Caroline menyeringai kala dia melihat sekawanan makhluk mengerikan itu dengan perlahan menuju ke arahnya. Kilatan cahaya jingga mulai menjalari tubuh Caroline. Arus air laut yang awalnya tenang tiba-tiba berubah semakin deras menerpa tubuh Caroline. Shiren menatap tajam Charoline dengan mata hijaunya.
Pertarungan antara Caroline dan Shiren sangat sengit. Dengan begitu banyak Shiren yang mengepungnya, Caroline tak sekalipun gentar. Dia dengan sangat beringas mematahkan tulang-tulang Shiren itu lalu menghisap ruh mereka sampai habis tak tersisa.
"Hentikan!" Salah satu Shiren yang masih berusia sangat muda berteriak dan menghentakkan ekor ikannya ke permukaan laut membuat Caroline dan para Shiren yang lain terpental menjauh satu sama lain.
Amarah sudah menguasai Caroline hingga dia tidak bisa membedakan benar dan salah untuk saat ini. Dia menatap tajam kepada gadis cilik itu dan dengan secepat kilat mencengkeram leher gadis itu.
"TIDAK!" Salah satu Shiren me
Tak ada yang bisa menandingi keistimewahan sebuah mawar, harum, cantik dan penuh rasa cinta. Begitu pula yang terjadi di Rosweld Kingdom, semenjak kehadiran putri mereka yang kini menjadi kebanggaan bagi seluruh rakyat Rosweld Island. Caroline, gadis cantik berkulit putih susu dengan mata kecoklatan, gadis bangsawan, pewaris Rosweld Kingdom.Caroline hidup dengan segala kenikmatan dan kemewahan di istananya. Ayahnya, raja Charlot sangat memanjakannya. Meskipun begitu Caroline bukanlah seorang gadis yang manja, dia adalah gadis tangguh yang juga bisa menggunakan pedang serta busur panah dengan tangan lentiknya.Di Rosweld Island, bunga mawar adalah sebuah anugerah. Bahkan dalam titah kerajaan, tidak ada yang boleh untuk merusak bunga mawar yang tumbuh diseluruh bagian Rosweld Island. Rakyat Rosweld Island sudah terbiasa hidup berdampingan dengan bunga mawar. Bahkan tanaman semak itu tumbuh menghiasi dinding dan atap setiap rumah masyarakat Rosweld Island.“
“Apa? Ayah akan bersekutu dengan Raja Charlot?” tanya Julian.“Kondisi kerajaan kita sedang tidak baik pangeran, Ayah minta kamu bisa mengerti.” Raja Alexander mencoba menjelaskan kondisi kerajaan kepada pangeran Julian. Dia berjalan menghampiri sang putra dan memenggang bahunya.“Kau harus bisa mengambil hati Putri Caroline dan menikahinya. Kau harus menjadi raja di Rosweld Kingdom.” Pinta Raja Alexander sembari tersenyum licik.Julian juga tersenyum licik mendengar saran dari ayahnya. Mata tajamnya mengisyaratkan sesuatu hal telah ia rencanakan.Arlo kingdom adalah kerajaan yang berada di Swiss dipimpim oleh Raja Alexander, Pangeran Julian pewaris utama kerajaan itu. Karena perang yang berkepanjangan kondisi keuangan Arlo kingdom sangat kritis. Raja Alexander gagal mendapatkan dukungan dari para sekutunya, pasalnya Raja Alexander adalah raja yang sangat buruk. Kondisi ekonomi dan kesejahteraan rakyatnya sangat buruk.
Raja Alexander terlihat sangat cemas, berulang kali dia mondar-mandir di dalam kamarnya. Raja Alexander dan istrinya masih tinggal di Rosweld Kingdom.“Sudahlah, kita memohon saja kepada tuan putri agar dia mau mengampuni Julian.” Ratu Anastasya meminta suaminya untuk meminta maaf kepada Caroline. Dia juga sangat cemas kepada Julian. Walaupun Julian bukan anak kandungnya tetapi dia sudah membesarkan Julian sejak kecil.“Apa kamu ingin aku bersujud kepada gadis angkuh itu?” Raja Alexander membentak Ratu Anastasya yang tengah menidurkan putri kecilnya itu.“Lalu apa yang mau kamu lakukan? Aku yakin putri Caroline berhati lembut. Dia akan memaafkan Julian.”“Tidak, aku akan menghancurkan kerajaan ini.”Raja Alexander keluar dari ruangan itu dengan pikiran yang tak bisa ditebak oleh Ratu Anastasya. Ratu Anastasya menatap kepergian Raja Alexander dengan wajah cemas. Dia memejamkan mata memohon agar tak ada
