Share

RANUNCULUS "Terbebasnya Sebuah Hukuman"
RANUNCULUS "Terbebasnya Sebuah Hukuman"
Penulis: A.D.Purwanti

ISTANA MAWAR

Tak ada yang bisa menandingi keistimewahan sebuah mawar, harum, cantik dan penuh rasa cinta. Begitu pula yang terjadi di Rosweld Kingdom, semenjak kehadiran putri mereka yang kini menjadi kebanggaan bagi seluruh rakyat Rosweld Island. Caroline, gadis cantik berkulit putih susu dengan mata kecoklatan, gadis bangsawan, pewaris Rosweld Kingdom.

Caroline hidup dengan segala kenikmatan dan kemewahan di istananya. Ayahnya, raja Charlot sangat memanjakannya. Meskipun begitu Caroline bukanlah seorang gadis yang manja, dia adalah gadis tangguh yang juga bisa menggunakan pedang serta busur panah dengan tangan lentiknya.

Di Rosweld Island, bunga mawar adalah sebuah anugerah. Bahkan dalam titah kerajaan, tidak ada yang boleh untuk merusak bunga mawar yang tumbuh diseluruh bagian Rosweld Island. Rakyat Rosweld Island sudah terbiasa hidup berdampingan dengan bunga mawar. Bahkan tanaman semak itu tumbuh menghiasi dinding dan atap setiap rumah masyarakat Rosweld Island.

“Selamat pagi yang mulia, Putri Caroline,” sapa Ester pengasuh dan juga assisten pribadi Caroline. Wanita paruh baya itu membungkukkan badannya yang kurus di hadapan Caroline.

Caroline yang sedang duduk di teras depan kamarnya itu menoleh dan tersenyum ke arah Ester.

“Pagi Ester, Kau sudah minum teh hari ini? Kenapa datang terlalu pagi?” tanya Sang Putri sembari menyeruput teh dari cangkir emas dan mengamati keindahan hamparan bunga mawar yang tersapu oleh embun pagi.

“Terima kasih atas kemurahan hatimu yang mulia, tetapi yang mulia raja ingin menemui anda pagi ini.” Ester kembali membungkuk menyampaikan pesan raja untuk Caroline.

“Sampaikan padanya jika aku akan menemuinya setelah mengurus anak-anakku terlebih dahulu,” ucapnya sambal tersenyum dan berlalu dari hadapan Ester.

Ester mengeluh, ia berjalan mengikuti Caroline dengan cepat dan mensejajarkan langkahnya. Ester terlihat sangat kesulitan mengimbangi langkah kaki kecilnya dengan langkah kaki Caroline.

“Yang Mulia saya mohon, saya bisa mati jika raja tahu kalau anda akan pergi berkebun di acara sepenting ini.” Ester dengan wajah cemberut mencoba membujuk Caroline untuk menurutinya.

“Kau tenang saja, Kau tidak bakal dihukum mati,” ucapnya enteng.

Caroline yang akan memasuki kamar untuk mengganti baju berkebun itu menghentikan langkahnya ketika dua penjaga menyilangkan kedua buah busurnya untuk menghentikan Caroline.

“Berani sekali kau menghadangkan tanganmu.” Gertak Caroline menatap tajam kedua penjaga itu.

“Aku yang memerintahkannya.” Sosok wanita dengan gaun berwarna biru jambrud bermotifkan burung phoenix emas serta mengenakan mahkota di kepalanya muncul di hadapan Caroline.

“Ibu, tolonglah sekali ini saja,” pinta Caroline dengan wajah manja dihadapan sang ibu.

“Tidak! Hari ini adalah acara perjamuan untuk memperluas kekuasaan ayahmu, akan hadir para raja dan pangeran dari seluruh kerajaan di dunia. Ibu harap kamu bisa mempersiapkan segala sesuatunya.”

Ratu Cecilia satu-satunya ratu dengan kekuasaan terbesar di Eropa. Sifat tegasnya membuatnya sangat dihormati seluruh kerajaan di Eropa. Kini, Ratu Cecilia tengah mengandung anak kedua, kehamilannya membuat Caroline tak bisa berkutik. Caroline tak akan pernah bisa membantah sang ibu.

“Baik, akan aku persiapkan,” ucap Caroline sambil tertunduk lemas.

“Jaga dia, jangan sampai kabur dan melakukan hal-hal yang mempermalukan kerajaan,” perintah sang Ratu kepada penjaga istana. Kedua penjaga itupun membukakan jalan untuk Caroline setelah mendapatkan perintah dari Ratu Cicilia.

Semua penghuni istana sangat sibuk dengan persiapan acara jamuan. Caroline kini sedang dirias oleh perancang busana kerajaan.

