Share

Bab 3

Rumah Keluarga Erlangga pun kini tengah ramai dengan gelak tawa dari empat sahabat yang kini sudah paruh baya itu, mereka asyik membicarakan tentang masa-masa sekolah dan kuliah mereka dulu dan juga kenakalan-kenakalan saat mereka remaja. Karena semenjak mereka menikah, mereka sudah jarang menghabiskan waktu bersama, apalagi Radit kini sering bolak balik keluar negeri karena harus mengurus perusahaan yang berada disana. Tenttu saja bersama sang istri tercinta Ratih.

Dan kali ini Radit menyempatkan datang ke rumah sahabatnya itu, untuk membahas soal pernikahan Putra dengan putri mereka, sedangkan Raka dia memilih fokus pada ponselnya menanyakan soal kelas yang seharusnya di bimbing olehnya hari ini. Karena ditempat itu lah Raka menghabiskan hari-harinya untuk mengajar dan membimbing para mahasiswanya. Setelah hubungannya dengan kekasihnya kandas karena sang kekasih lebih memilih pergi dan mengejar cita-citanya menjadi seorang model terkenal, dan sejak itulah Raka jadi tidak tertarik lagi dengan yang namanya cinta, karena itu saat ini hatinya kosong tak ada yang menempatinya. Jadi itu berarti masih ada kesempatan untuk Devana mendapatkan hati seorang dosen killer yang tampan dan Cool juga hot menurut para mahasiswinya itu.

“An, Deva nya mana? Aku sudah gak sabar pengen lihat dia, aku juga sangat merindukan Deva kecilku,” Ucap Ratih yang belum melihat Devana semenjak dia datang tadi. Ratih sudah tidak sabar untuk melihat calon menantu yang sangat didambakannya itu.

"Mungkin dia masih siap-siap Rat, sebentar lagi juga pasti turun,” jawab Anna dengan senyuman manisnya.

"Wah Raka sekarang kamu makin tampan ya? Pasti banyak gadis yang berlomba untuk mendapatkan kamu ya, Nak?”

Devan mulai berbasa basi pada Raka, lalu dia kini menatap lekat putra sahabatnya itu.

"Biasa aja Om, sebenarnya aku sedang ingin fokus pada anak didikku saat ini. Kalau bukan karena bunda yang merengek minta aku agar cepat menikah. Karena aku sebenarnya belum ingin menikah Om.” Raka menyahut dengan wajah datarnya sambil menatap sang bunda yang kini menatap tajam ke arahnya.

"Raka! Hentikan omong kosongmu itu! Maaf ya Dev, dia memang begitu aku juga kadang bingung dengan sikapnya, yang kadang bersikap sok cool. Tapi dia bersikap seperti itu semenjak dia putus dengan kekasihnya. Karena kekasihnya lebih memilih jadi model, dibanding bersama dengannya. Semenjak itu dia jadi dingin begitu tidak sehangat dulu lagi," lirih Ratih yang merasa tidak enak kepada Devan dan Anna karena ucapan putranya Raka yang sedikit kurang sopan.

Mendengar ucapan sang bunda membuat Raka merasa bersalah. Dia pun berkata pada Ibunya dengan pelan.

"Bun, kenapa harus membahas soal itu? Bunda kan janji gak bakalan bahas soal itu lagi, Raka tidak suka Bunda, kalau Bunda bahas soal itu terus. Lebih baik  Raka pulang.” Raka yang sedikit emosi pun mengancam sang Bunda dengan wajah datarnya yang kini menatap Ratih. Bundanya.

"Kamu yang mulai Raka! Dan ing-" Ratih yang semula ingin memarahi Raka, kini teralihkan dengan kedatangan seorang gadis cantik. Ya dia adalah Devana calon menantu idamannya.

"Wah kamu cantik sekali sayang,” puji Ratih yang melihat Devana datang dan Ratih begitu mengagumi kecantikan calon menantunya. Putri dari sahabatnya itu.

"Terimakasih tante.” Devana tersenyum dengan tulus, lalu dia pun mencium punggung tangan Ratih dan Radit secara bergantian.

"Iya sayang, sini duduk,” ucap Ratih, Devana pun kini duduk ditengah-tengah Mommy dan Daddynya.

Melihat putranya yang cuek, Radit pun mencoba menggoda putranya itu dengan memuji kecantikan Devana. "Raka lihat lah, calon istrimu sangat cantik," puji Radit lalu menyenggol lengan putranya, yang sebenarnya dari tadi mencuri pandang pada Devana. Dia akui kalau berpenampilan seperti itu Devana terlihat sangat cantik, anggun dan terlihat lebih dewasa. Mungkin karena dress yang Devana kenakan.

"Ya,” sahut Raka singkat dengan wajah datarnya. Seolah-olah tidak tertarik dengan apa yang ada dihadapannya meski dia itu seorang gadis yang sangat cantik.

"Hanya itu? Tidak ada pujian sedikit pun untukku? Padahal aku sudah dandan semaksimal mungkin agar tampil cantik, tapi apa yang aku dapat! dasar Dosen sok cool. Menyebalkan kita lihat saja nanti. Akan kubuat kau bertekuk lutut dihadapanku, enak saja mengabaikan seorang Devana Anastasya Erlangga, dasar om-om menyebalkan,” batin Devana. sambil menatap kesal kearah Raka yang terlihat cuek.

