Setelah itu tidak ada balasan lagi dari Devana. Kini Devana malah tengah sibuk dengan pikirannya yang telah menerawang, karena ucapan Dokter Sinta tadi yang menyuruhnya memeriksa ke Dokter kandungan.
"Arrrggghhh..., bagaimana kalau aku benar-benar hamil! Ya Tuhan aku benar-benar belum siap untuk jadi ibu, dan lagi bagaimana penilaian teman-temanku pasti mereka akan mengolokku karena aku hamil, dan pasti mereka mengira aku hamil di luar nikah, karena yang mereka tahu aku belum menikah. Aaaa..., aku gak mau, mudah-mudahan benar Kata Bu Sinta kalau dia salah diagnosa," Ucap Devana. Sambil berbaring mencoba untuk istirahat karena kini kepalanya kembali terasa sakit.
Beberapa menit kemudian, akhirnya Raka pun datang dengan mengendap-endap seperti maling saat memasuki ruang kesehatan, dan setelah di ruangan itu. Raka pun langsung mengunci pintu ruangan itu, takut-takut ada yang tiba-tiba masuk.
"Ada apa sayang?" T
Raka dan Devana pun sudah tiba di apartemen mereka. Semenjak pulang dari rumah sakit Devana pun hanya terdiam, dan setelah masuk ke apartemen dia langsung masuk ke kamarnya.Raka yang melihat istrinya menjadi pendiam pun langsung menghampirinya dikamar mereka. Raka melihat Devana berbaring ditempat tidurnya dengan memiringkan tubuhnya. Raka mendekati Devana dan duduk disampingnya, dia melihat Devana meneteskan air matanya. Melihat Istrinya Istrinya menangis dalam diam. Raka pun langsung menghapus air matanya."Kenapa, hm? " Tanya Raka. Sambil membelai rambut Devana. Namun, bukannya berhenti, Devana semakin terisak, membuat Raka bingung dibuatnya karena tidak biasanya Devana cengeng seperti ini."Mas, Aku takut." Devana berkata dengan suara bergetar. Membuat Raka menatap wajah Devana dengan lekat."Takut kenapa sayang? Ada aku yang akan selalu menemanimu," Ucap Raka. dengan lembut mencoba
Huek... Huek... Huek"Ya Tuhan kenapa pagi ini rasa mualku tidak bisa ditahan, padahal kemarin masih bisa ditahan." Wajah Devana terlihat pucat karena terlalu banyak mengeluarkan cairan. Sementara diluar sana Raka yang baru terbangun langsung turun dari ranjang dan masuk ke kamar mandi karena mendengar Devana muntah-muntah."Astaga sayang, kamu kenapa? Ayo bangun sebaiknya hari ini kamu istirahat dirumah saja," Ucap Raka. Terlihat khawatir. Lalu dia memapah tubuh Devana yang Raka lihat tengah terduduk dilantai kamar mandi."Nggak, Mas. kamu tau kan skripsiku tinggal sedikit lagi dan aku ingin minggu depan sudah berada ditangan pak Abimanyu agar segera diproses. Dan aku bisa segera sidang jadi aku bisa istirahat dirumah kalau sudah sidang skripsi," Sahut Raka. Yang kini tengah duduk diranjang."Tapi sayang lihat lah wajahmu sangat pucat, aku jadi khawatir melihatnya," Ucap Raka. Sambil menatap wajah pucat Devana, dan tidak bisa memaksa Devana u
"Gimana hasil tesnya, benar-benar positif kan?" Tanya Sinta. Membuat Devana tersentak mendengar pertanyaan Sinta. "Iya Bu, positif," Sahut Devana. Dengan anggukan lemahnya. "Terus bagaimana, apakah kekasihmu akan bertanggung jawab setelah dia tau kalau kamu hamil, Devana?" Lagi-lagi Sinta bertanya. Karena memang sangat ingin tahu tentang Devana yang sudah bu Sinta anggap seperti putrinya sendiri. "Dia sudah bertanggung jawab Bu, dia akan menikahiku," Jawab Devana dengan berbohong pada Bu Sinta, Nanti jika waktunya sudah tepat pasti Devana akan memberi tahu kepada Bu Sinta tentang pernikahannya dengan Raka, dosen pembimbingnya itu. "Syukur lah kalau dia mau bertanggung tanggung jawab, ibu senang karena calon cucu ibu akan mempunyai keluarga yang lengkap," Ucap Sinta dengan senyuman sumringahnya. Devana pun tersenyum meski perasaannya sekarang tidak tenang. "Iya Bu, dan ibu tau calon bayiku terny
