Share

Bab 185. Firasat

Author: weni3
last update Last Updated: 2025-07-01 23:51:16

Di rumah besar keluarga Atmanegara, Bara terduduk menyesap kopi buatan sang istri. Diam terlihat banyak beban sampai di mana sang istri mendekati dan duduk di samping pria paruh baya itu.

"Ada apa, Mas? Aku lihat kamu sedang banyak pikiran. Apa yang sedang mengganggu pikiranmu?"

"Aku merindukan Sena. Apa kamu melihatnya saat ke rumah Gama?"

Bara menoleh ke arah sang istri yang menggelengkan kepala. Terlihat Santi pun sangat merindukan Sena meskipun ada rasa sakit mengingat Sena pernah membangkang.

"Lalu kemana?"

"Katanya Sena belum pulang, masih seperti dulu, Sena akan mencari kesenangan sendiri tanpa memikirkan orang di sekitarnya. Aku kadang tidak enak hati dengan Gama, Mas."

"Gama pasti sangat membandingkan Sena dan Zoya. Sementara Zoya masih rajin dan ikut membantu Gama di kantor. Sifatnya sangat jauh sekali dengan Sena."

Terdengar Bara mendesah kasar mendengar penuturan dari sang istri. Diam keduanya sama-sama saling berpikir sampai dimana Bara memutuskan untuk
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 197. Pesan Nenek

    "Gama, ingat pesan Nenek!" Secarik kertas bergoyang di tangan Gama yang gemetar. Kabar dari dokter dan juga surat wasiat terakhir yang Nenek berikan membuat semua histeris termasuk Gama yang saat ini kembali menitikkan kedua air mata. Zoya pun segera berlari masuk untuk melihat Nenek bersamaan dengan Santi yang juga segera melihat sendiri bagaimana kondisi Nenek sekarang. Beliau sudah tak bernyawa. Sudah lebih dari lima menit lalu semua alat yang terpasang di tubuh beliau tak lagi menempel membantu. "Nenek!" seru Zoya dengan derai air mata membasahi pipi. Pertemuan yang membingungkan hingga perkenalan yang sudah menarik hati Zoya sangat membekas di kalbu. Sikap Nenek yang baik pun sangat dikenang dan akan tetap diingat selalu. Isakan lirih dari Zoya dan juga Santi yang mana mantu sangat terdengar menyedihkan sedangkan kedua pria yang bergelar keluarga kandung berdiri lemah mematung masih tak menyangka jika beliau berpulang secepat itu. Gama melirik Bara yang kini tertun

  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 196. Melek Mata Loe, Bara!

    "Nek jangan bilang begitu! Nenek harus kuat." Zoya memeluk Nenek tetapi beliau seperti kesulitan bernafas dan semakin lama semakin melemah. "Mas! Mas! Nenek, Mas!" pekik Zoya kemudian Gama pun beranjak dan meraih tubuh Nenek. "Nek kuat, Nek! Gama belum bisa membahagiakan Nenek. Bangun! Jangan pergi dulu!" kata Gama yang kemudian memeluk Nenek seraya mengusap kepala beliau. Zoya menangis melihat itu sedangkan Santi dan Bara segera mendekati kemudian meraih tubuh Nenek. Semua panik, Gama juga sudah menitikkan air mata dan Zoya mengusap pundak suaminya untuk menguatkan pria itu. "Nek! Aku mohon." Gama terlihat sangat sedih sekali kemudian menoleh ke arah Zoya. "Sayang panggil dokter sekarang!" perintah Gama dan Zoya segera keluar karena tombol yang menghubungkan pada dokter tak kunjung membuahkan hasil sedangkan Bara dan Santi tidak ada pergerakan sama sekali. Mereka panik sampai dimana Dokter yang Zoya panggil pun segera datang untuk segera memeriksa kondisi Nenek. "Silahkan

  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 195. Titip Gama!

    "Tapi aku tidak setuju! Bagaimana bisa Ibu meminta keluargaku terusir dari keluarga Atmanegara? Aku pun berhak menjadi anggota dari keluarga itu. Aku justru anak Ibu. Tidak sepantasnya aku yang harus terbuang dan kalah dengan seorang cucu yang baru ditemukan." Bara menunjukkan kembali taringnya. Otaknya entah kemana sampai-sampai Zoya menggelengkan kepala kemudian melirik Gama yang masih diam. "Ibu tidak tau bagaimana sikapnya. Ibu pun tidak tau bagaimana perangainya. Sekarang anakku menjadi korban dan akan bagaimana nanti? Aku dan keluargaku pun akan menjadi korban selanjutnya? Ibu justru mengijinkan kami dibuang olehnya. Apa memang ini rencana Ibu untuk menendang keluargaku dari keluarga Atmanegara?" " Ibu sudah muak denganku. Begitu, Bu? Dengan perantaranya dan dengan mudahnya Ibu meminta dia mengusirku dari keluarga yang sejak dulu aku jaga. Ibu sakit tetapi aku tidak habis pikir jika Ibu justru memintanya untuk mengeluarkanku dari keluarga besarku sendiri." Sontak semua m

  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 194. Lepaskan!

