleh suaminya itu.Dan kini mereka sudah berada di ruangan dokter kandungan."Hasilnya gimana, Dok?" Nathan bertanya dengan antusias di hadapan sang dokter. Dokter kandungan yang saat ini didatanginya bersama sang istri. Sang dokter pun kemudian mengangguk. Lalu tersenyum pada kedua pasangan muda dihadapannya itu."Selamat ya istri anda hamil. Kandungannya baru memasuki minggu ke dua,” Ucap sang dokter. Lalu dia pun pada sepasang calon orang tua muda itu."Apa? Ha-hamil, Dok?” Kayla bertanya wanita itu seakan tidak percaya dengan apa yang dokter itu katakan. Matanya kini sudah berkaca-kaca karena dia begitu sangat bahagia dengan kabar kehamilannya."Kamu denger kan, sayang? Sekarang disini ada anak kita. Penerus keluarga kita." Bisik Nathan lembut. Dia mengelus perut Kayla dengan kasih sayang. Wanita itu pun menganggu