Sementara itu diruang Kesehatan "Apa! Jadi kalian suami istri? Astaga sejak kapan dan sudah berapa lama kalian menikah?" Tanya Dokter Sinta. Yang terlibat karena shock dengan pengakuan Raka, karena tidak mau istrinya dalam keadaan tertekan masalah ini. "Dua bulan yg lalu Dok, aku juga tidak merencanakan ini, tapi orang tua kami yang merencanakan ini semua, dan kami pun akhirnya menikah tanpa undangan kalian semua yang ada dikampus ini," Jawab Raka. Sedangkan Devana kini tengah setelah meminum Vitamin yang selalu Raka bawa, karena
Diruang yang cukup mewah kini Devana dan Raka. Tengah menatap ketua yayasan Universitas Pelita Harapan yang terkenal fasilitas mewah dan elit, bagaimana tidak setiap kelas terdapat AC dan beberapa pasilitas lainya. Raka pun kini menggenggam tangan Devana dengan erat karena Raka tau kalau istri kecil nya itu tengah gugup karena harus berhadapan dengan ketua yayasan universitas tempat dia belajar untuk masa depannya kelak."Bisa jelaskan tentang semua ini Pak Raka Aditya Putra," Ucap Pak Hans. Yang terkenal tegas dan disiplin itu, tentu saja dengan tatapan tajam yang membuat siapa saja bisa nervous karena ditatap seperti terdakwa pembunuhan, yang akan mendapatkan hukuman berat, dan itu lah yang terjadi pada Devana. Sedangkan Raka, yang ditatap hanya bersikap santai untuk menjawab pertanyaan atasannya itu."Mau menjelaskan apa Pak? Memang kenyataannya saya sudah menikahi mahasiswi saya sendiri, tapi ini karena amanat dari ora
Akhirnya meraka berdua pun sampai diapartemen. Dan setelah masuk ke apartemen Raka pun langsung membawa Devana ke kamar mereka, lalu membaringkan Istrinya itu diranjang, dan tak lupa Raka pun memberikan obat yang belum Devana minum dari tadi untuk memulihkan tubuhnya yang terasa lemas."Gimana udah mendingan belum, hm?" Tanya Raka. Sambil mengelus pipi Devana dengan lembut. Devana hanya mengangguk. Dia kini terlihat sedikit lemas dan wajahnya pun masih agak pucat."Aku sudah mendingan kok, Mas. Aku lihat kamu dari tadi belum makan iya kan?" Tanya balik Devana. Yang khawatir karena dia tau kalau suaminya itu belum Sempat memakan apa pun sejak tadi siang karena sibuk dengan permasalahan yang tiba-tiba datang tanpa diduga."Tidak apa. aku mau delivery aja sayang, kamu mau makan apa? Kamu juga pasti belum makan kan dari tadi?"Lalu Raka pun mengambil ponselnya untuk memesan makanan.
Disinilah Raka Arsitektur sekarang ini kedokteran. Jujur baru kali ini dia merasa kurang nyaman saat akan mengajar. Karena langsung para mahasiswi kedokteran yang mengungkapkan dengan ten dan seolah memuja, maka Raka akan merasa sulit menyesuaikan diri sendiri ini, tidak seperti saat masuk kefalkutas menejemen bisnis yang bisa akrab dengan mahasiswa dan mahasiswinya disana karena mereka tidak terlalu mencolok saat mengagumi dirinya sendiri dan masih ditoleransi."Ekhem. Selamat pagi semua, perkenalkan nama saya Raka Adity Putra dan mulai sekarang saya yang memperkenalkan bu Amara menjadi dosen pembimbing kalian." Dengan wajah datarnya, Raka mulai memperkenalkan dirinya.
Kini Devana tengah asyik menyantap siomay dengan semangkuk Sup buah, melihat Raka hanya menggelengkan kepalanya karena akhir-akhir ini nafsu makan Devana semakin meningkat, bayangkan saja yang dia makan itu adalah piring siomay yang keempat dan kedua mangkuk sup buah dihadapannya sudah mau habis, sang pemilik kedai siomay pun dibuat heran dengan porsi makan wanita cantik itu, sedangkan si pria memakan satu porsi saja belum habis karena mungkin saja sudah kenyang melihat wanitanya yang masih lahap memakan makanannya."Mas itu adiknya atau pacarnya, Mas? Kok Porsi makannya banyak banget, jarang loh cewe cantik porsi makannya wah gitu, itu nanti gak kenapa-kenapa, Mas?" Tanya Seorang bapak-bapak pemilik kedai siomay dan sop buah tempat Devana makan sekarang.Mendengar pertanyaan pemilik kedai itu. Raka tersenyum sambil menatap istrinya yang menggemaskan itu."Dia istri saya pak. Mungkin karena dia tengah hamil