    "Cukup, Mas! Kalian ini apa-apaan? Kalian ini anggota keluarga yang pantas berada di sini. Jangan membuat kegaduhan! Kasihan Ibu sedang kritis. Kamu juga Mas! Masih bisa kamu menantang Gama? Gama yang dicari Ibu sejak tadi. Kamu harusnya memberikan kesempatan untuk Gama masuk. Tidak cukup tadi kamu sudah membuat ibu sampai sakit dan sekarang kamu ingin membuat keributan lagi yang membuat kondisi beliau semakin parah? Apa kamu sudah sangat siap kehilangan Ibu, Mas?" Santi akhirnya turun tangan atas apa yang terjadi sedangkan Zoya lebih menenangkan suaminya dan tidak berani melerai apalagi Bara begitu sangat menyeramkan. Zoya sendiri tidak ingin sampai kena amuk oleh Bara yang nantinya justru semakin membuat Gama murka dan gelap mata. Tadi saja Gama sudah hendak mengayunkan tangan. Beruntung Bibi Santi segera mendekati dan menghentikan perdebatan ini yang sudah hampir berujung baku hantam. "Kamu membela dia, Santi?" tanya Bara dengan tatapan penuh emosi. "Lagi-lagi kamu bertan

  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 193. Aku Cucu Di Sini

    "Mas bisa pelan nggak? Kamu akan membahayakan nyawa kita kalau ngebut begini! Kamu nggak inget ada nyawa di dalam perut aku? Astaga.... Gama!" sentak Zoya saking geregetannya. Zoya pun memukul lengan Gama yang tak mau mendengarkan sampai kecepatan mobil yang dikendarai pria itu pun mulai melambat. Gama menghela nafas lega melihat itu. Demi apa dia sudah ingin sekali memukul kepala Gama jika tidak kunjung melambatkan laju mobilnya. "Sayang maafkan aku. Aku sangat mengkhawatirkan Nenek." "Aku paham Mas tapi tetap tidak boleh terlalu kencang. Kita juga harus selamat sampai tujuan. Jangan sampai kita yang akan dijenguk oleh mereka nantinya. Kamu nggak sayang aku! Tidak ingat dengan anak kita, Mas." "Iya Sayang maaf, aku kalut. Sudah ya! Aku mau fokus bawa mobilnya. Aku nggak akan ngebut lagi." Gama kembali fokus dan Zoya cukup tenang dengan mengusap perutnya seraya memperhatikan jalan. Mereka sama-sama khawatir sampai rasanya ingin cepat-cepat sampai. Sesampainya di sana pun

  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 192. Jangan Rewel, Sayang!

    Pipi Sinta masih memerah dan memanas ulah Bara tetapi harus menolong Ibu mertua yang tergeletak di lantai. Sinta menatap wajah Ibu yang memucat dan tak sadarkan diri sedangkan Bara nampak nanar menatap Ibu yang sudah tak sadarkan diri. "Mas cepat tolong Ibu! Jangan egois seperti itu! Kamu boleh mengkasari aku tetapi tidak dengan Ibu! Kamu tidak boleh tega pada Ibu. Cepat bawa Ibu ke rumah sakit!" teriak Sinta padahal harusnya wanita itu sedang sangat marah pada suaminya tetapi tidak dengan situasi seperti sekarang. Sinta bahkan tidak bisa marah karena Ibu mertuanya tengah lemah dan membutuhkan bantuan. "Mas! Kenapa malah mematung di sana? Kamu dengar tidak? Cepat bawa Ibu ke rumah sakit!" kata Sinta lagi yang membuat kedua mata Bara semakin memerah. Seorang anak pasti kena hatinya kala melihat Ibu yang sudah melahirkan dan membesarkan tergeletak lemah. Apalagi jelas sang Ibu sedang sakit. Sudah pasti akan sangat khawatir tetapi kali Ini Ibu sakit dibuat anak itu sendiri. A

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status