Charoline menyaksikan sendiri bagaimana orang tuanya terbunuh dengan sangat kejam. Ia tak menyangka bahwa hari itu adalah hari terakhir untuknya bertemu orang tuanya. Ester menarik Caroline untuk ikut dengannya. Sedangkan Adrian sudah menyiapkan kuda untuk mereka melarikan diri.Adrian melihat Caroline dan Ester berlari keluar dari pintu istana dan menghampirinya. Adrian melihat juga para pengawal dan Julian mengejar mereka.“Tuan Putri, Cepat Naik!” Adrian bergegas membantu Caroline naik ke atas kuda.Caroline, Adrian dan juga Ester memacu kuda mereka dengan kencang. Julian masih terus mengejarnya. Para pengawal dan juga Julian tak henti-hentinya menghujani mereka dengan anak panah. Caroline terus memacu kudanya tanpa arah hingga mereka memasuki hutan yang sangat gelap dan berkabut. Julian menarik tali kudanya dengan keras untuk berhenti ketika akan memasuki hutan itu. Dia melihat ke arah Caroline.“Kenapa kita be
Mereka menyusuri hutan gelap, mengikuti wanita berjubah merah itu. Dari kejauhan mereka bisa melihat sebuah asap mengepul dari api unggun yang ada di depan sebuah gubuk.Mereka sampai di sebuah rumah gubuk yang terbuat dari batang ilalang. Mereka memasuki gubuk yang tingginya hanya sebatas kepala Adrian itu. Wanita berjubah itu lebih tinggi dari Adrian hingga dia harus menunduk untuk melewati pintu rumahnya.Di dalam gubuk itu terdapat banyak sekali botol-botol ramuan dan juga berbagai tanaman kering.“Letak kan dia disitu,” perintah wanita itu sambil menunjuk kearah tempat tidur di sudut kamarnya.Adrian meletakkan tubuh Caroline pada tempat tidur yang hanya cukup untuk satu orang itu. Tempat tidur yang terbuat dari batang kayu yang dilapisi kulit binatang. Tubuh Charoline sudah sangat pucat dan dingin. Wanita itu meracik sebuah ramuan, dan terlihat sangat banyak sekali bahan yang dia gunakan. Wanita itu menempelkan sebuah ramuan di l
“Siapa wanita mengerikan itu ayah?” Julian mengusap darah yang keluar dari mulutnya.Raja Alexander tak menjawab pertanyaan Julian, dia pergi begitu saja setelah memastikan Julian tak terluka parah. Raja Alexander keluar dari ruang perjamuan dengan wajah cemas, pikirannya melayang kepada wanita yang tiba-tiba muncul dihadapannya dengan mengerikan itu.***“Yang Mulia, Caroline.”Caroline membuka matanya, kilat jingga itu menyala dari pupil matanya. Ester dan Adrian tercengang melihat perubahan mata Caroline. Kini mata coklat anggun dan penuh kasih itu telah lenyap berganti dengan mata jingga yang sangat mengerikan. Bahkan kita tahu jika dia menyimpan penuh sisi gelap hanya dengan melihat matanya saja.Meggie, wanita penyihir itu tersenyum melihat ramuan itu berhasil. Wanita itu membuka tudung jubah yang menutupi rambutnya. Kini rambut merah menyala itu keluar dari persembunyiannya.“Selamat datang di dunia yang
“SIAL!” Caroline mengumpat setelah ditinggal Maggie sendirian.Caroline memejamkan matanya, mencoba untuk menenangkan dirinya.“Baiklah, mari kita coba.”Caroline mencoba untuk berteleportasi menggunakan pikirannya. Caroline membayangkan hutan tempat dimana dia bersama Maggie tinggal. Beberapa detik kemudian dia mulai merasakan perbedaan suasana di sekitarnya. Suasana yang awalnya sunyi di perkampungan sepi, kini dia merasakan suasana yang begitu dia kenal. Harum bunga yang biasanya dia hirup itu kini dia rasakan lagi. Caroline membuka matanya, dia mengamati suasana yang telah lama ia tinggalkan itu. Caroline berdiri di tengah-tengah kebun bunga mawar yang berada di halaman belakang istananya. Caroline tersenyum bahagia melihat bunga-bunga itu, senyum pertama ketika dia bangkit kembali. Caroline menyentuh kelopak merah bunga berduri nan cantik itu, mencium wangi yang bisa melunakkan hatinya yang kini tengah mati.Caroline berjalan
Setelah mendengar tentang Caroline dari mulut pelayan itu. Julian semakin cemas, dia berbalik menatap penjaga yang ada di hadapannya seraya memberikan kode untuk menyingkirkan pelayan itu.Penjaga itupun mengangguk, dia menatap rekan yang berada di sampingnya lalu dengan segera menyeret pelayan itu keluar dari Aula Kerajaan.“Pangeran, tolong maafkan hamba. Tolong…tolong ampuni nyawa hamba." Pelayan itu berteriak meminta ampunan dari sang pangeran, tetapi Julian tak menghiraukannya.“Ayah, siapkan pasukan. Kita akan memasuki hutan itu,” kata Julian penuh dengan penekanan.“Tidak, apa kau sudah gila?”Julian terlihat sangat gusar, berulang kali dia mengusap wajah dan mengacak-acak rambutnya. Raja Alexander berjalan menghampirinya dan memegang kedua bahunya.“Tenanglah, jangan sampai kita salah langkah.”Julian berbalik dengan wajah garang menatap sang ayah yang tingginya lebih rendah itu