Share

18. Maduku

Author: Rafli123
last update Last Updated: 2025-09-03 22:26:25

Davina sontak membulatkan matanya, melihat anggukan Devan. Tidak mungkin! Ini mustahil, bagaimana bisa. Devan jatuh cinta pada Hana yang notabenenya tidak di kenal oleh Devan.

Devan menggoyang tangannya di depan wajah Davina. "Kenapa kamu terkejut? Lagi pula aku bisa kok cuma mengagumi saja, sadar dia punya suami mana sekarang dia hamil pula. Aku bukan pria perebut istri orang." Ujar Devan, melihat wajah sahabatnya masih syok.

Davina menggeleng, bukan itu maksud Davina. Ia berbalik menatap pria tampan di depannya, pria yang tidak kalah tampan dengan Arsa. "Kamu yakin jatuh cinta sama dia?" tanya Davina.

"Ya, aku jatuh cinta dan ini baru aku rasakan. Vin, aku bukan pembinor!" Sahut Devan, mengikis kecurigaan Davina.

Devan mengerutkan keningnya, Davina tersenyum penuh arti. "Van, kami bisa kok deketin dia. Bahkan kamu bisa menikahinya,"

"Maksud mu? Kamu jangan gila Vin, dia mau melahirkan mana mungkin ..." Ucapan Devan terhenti, Davina menjentikkan jarinya.

"Setelah melahirkan, dia men
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • RAHIM PENGGANTI (Antara Janji Dan Air Mata)   29. Melepaskan

    Sejak malam itu, Arsa tidak lagi mengunjungi kamar Hana. Hanya sesekali ia menengok dari jauh, memastikan Arshanova baik-baik saja. Sementara Hana, meski hatinya perih, tidak lagi berharap banyak. Ia hanya fokus pada putranya, satu-satunya alasan ia bertahan.Suatu sore, ketika Hana tengah menidurkan Arshanova, pintu kamarnya diketuk pelan. Ia sempat mengira Fadya atau Arsa, namun sosok yang masuk justru membuatnya terkejut, Opa Prasaja."Hana…," suara Opa tenang, namun penuh wibawa. Rambut putihnya berkilau diterpa cahaya sore, raut wajahnya teduh meski penuh garis usia.Hana segera bangkit, meletakkan Arshanova di tempat tidur, lalu merapikan kerudungnya. "Opa, ada apa? Kenapa repot-repot datang ke sini?"Opa berjalan pelan, mendekat ke arah bayi kecil itu. Senyum tipis terukir di wajahnya saat menatap cucu yang tengah tertidur pulas. "Dia, begitu tampan. Kamu tahu, saat melihatnya seperti ini mengingatkan Opa pada Arsa kecil dulu. Tapi, sorot matanya begitu indah seperti kamu Hana.

  • RAHIM PENGGANTI (Antara Janji Dan Air Mata)   28. Merangkai Kenangan

    Hari begitu cepat berlalu, kehidupan Hana berputar hanya di kamar bersama putranya. Anak yang akan ia lepaskan dalam hitungan hari, tiada detik tak terlewatkan begitu saja tanpa suara anaknya."Hari ini kenapa cepat sekali berlalu? Hari membuatku semakin menjauh sedikit demi sedikit. Hari di mana aku mulai belajar melepaskan mu, nak." Gumam Hana. Ia menatap jendela. Langit malam gelap, tanpa bintang. Tapi di gendongannya, ada cahaya kecil yang memberinya kekuatan untuk bertahan.Hana semakin menutup diri di kamar. Pintu itu jarang sekali terbuka, hanya sesekali ketika Arsa masuk dengan hati-hati. Semua orang di rumah sudah tahu, tidak ada yang diperbolehkan menggendong bayi itu selain dirinya.“Jangan, jangan ada yang menyentuhnya,” suara Hana lirih namun tegas setiap kali ada tangan lain yang mencoba.Ia tahu waktunya terbatas, karena itu setiap detik terasa berharga. Bayi mungil itu selalu berada dalam pelukannya, menyusu, tertidur, bahkan ketika Hana sendiri kelelahan, ia tetap men