Para raja dari berbagai daerah telah datang untuk menghadiri acara perjamuan. Ini adalah undangan persahabatan untuk memperluas wilayah kerajaan dan juga guna memperkuat kerajaan. Raja Charlot telah hadir di ruang perjamuan. Semua raja, ratu dan pangeran berdiri untuk menyambutnya. Raja Charlot dan Ratu Cicilia berjalan bergandengan memasuki ruang perjamuan yang sangat megah dengan 19 lampu kristal menggantung di atap kerajaan yang berhias emas itu.

“Aku berterima kasih dan berharap kalian bisa merasa nyaman dan senang menikmati jamuan dari kerajaanku.” Raja Charlot mengangkat gelas emasnya sebagai bentuk penyambutan untuk para tamu undangan.

Sambutan dari Raja Charlot mendapat tepuk tangan yang meriah dari seluruh raja yang hadir. Acara pun dimulai, berbagai pertunjukan tarian, nyanyian ditampilkan dengan sangat memukau membuat seluruh tamu tak henti-hentinya tersenyum dan memuji, tetapi Caroline belum juga hadir, Raja Charlot membisikkan sesuatu kepada Sang Ratu dan Sang Ratu pun menyuruh ajudannya untuk menjemput Caroline.

Caroline sudah bersiap dengan gaun merah maroon yang menjuntai memperlihatkan bahu bagian atasnya, ditambah rambut coklat ikal panjang yang tergerai ke depan membuat penampilannya sangat menakjubkan. Caroline melangkahkan kaki menuju ruang perjamuan dengan tergesah tetapi langkahnya terhenti ketika dia melihat pemandangan yang sangat mengganggunya.

Caroline memandang jauh ke arah kebunnya yang berada bersebrangan dari tempat dia berdiri sekarang. Dia berjalan dengan langkah cepat ketika dia melihat sekelebat bayangan seseorang keluar dari kebunnya, ia berlari menuju kebun mawar miliknya, Ester pun ikut berlari menyusulnya. Tatapannya terpaku kepada bunga-bunga mawar miliknya. Dia terjatuh ke tanah dan Adrian, ajudan sang ratu menahan tubuhnya yang sudah mulai lemas. Caroline menyentuh kelopak-kelopak bunga mawar yang terjatuh berserakan di tanah. Sebagian dari kebunnya rusak. Bunga mawar yang indah itu terkoyak, kelopaknya berguguran, batangnya patah dan yang lebih parah lagi ada beberapa yang tercabut dari akarnya.

“Ester, bersihkkan ini dan cari tahu siapa yang telah melakukan ini,” perintah Caroline dengan tangan terkepal menunjukkan kemarahananya.

Amarah itu telah bergejolak di mata Caroline, Dia bangkit lalu meneruskan perjalanannya menuju ruang perjamuan. Para penjaga membungkukkan badannya ketika Caroline melewatinya. Pintu ruang perjamuan terbuka, Caroline memasuki ruangan itu dengan sangat berkharisma. Semua mengamatinya dengan kagum serta banyak yang memuji kecantikannya. Caroline tersenyum menyapa seluruh tamu, dia menyembunyikan kemarahan dalam dirinya dibalik senyum ramah itu.

“Oh, Putriku telah hadir disini. Aku perkenalkan dia adalah Putri kebangganku…Putri Caroline.” Ucap Sang Raja kepada seluruh tamu sambil menunjuk ke arah Caroline yang berada di tengah-tengah ruangan. Caroline menundukkan badannya memberi hormat kepada para tamu undangan.

Caroline mulai sibuk menerima salam dari para tamu. Banyak yang ingin membicarakan bisnis dengannya. Ada juga yang ingin makan malam dengannya dan tak lupa juga ada yang ingin menjodohkannya.

“Putri Charoline, perkenalkan aku Raja dari Swiss dan ini Putraku Julian.” Seorang pria berambut putih dengan kumis tebal datang menghampiri Caroline bersama dengan pemuda tinggi dengan kilatan mata abu-abu yang tajam menggoda.

Caroline tersenyum dan menunduk memberikan salam. Pangeran Julian menjulurkan tangannya dan berlutut dihadapan Caroline untuk memberi hormat.

“Perkenalkan, aku pangeran Julian, Putri.” Caroline membalas jabatan tangannya. Dan pangeran Julian pun mencium punggung tangan Caroline.

Tiba-tiba Caroline terdiam dan memandang Julian dengan tajam senyuman di bibirnya memudar. Julian setelah memberikan salam kepada Caroline, pamit untuk undur diri tetapi panggilan Caroline menghentikan langkahnya.

“Pangeran Julian,” panggil Caroline. Dan Julian pun membalikkan tubuhnya menghadap Caroline.

“MEMETIK BUNGA MAWAR ADALAH SEBUAH KEJAHATAN DI KERAJAAN INI.”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status