Sedang Raka nampak biasa saja saat melihatnya. Kini orang tua mereka pun asik membicarakan rencana pernikahan mereka, karena memang Radit tidak bisa lama-lama di Jakarta. Dia harus segera kembali ke New York, jadi mereka memutuskan akan menikahkan Devana dan Raka satu Minggu lagi. Meski keputusan mereka mendapat Protes dari Devana dan Raka karena itu terlalu cepat, tapi mereka tidak peduli yang mereka inginkan adalah secepatnya mempersatukan putra dan putri mereka. Dan itu tidak bisa dibantah dan pada akhirnya mereka berdua pun mau. Tapi mereka tidak mau setuju begitu saja. Tentu saja harus ada syaratnya, mereka ingin pernikahan mereka hanya dihadiri keluarga dan saudara mereka saja yang datang, dengan alasan tidak ingin terlalu ramai mereka ingin pernikahan yang sederhana saja, yang penting sah dimata hukum, negara dan agama.

"Maaf, Om.. Tante boleh Raka bicara sama Devana sebentar?” Tanya Raka. Meminta izin pada Anna dan Devan yang disambut tatapan tidak suka dari Devana. Dengan ide Raka yang mengajaknya bicara berdua saja membuat Devana sedikit curiga.

"Tentu sayang, lagian kan sebentar lagi Devana jadi istri kamu, jadi kalian harus berkenalan dulu," Ucap Anna dengan senyuman manisnya.

"Mommy," Rengek Devana yang sebenarnya tidak suka dengan ucapan mommynya barusan. Yang disambut tawa oleh ketiga paruh baya yang ada diruang tamu itu. Anna pun memberi kode agar Devana mengajak Raka ke taman belakang, yang tidak jauh dari kolam renang, akhirnya Devana pun pasrah dan mengajak Raka ke taman belakang rumahnya. Sementara orang tua mereka kembali asyik mengobrol entah apa yang mereka bicarakan.

Devana dan Raka pun sudah sampai ditaman belakang. Raka kini duduk dikursi yang tersedia ditaman itu.

"Baik Pak Raka, apa yang ingin Bapak bicarakan?” Tanya Devana dengan wajah datarnya sambil menyentuh bunga-bunga yang sedang bermekaran dengan indahnya.

"Saya hanya ingin mengatakan tentang pernikahan kita. Saya harap kamu mau merahasiakan pernikahan kita pada teman-teman kamu yang ada dikampus,” Ucap Raka yang kini duduk manis dikursi panjang ditaman itu.

"Oh... ho... ho..., saya mengerti Pak dosen yang sok jadi idola dikampus. Dan yang sok killer juga sok cool, maaf ya pak, anda kira saya sebodoh itu. Mau mengatakan kepada teman-teman saya dikampus dan jadi bulan-bulanan dikampus oleh fans-fans anda. Oh thanks Pak, jangan khawatir aku tidak sebodoh itu, karena itu sama saja merusak reputasi saya. Lagi pula seorang Devana Anatasya yang kecantikanya tidak diragukan lagi, harus jadi bullyan fans berat anda. Oh No tidak Terima kasih." Devana dengan wajah kesalnya mencoba menyelamatkan harga dirinya dihadapan Raka.

"Bagus kalau gitu saya lega mendengarnya. Saya kira kamu akan merajuk dan meminta agar diperlakukan sebagai istri dirumah dan dikampus nantinya," Ucap Raka santai dengan menyunggingkan senyumnya.

"Dasar Dosen gila! Gak Peka banget sih. Lihat aja nanti siapa yang akan merengek minta diperjelas statusnya dasar om-om menyebalkan!" Teriak Devana lalu pergi dari taman itu, meninggalkan Raka yang kini malah terkekeh geli karena sikap berlebihan Devana saat merajuk kesal karena ucapannya. Tak lama kemudian Raka pun menyusul Devana masuk kedalam rumah, menuju tempat orang tuanya berkumpul tadi.

"Gimana udah selesai ngobrol dan  kenalannya?” tanya Ratih dengan antusias saat melihat Devana dan Raka menghampiri mereka lagi.

"Udah Tante,” jawab Devana dengan senyuman manisnya meski sedikit dipaksakan.

"Uluh-uluh..., manis banget sih senyumnya. Deva mulai sekarang panggil Bunda ya sayang jangan tante. Dan Raka, nanti kamu hati-hati ya kalau sudah nikah sama Deva, jangan kebanyakan makan yang manis-manis, karena senyuman istri kamu aja udah manis banget bisa kena diabetes kamu nanti hahaha." 

Tawa Ratih pun pecah setalah menggoda putranya. Mendengar ucapan Ratih, membuat Pipi Devana merona karena tersipu malu. Dan akhirnya Devana pun mengangguk menyetujui permintaan Ratih untuk memanggilnya Bunda.

"Tenang saja Bun, aku akan menyingkirkan semua yang manis-manis. cukup istriku saja kelak yang manis dirumah kami nanti,” sahut Raka sambil mengedipkan sebelah matanya dan membuat Devana terbelalak melihat kedipan sang dosen killer calon suaminya itu.

Genit sekali dia.

"Sudah-sudah jangan memuji putriku terus, sekarang kita makan malam yuk, pasti kalian sudah lapar kan? Kebetulan  makanannya sudah siap," ujar Anna. memberi tahu semuanya untuk makanan malam bersama. Kini semua pun menikmati makan malam. Setelah selesai makan malam Raka, Radit dan Ratih pun pamit pulang karena malam sudah semakin larut, sedang kan Devana. Sepeninggalnya keluarga Raka. Dia memasuki kamarnya dan mengganti dressnya dengan piama. Dia pun bergegas tidur karena esok akan ada kelas pagi. Dan besok adalah hari pertamanya dibimbing oleh Dosen killer yang tak lain adalah calon suaminya sendiri. Dan celakanya seminggu lagi akan berubah status menjadi suaminya dan itu membuat Devana stres karena harus memikirkan tentang pernikahan dan juga skripsinya. Tentu saja itu membuat Devana merasa tertekan dan mungkin sebentar lagi akan stres.

                                                                  

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status