  • RAHIM PENGGANTI (Antara Janji Dan Air Mata)   27. Melahirkan 2

    Hana mengulas senyum, meski sakit semakin terasa. "Mas, aku baik-baik aja. Aku ingin merasakan perjuangan ibuku saat melahirkan aku. Ini akan menjadi kenangan yang tidak akan pernah aku lupakan," sahut Hana lirih, wajahnya semakin pucat bibirnya kering. Namun, senyum itu begitu tulus meski rasa sakit itu semakin menjadi."Kamu kesakitan, aku tidak bisa diam saja. Kamu harus nurut, kali ini ..," Hana menarik pergelangan tangan Arsa. Memintanya untuk mendekat."Aku seorang wanita, rasa sakit ini sudah menjadi kewajiban. Sekalipun nyawa ini pergi, aku mau melahirkan secara normal. Mas, aku mau kamu mendukung ku. Sakit ini tidak sebanding dengan rasa bahagiaku menjadi seorang ibu," lirihnya wajah letihnya terlihat jelas di wajahnya. Namun, Hana tidak mengeluhkan sedikitpun rasa sakit itu.Suasana rumah sakit malam itu penuh kecemasan. Keluarga besar Prasaja menunggu dengan cemas di luar, mereka tidak tenang duduk. Berapa kali Opa meminta istrinya untuk duduk, namun wanita sepuh itu enggan

  • RAHIM PENGGANTI (Antara Janji Dan Air Mata)   26. Melahirkan

    Langit sore menggantung mendung ketika mobil yang membawa Hana berhenti di halaman rumah besar keluarga Prasaja. Rumah itu masih sama, mewah dan megah, namun kini terasa lebih asing. Ia turun perlahan, satu tangan menopang perutnya yang semakin besar.Ibu mertua dan para asisten rumah tangga menyambutnya dengan senyum bahagia. Namun tak ada kehangatan seperti sebelumnya. Dan dari balik jendela lantai atas, Davina menatap sinis, lalu menarik tirai dengan kasar.Hari-hari berikutnya tidak mudah bagi Hana. Meski Arsa tidak selalu berada di rumah, kehadiran Davina seperti bayangan kelam yang menghantuinya setiap saat.Di kamarnya, Hana menatap layar ponsel dan buku catatan kecil.Ia menghitung dengan teliti uang hasil tabungan pribadi dan pekerjaan kecil yang sempat ia lakukan sebelum perut membesar. Ya, Hana melakukan pekerjaan saat tinggal di apartemen dan itu ia lakukan secara sembunyi."Total hanya segini," batinnya sambil menghela napas.Ia membuka catatan kecil lain—rencana hidup se

  • RAHIM PENGGANTI (Antara Janji Dan Air Mata)   25. Meminta Hak

    Arsa menghampiri Hana, melihat peluh yang bercucuran dengan perhatian dan lembut memberikan minuman yang ia bawa dari rumah. "Capek? Kemari, kamu minum dulu," ucap Arsa, membantu Hana untuk berdiri.Hana yang syok melihat Arsa datang tak membuat wanita hamil itu bahagia. Namun, sebaliknya ia takut jika Davina melihat maka akan terjadi huru-hara."Mas, kamu?" Hana menerima uluran tangan pria itu."Wah, suami kamu tampan sekali. Lihat Hana, kamu di kelilingi pria yang luar biasa." Ujar wanita tak jauh dari Hana. Hana mengulas senyum canggung, sebelum menjawab pertanyaan itu, akan tetapi suara Arsa lebih cepat darinya. "Pria itu hanya temannya. Dan aku suaminya tentu sebagai suami akan meluangkan waktu sesibuk apapun itu, benarkan sayang?" Sahut Arsa, lembut. Tatapan itu tak lepas dari wajah cantik Hana.Dari tempat tidak jauh, Devan mengepalkan tangannya. Perhatian Arsa membuatnya cemburu, meski itu wajar di lakukan mengingat Arsa suami Hana.Devan tak beranjak dari tempatnya berdiri,

  • RAHIM PENGGANTI (Antara Janji Dan Air Mata)   24. Janji Devan

    Berapa hari setelah kejadian itu, Arsa terlihat uring-uringan terlebih perhatian Devan pada Hana yang semakin intens. Ya, tanpa sepengetahuan Hana, Arsa selalu memantau keadaannya setiap hari hingga tengah malam. Sehingga Arsa tahu benar jika Devan selalu datang meski pria itu tidak pernah masuk ke dalam apartemen yang di tinggali Hana."Kamu sudah pulang Sa?" Davina menyambut kepulangan Arsa, baju tidur transparan dan bibir merah menyala. Namun, sayang sikap Arsa yang masih dingin membuat Davina kesal."Aku capek." Acuhnya, memilih masuk ke kamar mandi. "Sa, Arsa! Kamu kenapa sih? Aku istrimu kenapa kamu perlakuan aku seperti ini, hah?" Isak tangis Davina mulai terdengar.Air dari keran kamar mandi masih terdengar mengalir, tapi tangisan Davina makin keras, memaksa Arsa keluar dengan rambut masih basah, mengenakan kaus tipis dan handuk kecil di leher."Apa kamu gak bisa diam sebentar aja, Vin?" suara Arsa berat, namun jelas penuh kekesalan.Davina memandangnya dengan mata sembab. "D

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status